Chapter 3

9K 863 23
                                    

Mingyu kembali memejamkan matanya. Good night baby, and good night for you too bibi. Terus kubelai lembut perutku sambil meminta maaf karena malam ini bayiku yang belum lahir tidak bisa tidur dengan papanya.

"Maafkan papamu juga ya bibi. Mama yakin papa tidak bermaksud menyakiti mama. Hanya saja memang malam ini papa sedang lelah, sehingga kesalahan kecil mama ini membuat papa marah besar dengan mama." Aku terus bergumam sambil mengusap perutku, dimana bibi sedang tidur. Tak lama kemudian aku pun tertidur.

Saat terbangun, aku heran dengan keadaan sekitarku. Tidak ada tubuh mungil mingyu yang kupeluk. Ranjang tempatku tidur pun bukan ranjang mingyu yang sempit, melainkan ranjang tempat tidurku dan suamiku. Sejak kapan aku disini? Lengan suamiku memeluk erat pinggangku dari belakang, kurasakan pula napasnya di rambutku.
Ya, seungcheol yang memindahkanku kesini. Rasa bersalah dan marah kembali meruak di dada. Tanpa sadar air mataku menetes kembali. Kuangkat pelan lengan suamiku dari tubuhku. Aku pun segera duduk di tepi tempat tidur. Kulihat ke belakang, lengan suamiku meraba-raba tempat tidur seperti berusaha mencariku. Tiba-tiba matanya terbuka. Cepat2 kuhapus air mataku dan berdiri dari tempat tidur.

Saat sampai di pintu kamarku, kudengar seungcheol berbisik "Mau kemana?"

Sempat aku berhenti, namun tidak pernah kujawab pertanyaannya. Aku harus segera keluar dari kamar ini. Sekali lagi, ini pertama kalinya aku merasa kamar tidur kami membuatku sulit bernapas. Ya, perasaan bersalah semalam masih ada, ditambah dengan rasa marah karena tuduhan-tuduhan yang dia umpatkan padaku, membuatku ingin segera pergi dari hadapannya.

Kusentuh pelan dahi putra kecilku, suhu tubuhnya masih seperti semalam. Kuhela napas panjang. Hari ini aku akan fokus merawat mingyu.
Aku menelepon Profesor Cho untuk memberikan kabar bahwa hari ini aku tidak bisa menjadi asistennya.
Setelah itu aku melangkahkan kakiku menuju dapur. Kubuatkan bubur untuk mingyu, serta kusiapkan juga obat dan vitamin untuknya.
Tak lupa aku juga membuatkan sarapan untuk suamiku. Aku tidak akan pernah membiarkan suamiku berangkat ke kantor dengan perut kosong. Nasi goreng dan telur mata sapi setengah matang adalah menu sarapan kesukaannya, ditambah jus jeruk dengan takaran gula 2 sendok makan, tidak kurang dan tidak lebih.
Saat menghidangkan menu sarapan di meja makan, kudengar langkah kaki mendekat. Tiba-tiba kurasakan lengan yang familiar memelukku dari belakang.

"Bisakah kau membantuku?" Kulihat di tangan seungcheol tergantung dasi merah. Kuambilnya dasi itu dan kubalikkan badanku untuk membantunya memakaikan dasinya.

Tanpa menatap matanya, kukalungkan dasi itu dan kusimpulkan. Lengannya kembali melingkar di pinggangku. Aku merasakan tatapannya pada wajahku. Saat selesai, kurapikan kemeja di dadanya dan tanpa bicara kutarik lengannya di pinggangku agar dia segera melepaskan pelukannya.
Aku mengambil bubur dan obat mingyu di meja makan. Saat sampai di kamar mingyu, kubangunkan dia dan kuletakkan dia di pangkuanku. Sambil masih terpejam matanya, mingyu pun kusuapi.
Sekitar 15 menit berlalu, seungcheol memasuki kamar mingyu. Kurasakan ciumannya mendarat di ujung kepalaku.

"Aku berangkat ya sayang.." Aku bingung dengan sikap suamiku, semalam dengan jelas dia marah dan kecewa padaku, namun apa yg dilakukannya ini?

Saat dia membuka pintu kamar mingyu, dia menoleh ke arahku dan tak sengaja pandangan kami bertemu. Entah kenapa wajah suamiku menunjukkan mimik sedih dan khawatir.

End of Chapter 3








JEONGCHEOL'S LIFE - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang