Chapter 8

7.6K 716 7
                                    

SEUNGCHEOL'S POV

Handphone di saku celanaku terus menerus bergetar. Saat ini aku sedang berada di tengah2 meeting bersama para pemegang saham di perusahaanku. Sebagai CEO, aku harus menjadi teladan bagi para karyawanku, salah satunya adalah dengan tidak mengangkat telepon saat meeting sedang berlangsung.

Tiba2 terdengar ketukan pintu dan muncul sekretarisku menghentikan meeting kami.

"Maaf pak, ada telepon dari ibu anda."

"Bukankah aku sudah menitip pesan untukmu, bahwa aku tidak mau diganggu dengan telepon atau tamu saat aku sedang mengadakan meeting?"

"Maaf, tapi ibu anda mengatakan bahwa ini sangat penting pak."

Seberapa penting hal yg mau dibicarakan mama sampai2 aku harus menghentikan meeting ini?
Kuhela napas panjang, dan tanpa pikir panjang kutunda meeting. Aku tau mana prioritasku. Aku harus segera menelepon mama kembali.

Mama adalah orang yg keras kepala. Dia menganggap bahwa dirinya harus diutamakan di atas segala hal yang dia anggap tidaklah penting.

Dan hal itu juga terjadi pada rumah tanggaku. Mama sangat keras kepala untuk mau menerima jeonghan, sebagai menantunya. Dia menganggap jeonghan tidaklah baik untukku. Dia menganggap jeonghan tidak akan pernah bisa menggantikan doyoon di kehidupanku.
Aku sayang doyoon, tapi sekarang ini hidupku adalah jeonghan. Hal ini mengingatkanku akan pertemuan pertamaku dengan malaikatku, jeonghan.

Saat mengajari mingyu untuk berbagi kepada sesama di panti asuhan milik Prof Cho, mingyu tiba-tiba berlari ke pangkuan seorang laki-laki asing yang baru dia kenal. Laki-laki berparas cantik dan berambut panjang bagaikan malaikat. My jeonghan. Mingyu tertawa terbahak-bahak dan tak henti-hentinya menyentuh rambut laki-laki cantik itu. Laki-laki itu pun juga tak canggung untuk terus memeluk dan mencium anakku. Dan, betapa terkejutnya aku saat mingyu memanggil laki-laki cantik itu dengan sebutan "mama".

Kulihat ekspresi kaget di wajah laki-laki itu. Tapi rasa kagetnya hilang seketika dan digantikan dengan senyuman paling indah dan sempurna yang pernah kulihat. Senyuman yang membuatku memberanikan diri untuk mengenalnya, mencintainya, dan memilikinya.

17 missed call. Dan semuanya adalah telepon dari mama.

"Ma..ada apa?"

"Apa?! Mingyu sakit? Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya?"

"Kenapa jeonghan tidak bisa ditelepon?"

"Tidak ma, jeonghan bukan orang yg seperti itu..mungkin dia sedang ada kuliah.."

Lagi2 itu yg dibicarakan mama. Selalu tuduhan soal jeonghan yg terlalu muda dan tidak bertanggung jawab, jeonghan yg tidak peduli terhadap mingyu, dan jeonghan yg menikahiku hanya demi uang.

Kututup telepon dari mamaku dan mencoba menelepon istriku. Benar yg dikatakan mama, handphone istriku tidak bisa dihubungi. Kali ini kucoba menelepon seungkwan, sahabat jeonghan.
Betapa terkejutnya aku saat seungkwan mengatakan bahwa kuliah mereka hari ini dibatalkan. Dan jeonghan sudah tidak bersamanya sejak siang.

Jeonghan masih sangat muda. Umurnya 8 tahun di bawahku. Terkadang aku merasa bersalah, apakah aku terlalu cepat mengikatnya dalam tali pernikahan?

Kecurigaan mama dan pengakuan seungkwan, membuatku tiba2 meragukan jeonghan. Jangan2 saat ini dia sedang bersenang-senang?
Kucoba menelepon lagi handphone nya, tapi tetap tidak bisa dihubungi.
Jeonghan-ah dimana kamu? Jangan membuatku akhirnya harus percaya dengan tuduhan mama terhadapmu.

END



JEONGCHEOL'S LIFE - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang