Chapter 1

13.4K 849 25
                                    

JEONGHAN'S POV

Hari ini sungguh melelahkan, aku baru pulang kuliah sekitar pukul 8 malam. Selain sebagai mahasiswa, pekerjaan sampingan sebagai asisten dosen sungguh menyita waktu.

Saat pulang ke rumah, suasana rumah begitu sepi. Tidak ada suara teriakan bocah 5 tahun yang setiap aku pulang selalu minta dipeluk dan digendong. Dimana mingyu? Apa dia sudah tidur?
Perasaanku tiba-tiba ada yang mengganjal..
Seharian handphoneku mati. Tidak sempat aku menelepon ke rumah dan memberikan kabar ke suamiku. Apa jangan-jangan saat handphoneku mati tadi pengasuh mingyu dan suamiku meneleponku?

"Mingyu, mama pulang nak." Dimana mingyu mungilku?

"Yuri, kenapa rumahnya gelap?" Panggilku pada si pengasuh mingyu.
Tiba-tiba yuri berlari keluar dari kamar mingyu.

"Mingyu, mingyu badannya panas nyonya. Seharian ini dia menggigil. Saya menelepon nyonya dan tuan, namun tidak ada satupun yang menjawab telepon dari saya. Akhirnya saya telpon nyonya besar, dan nyonya besar yg datang dan membawa mingyu ke dokter."

Nyonya besar, mertuaku.

"Sekarang dimana mingyu? Apa mama juga masih disini?"

"Iya, nyonya besar masih di kamar mingyu."

Mertuaku, Choi Jinna, seorang wanita karir yang keras. Saat aku menikahi seungcheol, tidak pernah ada satupun kata "hangat" yang ditujukannya padaku, memberikan kesan bahwa dia tidak pernah setuju aku menikahi anaknya.

Entahlah apa tanggapannya saat tau cucunya sakit dan aku baru sampai di rumah.

"Mama." Mertuaku yang sedang duduk di samping tempat tidur mingyu menoleh ke arahku. Tatapan matanya tajam dan menghakimi. Malam ini mungkin akan menjadi malam yg sangat panjang.

"Darimana saja kamu? Kenapa handphone kamu tidak aktif? Anak kamu sakit tapi kamu malah tidak ada perhatian!!"

Benar dugaanku, mertuaku pasti marah besar.

"Maaf ma, aku lupa membawa charger handphoneku, jadi aku tidak sempat memberi kabar ke rumah, bagaimana keadaan mingyu?" Aku berjalan ke arah samping tempat tidur mingyu. Masih panas badannya, namun tidak ada tanda-tanda menggigil, jadi aku yakin bahwa masa kritisnya sudah lewat. Tapi bibirnya masih membiru, kasihan putra kecilku ini. Terus kubelai rambut mingyu dan kucium dahinya sambil meminta maaf. Maafkan mama ya nak.

"Tadi panasnya tinggi, tapi sekarang sudah turun suhu badannya. Aku mencoba menghubungimu, tapi handphonemu tidak aktif. Aku sudah mengabari suamimu, dan mungkin sekarang suamimu sedang dalam perjalanan pulang." Aku mengangguk dan mencoba meminta maaf pada mertuaku lewat tatapan mataku.

Sekitar setengah jam kemudian, kudengar deru mobil seungcheol parkir di depan rumah.

"Ma." panggilnya ke mertuaku.

"Di kamar mingyu, nak."

"Bagaimana keadaan mingyu ma? Sudah sadar? Kata mama sepanjang hari ini dia terus menggigil dan tidak sadarkan diri?" Apa? Mingyu sempat tidak sadar? Kenapa mama tidak menceritakannya padaku?

"Dia sudah turun suhu badannya. Sepanjang hari dia memang menggigil dan terus memanggil nama mamanya." Mertuaku mengalihkan tatapan tajamnya ke arahku. Ya, ini memang salahku. Oh mingyu, maafkan mama nak.

Kurasakan cengkeraman kuat tangan suamiku di lengan kananku. Dengan sedikit ditariknya lenganku dia berbisik, "Ikut denganku, ada yang perlu kita bicarakan."

Ada apa ini? Kenapa bisikannya membuatku takut? Ini pertama kalinya aku merasa takut dengan sentuhan jari suamiku.

End of chapter 1


JEONGCHEOL'S LIFE - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang