The | Pangeran Bodoh

10.5K 508 10
                                    

Semalaman sudah Antonio tak sadarkan diri. Aku yang bingung harus membawa pangeran Antoni kemana, terpaksa membawa lelaki ini keruangan privasiku—lebih tepatnya laboratirium pribadiku.

Aku bisa saja meminta pengawal membawa pangeran Antoni kembali ke kerajaan Aqua, tapi apa kata ratu Liberta dan raja Robert kalau melihat anaknya tidak sadarkan diri begini? Beliau pasti berpikir macam-macam tentang kami nanti. Atau akan lebih berbahaya lagi kalau aku membawa pangeran Antoni ke kerajaan ku.  Apa kata ayahanda dan ibunda tentang kami nanti? Kemungkinan terburuknya, pernikahan kami akan semakin di percepat. Demi apapun aku tidak mau itu terjadi.  Mental ku belum siap untuk menjalankan suatu pernikahan. Aku belum mau terikat dengan peraturan kerajaan. Aku masih mau bebas dan menjadi profesor hebat di lautan ini.

Menikah bukanlah prioritasku untuk saat ini.

Hukum kerajaan lautan menuliskan, jika seorang putri kerajaan yang sudah menikah—mereka diharuskan untuk mendapingi kemanapun pasangannya pergi. Dan itu sangat mengikat dan aku benci akan aturan kuno itu.

Aku belum mau kehilangan kebebasan ku.  Kebebasan untuk berkarya dengan laborku ini.

Memikirkannya saja sudah semenakutkan ini. Apa lagi nanti menjadi kenyataan?

Aku tidak mau.

Dari semua kemungkinan terburuk, lebih baik aku membawa pangeran Antoni ke laboratorium ku. Aku rasa ini pilihan terbaik untuk saat ini. 

Ku sentuh kening Antonio dan membandingkan dengan suhu tubuhku.

"Suhu tubuhnya sudah normal tapi kenapa sampai sekarang Antonio belum juga bangun?"

Semalam pangeran Antonio diserang demam tinggi. Berulang kali aku harus mengompres pangeran dengan batu merapi bawah laut yang dilapis rumput laut—ini salah satu metode pengobatan tradisional kerajaan kami.

Semalaman Antonio tidak berhenti merintih kesakitan sambil memegang dadanya dan sesekali aku mendengarkan Antonio melafaskan mantra yang tak pernah sama sekali aku dengarkan. Sebenarnya Antonio kenapa? Untuk pertama kalinya aku melihat Antonio selemah ini.

Disaat aku sibuk dengan lamunan, terpaksa buyar saat mendengar deringan ponsel yang familiar di telingaku. Aku beranjak berenang mencari sumber bising itu. Jangan sampai suara bising ini mengganggu tidur Antonio.

Ku tekan tombol hijau dan menghidupkan mode speaker lalu kembali meletakkan benda pipih itu diatas meja.

"Hello Angeline, kenapa?" kata ku sambil mengambil tempelan kompres dikening pangeran Antoni untuk diganti dengan yang baru.

"Kamu tidak melupakan janji kita bukan yang mulia?" geramnya diseberang sana. 

"Lupa? lupa apa?"

"Ya dewa, yang mulia melupakannya lagi? kita janji ketemuan di tepi sungai laut untuk ke daratan!"

Ya dewa aku melupakannya.

"Maaf aku akan kesana sekarang. Tunggu disana um." ucapku tergesa-gesa.

Ya dewa, kenapa akhir-akhir ini aku menjadi pelupa begini?

Sebelum berenang keluar, aku pastikan dulu selimut atau apapun yang berkaitan dengan pangeran Antoni dalam keadaan aman.

Setelah memastikan keadaan pangeran Antoni bisa di tinggal—aku beranjak menuju pintu labor dan langsung berenang cepat semampu ku. 

Berenang bermenit-menit akhirnya aku melihat seorang duyung betina tengah mondar-mandir tak jelas dengan tangan mengepal.

"Hai." sapaku sedikit ragu. Bukan menjawab sapaanku dia malah mematapku nyalang.

The Crazy mermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang