Autor pov
Gadis duyung itu menghilang dari pelukan lelakinya. Benar-benar menghilang untuk selamanya. Tubuhnya mengurai bak pasir tertiup angin. Dia pergi dengan membawa luka sayatan menyedihkan untuk lelakinya.
Lelaki itu menyaksikan sendiri bagaimana gadisnya itu pergi. Dia masih terduduk lemas, dia seakan tidak punya tenaga untuk berbuat apa-apa lagi. Harapan hidupnya sudah menghilang bersamaan dengan kepergian gadisnya itu. Ini bukan bagian ending yang dia mau. Dia juga ingin bahagia. Bahagia dengan gadisnya. Tapi sekarang untuk apa dia bahagia? Untuk apa dia hidup kalaupun dia akan sendiri juga. Kenapa gadis itu pergi dan meninggalkannya sendiri.
Lelaki mana yang tidak akan terpuruk jika berada diposisi dia. Lelaki mana yang bisa berdiri tegak saat gadisnya tak bisa dia lihat lagi. Lelaki mana yang tidak terluka ditinggalkan dengan cara menyedihkan seperti ini. Lelaki mana yang akan sanggup?
Kenapa taqdir seolah mempermainkannya. Kenapa taqdir seolah tidak memperbolehkan dia bahagia. Bahagia dengan cintanya. Kenapa taqdir tidak pernah bisa sepihak dengannya? Kenapa dia lagi-lagi harus terluka? Apa tak ada sedikit kebahagian untuk dia? Apa hanya derita yang akan selalu dia dapatkan? Apakah memang itu yang dewa inginkan untuk hidupnya? Lalu untuk apa dia hidup? Untuk menderita? Itu terlalu keterlaluan. Dia juga berhak bahagia. Dia juga berhak bersama gadisnya tapi kenapa dewa selalu membuat dia seperti ini? Terluka dan terpuruk untuk kesekian kalinya. Dia juga duyung. Duyung yang punya batas kekuatan. Ini sudah diluar kuasa dia. Dia tak bisa selamanya kuat untuk menahan sakit. Tapi sekarang pertahanannya runtuh, runtuh karna sirip emas duyung yang sekarang sudah kembali padanya. Antoni sembuh? Yah, dia sudah sembuh total sekarang. Tapi lagi-lagi, untuk apa dia sembuh kalau dia harus merasakan kehilangan terbesar? Lebih baik dia sakit dan gadis itu tetap disisinya.
"Kenapa kamu pergi?" racaunya. Dia kacau. Sangat. Di saat kondisi sekarang dia masih memegang bibirnya. Beberapa detik yang lalu, dia masih bisa merasakan kehangatan itu. Tapi kehangatan itu pergi. Pergi membawa cintanya.
Tangis yang menemani dia diruang gelap tak bernyawa ini. Dia masih mengharapkan keajaiban akan datang dan membawa gadisnya pulang. Yang dia butuhkan hanya gadisnya. Memeluknya lagi dan membawa tawa itu lagi.
Cinta? Mungkin cinta mereka besar tapi tak sebesar kuasa taqdir. Berpuluh tahun Antoni menunggu Jessi untuk membalas cintanya. Berjuang meyakinkan gadis itu, banyak yang dia lalui tapi tetap dia terus berjuang demi gadisnya. Sekarang dia mendapatkannya. Jessi juga mencintai dia. Tapi itu pernyataan terakhir untuk selamanya. Menyedihkan sekali nasib dia. Sangat miris untuk dijadikan sebuah dongeng sebuah cinta. Cinta itu indah bukan menyakitkan seperti ini. Ini terlalu menyakitkan untuk diceritakan.
"Aku mohon kembalilah. Aku membutuhkanmu,"
"Aku kesakitan disini. Aku mohon kembalilah. Jangan seperti ini, ini terlalu berat untuk aku lalui. Aku mohon kembalilah." racaunya lagi sambil memukul-mukul dadanya. Sesak begitulah yang dia rasakan.
Bangkai-bangkai dan para prajurit bawah laut yang berada disana juga merasakan bagaimana terlukanya lelaki itu. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bayangan yang terpenjaran karena sebuah kutukan. Mereka juga bisa merasakan bagaimana hancurnya lelaki itu sekarang. Tapi mereka bisa apa? Mereka hanya bangkai dan prajurit yang sudah mati.
"Anakku," suara itu. Suara yang sama berbicara dengan Jessi. Laki-laki itu mendongkakan kepalanya, dia melihat sesosok lelaki berjubah hitam berdiri dihapanya dengan tongkat perak disisi tangan kananya. Dewa Zero, dia yang sekarang berada dihadapan lelaki itu.
"Dewa Zero?"lirihnya. Dia masih dalam keadaan terduduk. Dia masih belum punya kekuatan untuk sekedar berdiri.
"Apa yang membuatmu seperti ini?" tanya dewa Zero tenang.
"Dia pergi. Cintaku pergi," lirihnya. Dia benar-benar terlihat kacau sekarang. Dewa Zero hanya tersenyum membalas ucapan lelaki itu.
"Dia hanya pergi bukan? Kau bisa mencari gadis lain. Dia itu gadis yang tidak tau diri. Kenapa kau masih mempertahankan dia,"
"Tolong jaga ucapanmu dewa. Dia gadisku. Baik buruknya dia, dia gadisku. Hanya dia, hanya dia yang aku mau," protes Antoni dengan lantangnya. Dewa itu lagi-lagi tersenyum. Kenapa seorang dewa bisa sangat menyebalkan seperti dia ini?
"Jangan munafik. Kau bisa mencari yang gadis lain. Dia sudah pergi,"
"Dia tidak pergi. Dia masih ada di dalam hatiku. Dia hidup disini. Jadi berhentilah membicarakan hal omong kosong," bentak lelaki itu. Dia tidak peduli dengan posisi dewa itu.
"Untuk apa dia disana. Membuat sempit? Toh dia tak akan pernah kau sentuh lagi," ucap dewa Zero dengan seringainya.
Sekarang lelaki itu terdiam. Diam karena perkataan terakhir dewa Zero yang begitu menohok jantungnya. Seberapapun dia kuat, yang dibicara dewa Zero itu benar dan sangat tepat mengenai hulu hatinya.
"Kenapa kau diam? Tidak bisa mengelak lagi? Jadi sekarang kau bisa keluar dari sini dan silahkan cari gadis semaumu." suruh dewa Antoni dengan sinisnya.
Lelaki itu mengeleng kepala lemah. "Kenapa tidak bisa?"tanya dewa Zero yang masih berdiri dihadapan lelaki itu.
"Aku mencintainya dan selamanya akan seperti itu. Tidak ada yang bisa merubahnya tidak kau ataupun siapapun." dewa Zero tersenyum seakan dia puas dengan jawaban lelaki itu.
"Berdiri dan jadilah seorang lelaki. Jangan lemah seperti ini."suruh dewa Zero. Lelaki itu berfikir sejenak dan tak selang beberapa lama, dia bangkit dan berdiri sejajar dengan dewa Zero.
"Kau benar-benar mencintai dia?"
Antonio mengangguk. "Selamanya," jawabnya yakin.
"Baiklah. Kalau kau benar mencintai dia, biarkan sekarang dia yang berjuang untukmu. Tugas kau hanya menunggu sampai dia datang. Keluar dari sini dan langsung berbaring diatas batu besar yang mengambang diatas air,"
"Kena...,"
"Jangan pernah membantah. Lakukan apapun yang aku perintahkan kalau kau mau gadismu itu kembali," ucapan lelaki itu terputis karena sebuah suara barington yang sekarang terkesan sangat menakutkan.
"Kau tau, tidak selamanya pergi itu untuk meninggalkan, tapi pergi untuk memperbaiki segalanya. Sekarang pergilah keruang putih itu," suruh dewa Zero yang langsung dituruti lelaki itu. Ada sedikit celah yang membuat dia bahagia. Walaupun harus menunggu, tapi tak apa yang terpenting gadis itu akan kembali kepelukannya.
Antoni langsung keluar melalui celah putih itu.
"Semoga cinta kalian bisa mengalahkan taqdir. Kalian pantas bahagia. Berjuanglah anakku," ucap dewa Zero melepas kepergian Antonio.
Antoni sudah keluar dari kegelapan itu. Sekarang dia kembali kehutan kematian. Hutan yang penuh akan misteri. Matanya terus menelusuri setiap sudut hutan. Mencari batu yang mengapung yang dewa perintahkan.
Dapat. Dia menemukanya. Batu apung ditengah-tegah sungai disebelah air terjun. lelaki itu langsung berenang kesana dan langsung berbaring disana sesuai perintah dewa tadi padanya.
Gelap, pandangan lelaki itu mengelap dan seiring dengan itu, air sungai berubah menjadi bertambah hitam pekat dan mengeluarkan bau yang benar-benar tidak sedap. Antoni tertidur disana dan sekarang tugasnya hanya menunggu Jessi datang. Datang membawa cintanya. Cinta yang bisa menyatukan dia nanti.
THE END
❌❌❌❌
Kalian percaya keajaiban sayang-sayangku? Hehehe setiap kehidupan punya keajaibannya sediri bukan? Setidaknya duyung juga berhak punya keajaiban.
Ngomong-ngomong soal cinta? Sampai sekarang aku masih bingung itu apa. Yang aku tau, hanya rasa memiliki dan dimiliki. Hangat dan nyaman lebih tepatnya. Heheheh
Oh iya, makasih ya untuk vote and commentnya selama ini. Makasih banget. Oh iya lagi, jangan lupa vote and comment lagi ya. Heheheh Muacchh muachhh ❤ Xoxo
LOVE❤
TRISNA
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy mermaid
Fantasy[Penting!!!!] [Cerita ini aku privat ya, jadi kalau mau baca follow aku dulu. Terima kasih ❤] Peringkat #89 ( 8 Juni 2019 ) Peringkat #66 #mermaid (15 juli 2019)