Dena
"Aku suka sama kamu Aldo." Ucap Dena mantap.
Aldo yang memang dari dulu sudah diam-diam menyukai Dena tersenyum senang.
"Aku juga suka kamu kok." Jawab Aldo cepat, mendengar itu Dena mendongakkan kepalanya ke orang di depannya tersebut.
"Eh? Kok kamu yang datang kesini sih?" Ucap Dena kaget melihat orang yang bukan yang dia maksud.
"Loh? Bukannya kamu yang memberiku surat untuk datang kesini kepadaku?" Aldo juga jadi bingung sendiri. Tulisan di surat itu jelas-jelas untuk Arnaldo Ronald, yang tak lain adalah namanya.
"Tidak. Aku memberi surat itu untuk Arnaldo Ronald, bukan kamu." Ucap Dena polos.
Aldo menghela nafas berat. "Arnaldo Ronald itu aku."
"Eeeeh? Terus yang suka bareng sama kamu siapa dong?" Tanya Dena kaget.
"Arnawi Rivaldo, dia juga sering dipanggil Aldo." Jawab Aldo datar.
Aldo sudah menebak bahwa Dena salah alamat. Dena menyangka Arnaldo Ronald itu adalah Arnawi Rivaldo, sahabatnya.
"Ah, itu toh namanya. Maaf yang aku sukai itu Arnawi Rivaldo. Bukan kamu. Maaf ya." Ucap Dena pada Aldo membuat hati Aldo yang tadinya berbunga-bunga hancur seketika.
"Oh ngga apa-apa. Tapi kamu harus bertanggung jawab." Ucap Aldo berubah dingin.
"Eh? Maksudnya??" Tanya Dena tidak mengerti.
"Kamu harus bertanggung jawab karena sudah memanggilku kesini. Jadi kamu harus pacaran denganku minimal selama satu minggu." Ucap Aldo tak bisa dibantah.
"Apa?? Tidak.. Tidak mau! Kok gitu sih?" Ucap Dena protes.
"Tidak ada protes. Lagian kalau kamu bareng sama aku, kamu bisa melihat Arnawi Rivaldo dari dekat kan?" Tawaran Aldo membuat Dena terdiam dan mengangguk setuju.
"Hmm, iya sih. tapi..."
"Diputuskan, hari ini kita pacaran." Setelah memutuskan secara sepihak, Aldo meninggalkan Dena.
"Eeeeh? Tunggu Aldo..."
Aldo melambaikan tangannya tanpa melihat ke belakang.
"Aku ngga mau pacaran denganmu!" Ucap Dena tegas. "Aku memang salah, karena salah mengenali nama orang yang aku sukai. Tapi tidak adil rasanya aku harus bertanggung jawab seperti itu."
Aldo membalikan badannya dengan kesal dan berjalan mendekati Dena. "Oke, pembicaraan kalau kita pacaran minimal selama 1 minggu tidak pernah terjadi kalau kamu berhasil mengajak Arnawi Rivaldo kencan. Kamu berani?"
"Tentu saja." Ucap Dena percaya diri.
"Oke deal ya? Aku tunggu kabar baik dari kamu, Dena." Ucap Aldo mengulurkan tangan ke arah Dena.
Dena menjabat tangan Aldo. "Deal."
Setelah Aldo pergi dari hadapan Dena, Dena mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia malah menyetujui kesepakatan barusan dengan Aldo? Bagaimana dia bisa mengajak kencan Arnawi Rivaldo? Kalau mendekatinya saja membutuhkan keberanian besar yang tidak dia miliki. Shit!
Lihat saja, Dena begitu pengecut. Untuk mengungkapkan perasaannya saja, Dena butuh waktu berminggu-minggu untuk menaruh 'surat cinta'-nya ke loker yang dia maksud dan ternyata malah salah orang.
Aku benar-benar sial. Aku butuh bantuan. Bagas. Ya, Bagas. Aku akan meminta bantuannya. Tekad Dena dalam hati.
Dena mengirim pesan ke BBM Bagas untuk ketemu pada hari minggu di sebuah cafe bernama "Ocean Blue." Cafe ini bernuasa laut berwarna biru. Tempatnya sangat nyaman dan enak dipandang. Dena hanya bilang, dia akan curhat ke Bagas. Nanti setelah selesai curhat, rencananya Dena akan minta pertolongan di ujungnya. Hehe..
Ya, berhubung hari ini sabtu dan Dena tidak berani kalau sekarang langsung mengajak kencan Arnawi Rivaldo. Jadi Dena putuskan untuk mengajaknya minggu depan.
...
Esoknya...
"Mau kemana? Rapih banget dandannya." Ucap Aldo tiba-tiba berada di depan Dena yang siap berangkat ke cafe 'Ocean Blue.'
"Eh?" Dena kaget. "Kenapa kamu tiba-tiba ada di depan kamarku sih?" Ucap Dena sedikit mengerutu.
"Aku lupa mengatakan. Kalau kamu tidak berhasil mengajak Ari -Arnawi Rivaldo- kencan. Sebagai gantinya kamu kencan sama aku." Ucap Aldo santai.
Dena shock.
"Apa?!"
"Berhubung kamu sudah siap dan rapih. Kita langsung berangkat saja ke tempat yang akan aku kunjungi. Oke?" Lagi-lagi Aldo berucap santai.
Aldo memegang tangan Dena lembut dan menariknya seiring dengan Aldo yang akan melangkah ke arah parkiran.
"Tapi aku ada janji." Protes Dena kesal.
"Apa janji itu lebih penting dari kesepakatan kita?" Tanya Aldo datar.
"Penting banget." Jawab Dena cepat.
Aldo menghela nafas berat. "Batalkan saja janjimu kali ini. Aku sudah berbaik hati akan mengajakmu ke tempat yang akan menguntungkanmu untuk kesepakatan kita. Dan ingat satu hal Dena, aku paling tidak suka dibantah." Ucap Aldo dingin.
Dena sedikit bergidik mendengar ucapan Aldo, apalagi di bagian 'aku paling tidak suka dibantah.'
Mau tidak mau, suka tidak suka Dena mengikuti kemauan Aldo kali ini. Perjalanan ke tempat yang dituju Aldo kurang lebih dua jam perjalanan.
Takut kelupaan akhirnya Dena mengirim pesan ke Bagas 'Sorry Gas, Aldo ngajak aku jalan. Aku ngga bisa nolak. Jadi... sorry aku ngga bisa ke sana. Aku ngga jadi curhat, kapan-kapan aja ya. Hehe'. Dena mengetik pesan tersebut dengan senyum kecut. Menyebalkan!!
Dena diajak ke sebuah kawasan konservasi hutan lindung. Tempatnya sejuk dan nyaman. Sayangnya Dena tidak sempat melihat ke kanan dan ke kiri. Karena apa? Dena dan Aldo sekarang sedang mendaki ke puncak.
Hell. Dena sangat capek. Nafasnya putus-putus. Bayangkan saja, tiba-tiba diajak mendaki dengan memakai sandal jepit -Dena lupa ganti sandal, karena tiba-tiba dipaksa naik mobilnya Aldo.- sifat pelupa Dena bikin sial kali ini. Haha..
Meskipun tanpa membawa beban tas, tetap saja rasanya berat bagi Dena yang memang jarang olahraga. Dengan sabar, Aldo menunggu Dena naik ke atas tepat berada di sampingnya. Keunggulan mendaki di hutan lindung yang sedang di daki mereka adalah ada tangga-tangga menuju ke atas. Jadi tidak terlalu ekstrim, yang ekstrimnya adalah jumlah tangga menuju ke puncak kira-kira ada sekitar 480 anak tangga.
"Mau minum?" Tanya Aldo perhatian.
Dena menggelengkan kepalanya pelan. Terlalu capek untuk menjawab.
"Masih kuat? Kita berhenti dulu atau lanjut?"
"..."
Aldo memegang tangan Dena dan menariknya supaya duduk di anak tangga yang sedang mereka pijak.
"Minum." Perintah Aldo tegas, sambil menyodorkan botol aqua ke tangan Dena.
Dena minum dengan cepat, sehingga dia tersedak.
"Pelan-pelan." Ucap Aldo lembut sambil mengusap lembut punggung Dena. "Aku akan menunggu dan tidak akan meninggalkanmu, tenang saja."
Dena menghela nafas lelah. "Masih jauh?" Tanya Dena terdengar frustasi.
"Sudah dekat." Jawab Aldo pendek.
"Sebenarnya apa tujuanmu mengajakku kemari?"
"Nanti juga kamu akan tau."
...
...
TBC
Holla, Holla...
Ketemu lagi dengan cerita baru aku. ;)
Tadinya mau Bagas dulu, eh malah Dena duluan. :p
Tenang aja, kayanya cerita Dena cuma dikit ngga akan banyak. :D
Oke ditunggu Vote, Comment and Sharenya ya...
Arigatou ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Person
RomanceSinopsis Kecerobohan kecil yang berakibat sangat fatal, Dena salah mengenali nama orang yang dia sukai. Pada saat Dena menunggu dengan gugup orang yang disukainya, yang datang ke hadapannya malah orang lain. Lalu apa yang akan terjadi? Siapa orang y...