10.Heartbreak

1.1K 116 20
                                    

Vote terlebih dahulu!


-

"Caitlin?"

Caitlin berbalik tanpa menghapus air matanya dan bahkan dia terisak. Dia tersenyum kepada seseorang yang punya buku ini. Justin..

"Cait, ada apa?" Ucap justin berbisik lalu maju beberapa langkah. Beberapa saat dia melihat wajah caitlin, dia berjalan lagi untuk lebih dekat dengan caitlin tetapi justru langkah justin berhenti saat satu tangan kosong caitlin mengangkat ke atas.

Caitlin menjatuh kan buku itu ke bawah yang membuat buku itu terbuka. Justin mengarah ke arah buku itu dan sesaat dia terpaku begitu saja. Matanya mengarah ke caitlin. Di matanya tersirat rasa bersalah bahkan kedua mata justin seperti berbicara 'ini semua bisa di jelaskan'. Justin menggelengkan kepala beberapa kali.

"Cait dengarka-"

"Kau tidak mencintai ku hm?" Ucap caitlin. Justin melipat bibirnya.

"Caitlin.. kau haru-"

"Kau mencintai rose?" Ucap caitlin pelan. Hatinya seperti dipatahkan.

"Cait.. pliese." Mohon justin.

"Kenapa tidak bilang dari dulu!? Kalau kau mencintai rose bukan aku!!" Teriak caitlin.

"Kenapa kau menjadikanku kekasihmu kalau aku bukan dari sebagian hatimu!?" Caitlin menatap justin tajam.

"Dan bahkan setelah rose menghilang entah kemana, kau justru menganggapku pengganggumu! Kau ingin berjauhan denganku!" Caitlin terkekeh.

"Kau besikap dingin untuk aku menjauhi mu?"

"Tapi aku tidak menjauh darimukan?!"

"Karna apa aku tidak menjauhimu!? Karna apa!?" Bentak caitlin.

"Karna aku mencintaimu! Kau kekasihku! Aku sabar menghadapimu. Tapi apa yang kau balas?"

"Kau bahkan tidak menganggap ku kekasihmu." Caitlin menakan setiap kata kata itu.

"Apa kau punya perasaan?" Tanya caitlin. Justin menatapnya dengan penyesalan. Entah itu palsu atau benar.

"Bagaimana ditinggalkan oleh rose dengan dadakkan? Menyakitkan?"

"Itu tidak seberapa yang kau rasakan dengan yang aku rasakan!"

"Saat rose datang, kau selama ini dekat dengan siapa!? Aku? Tidak!! Walaupun saat rose belum kembali, kita tidak dekat. Tetapi rasa yang ini sangatlah beda." Justin memejamkan matanya mendengar bentakkan yang keluar dari mulut caitlin.

Rose muncul dengan tiba tiba. Dia terkejut saat melihat wajah caitlin yang memerah dan basah.

Caitlin maju beberapa langkah, lalu memeluk justin dengan kedua tangannya yang melingkar di leher justin.

"Kau menyakitiku lebih dalam justin. Kau bahkan sudah merusak kepercayaan ku untukmu." Ucap caitlin lalu melepas pelukan tanpa menjauhkan tangannya di leher justin.

"Kau selalu berubah pikiran. Dan omongan kau itu selalu tidak dituruti. Hanya karena dia! Kau berubah!" Caitlin menunjuk dengan kasar ke rose.

"Karena dia! Kau tidak mencintaiku! Aku seperti perempuan yang merebut pria sahabatnya. Yang padahal dia yang perebut!!!" Bentak caitlin. Air matanya terus mengalir. Mata justin berkaca kaca. Dia memegang kedua pipi caitlin yang lembab.

"Aku menyesal cait.. aku.." justin langsung mencium kening caitlin. Caitlin memejamkan matanya.

"Kata kan pada rose. Kalau kau mencintainya." Ucap caitlin dengan mendorong justin, melepas kecupan ini. Justin menatap rose sekilas lalu menggeleng melihat caitlin.

"Tidak! Kau kekasihku. Bukan dia." Bisik justin. Justin menempelkan kening dengan kening caitlin.

"Kau bilang kau mencintainya lalu kau tidak menganggapku kekasihmu! Dan sekarang kau menganggapku kekasihmu! Apa mau mu!!?" Bentak caitlin.

"Aku tidak mau tersakiti lebih dalam lagi karena mu." Ucap caitlin. Tubuh justin menegang. Lalu justin menggeleng dengan kasar.

"Tidak!! Cait aku mohon!!" Bentak justin. Caitlin menghapus air matanya dengan kasar.

"Rose berada di sini. Dan dia akan selalu disampingmu seperti yg kau inginkan." Justin menggeleng dan air matanya jatuh dengan cepat dikedua matanya. Justin memegang kedua pipi caitlin kembali.

"Caitlin! aku mohon!! Lihat!" Justin menunjukkan dinding putih di pojokan. Dan itu ada sebuah coretan 'justin love caitlin forever'.

"Kau menulis itu! Kau bilang cinta kita selamanya dan kau akan mengakhirinya!?" Bentak justin.

"Siapa yang duluan dalam permainan ini? Siapa yang memulai!?" Bentak caitlin. Justin terdiam. Menatap caitlin dengan kosong.

"Aku lelah! Aku ingin semua ini berakhir!" Teriak caitlin.

"Beri aku kesempatan. Ku mohon.. cait. Aku ingin terus bersama mu." Bisik justin. Caitlin menggeleng pelan lalu melepas tangannya yg berada di lehet justin.

"Kau mencintai rose." Ucap caitlin lalu tersenyum paksa.

"Kau ingin aku mengakiri hubungan ini."

"Dan kau ingin aku menjauh dari mu."

"Aku akan turuti kemauanmu." Justin menggeleng.

"Tidak cait!! Tid-"

"Aku ingin mengakiri hubungan ini." Ucap caitlin. Tubuh justin menegang seketika.

"Dan tidak akan mendekatimu lagi, mungkin akan seperti rose dulu. Menghilang dari hidupmu." Ucap caitlin. Justin memegang kedua tangan caitlin.

"Jangan lakukan itu, ku mohon." Lirih justin. Caitlin menepis tangan justin.

"Itu semua kemauanmu." Ucap caitlin penuh penekanan. Caitlin berjalan kearah pintu balkon.

"Caitlin! aku mohon! Jangan lakukan itu semua! Itu menyakitkan!" Bentak justin. Caitlin berhenti.

"Itu memang menyakitkan, tetapi tidak sebanding dengan rasa sakit ku karna mu!" Lirih caitlin.

"Rose." Panggil caitlin.

"Jaga justin." Caitlin lalu berlari kearah kamarnya.

Justin ambruk begitu saja. Dia terisak sekarang. Rose masih terdiam di tempatnya mencernakan apa yang semuanya terjadi. Lalu tersentak begitu saja dan menengok ke arah justin. Rose langsung memeluk justin.

"Caitlin. Kumohon." Bisik justin dengan lirih. Dia merasa pusing. Dan tiba tiba justin tersentak lalu mendorong rose begitu cepat.

"Keluar dari kamar ku!" Bentak justin. Rose tersentak.

"Keluar! Keluar rose!" Teriak justin. Rose dengan cepat berlari keluar dan menutup pintu kamar justin.

Justin menyender di dinding. Dia terisak.

"Argghh!!" Erang justin. Dia menjambak rambutnya dengan kencang. Air matanya menambah.

"Caitlin kumohon!" Bentak justin. Dia menendang kursi belajar didepannya. Dia berantakan.

Dia melempar lampu tidur dengan asal dan membuat suara yang nyring.

"Caitlin!!!" Teriak justin dengan isak tangis. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Justin melempar semua barang yang berada didekatnya. Bahkan pecahan kaca yang berada di sisinya dia remas sampai menusuk ke kulitnya. Darah mengalir di tangannya. Justin tidak merasa sakit, karna hatinya lebih sakit daripada beling yg menusuk di tangannya.

Semuanya berakhir.

Dan itu semua dia yang memulainya sendiri.

***

What do you thing!!?

Cinta,
Nazwa si author.

My life // j.bTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang