Chapter 11

7.6K 727 17
                                    

Di meja makan kulihat masakan istriku untukku. Senyum kecil mulai merekah di bibirku. Aku tau, jika di lubuk hatinya dia masih peduli padaku. Ya, aku hanya harus terus berusaha merebut hatinya kembali.

Selesai sarapan, aku kembali ke kamar mingyu untuk berpamitan pada istri dan anakku. Pemandangan di kamar mingyu kembali membuatku mengutuk diriku sendiri. Kenapa aku harus membiarkan segala tuduhan mama untuk jeonghan, menjadi masuk akal di otakku, dan membuatku meragukan istriku sendiri?!

Kulihat jeonghan menyuapi mingyu di pangkuannya, sambil sesekali membisikkan sesuatu pada anakku, "bangun sayang....mama di sini....." Ya mingyu, mama mu akan selalu ada untukmu, dan papa akan memenuhi janji itu.
Kucium ujung kepala istriku, "Aku berangkat ya sayang.." Dan sekali lagi, tak ada respon dari dia.
Sebelum meninggalkan mingyu, aku kembali melihat ke arah istriku. Pandangan kami bertemu, dan yg kulihat adalah wajah istriku yg terlihat lelah. Maafkan aku sayang, aku berjanji akan memperbaiki keadaan kita ini.

***

Di kantor, aku tidak bisa berkonsentrasi penuh. Banyak kesalahan-kesalahan kecil yg kulakukan. Sekretrasiku pun menyadari hal itu. Dia berkata bahwa wajahku terlihat lelah. Dia menyarankan agar aku pulang dan istirahat, karena memang percuma, di kantor aku juga tak bisa berbuat banyak.
Aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Saat bersiap untuk pulang, tiba-tiba mama muncul di pintu kantorku. Dia berkata bahwa dia ingin melihat keadaan mingyu.

Di mobil, suasana sangat canggung. Tidak ada yg membuka suara untuk mengawali pembicaraan. Kemudian aku ingat dengan telepon jeonghan tadi pagi.

"Asal mama tau, kemarin jeonghan pulang malam karena harus membantu Profesor Cho."

"Mama tidak peduli, itu menandakan bahwa dia lebih memprioritaskan orang lain dibandingkan anaknya. Kau tau sejak dulu mama tidak menyetujui kamu menikah dengannya. Usia kalian terpaut jauh. Apalagi alasan yg membuat laki-laki muda mau menikahi duda beranak satu, selain karena uang? Ceraikan dia, mama bisa mencarikan orang lain yg lebih tepat untukmu dan mingyu."

Tidak ingin berdebat lebih panjang, aku hanya mengatupkan erat-erat rahangku dan mempercepat laju mobilku. Aku diam karena berusaha untuk menghindari pertengkaran dengan mamaku. Tapi mama tak henti-hentinya membicarakan soal perceraian sepanjang perjalanan. Bahkan saat kami sampai di rumah, mama masih membicarakan hal itu.

"Apa mama gila?! Kami saling mencintai ma, dan mingyu sangat membutuhkannya!!!" Aku mendesiskan kata2 itu.

"Sudahlah, banyak orang di luar sana yg lebih baik dari dia. Tinggalkan saja dia, seungcheol-ah."

Saat itu kami sudah berada di ruang keluarga. Kutatap mamaku dengan pandangan tak percaya. Apa yg membuat mamaku yakin bahwa aku mau menceraikan istriku?

"Sekali ini dengarkan mama sayang. Kau bisa mendapatkan yg lebih darinya."

Mama sudah keterlaluan. Tidakkah dia melihat bahwa aku tak bisa hidup tanpa istriku?

Saat akan kubalas pernyataan mama tadi, pintu kamar mingyu terbuka. Di sana istriku berdiri dengan wajah yg lelah. Mama memasuki kamar mingyu, dan pandangan jeonghan kembali ke arahku.
Entah apa yg dilihatnya dari wajahku, tapi tiba-tiba wajah jeonghan memerah dan air matanya mulai merebak. Mungkinkah dia mendengarkan pembicaraanku dengan mama?

Masih terpaku di tempat, aku tak menyadari bahwa istriku sudah berjalan melaluiku untuk masuk ke kamar tidur kami. Suara 'klik' perlahan di pintu kamar kami yg membuatku tersadar dari lamunanku dan mulai menyusul istriku. Oh tidak istriku, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lari lagi dariku.

Kucoba membuka pintu kamar kami, namun pintu tetap tidak bergeming. Kucoba memanggil namanya, namun tetap tak ada jawaban darinya. Kuambil kunci cadangan yg selalu kusimpan di atas lemari pakaian.
Saat pintu berhasil kubuka, aku berhadapan dengan istriku yang sedang menangis. Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu lari lagi sayang.

End of Chapter 11



JEONGCHEOL'S LIFE - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang