Chapter II

1.3K 80 2
                                    

"Seluruh siswa diharapkan berkumpul di aula untuk upacara penerimaan siswa baru"

Aku dan haruka-chan beserta siswa yang lainnya telah berkumpul di aula untuk upacara penerimaan siswa baru. Aku tak terlalu memperhatikan upacaranya, pikiranku melayang membayangkan bunga sakura yang kulihat tadi pagi. Aku tersenyum-senyum sendiri membayangkan bunga tersebut. Rasanya tak sabar ingin menghampiri bunga cantik itu. Tiba-tiba hayalanku terbuyarkan. Aku merasa ada banyak mata menatapku, aku menoleh ke samping kiri-kananku tapi sepertinya itu hanya perasaanku saja.

****

Akhirnya upacara penerimaannya telah selesai...

"Hah...akhirnya upacaranya selesai juga..."keluhku.

"Kau pasti sibuk membayangkan bunga sakura yang tadi pagi kita lihat, bukan?" Tebak haruka-chan

"Dari mana kau tahu?" Tanyaku penasaran

"Dari wajahmu sudah bisa kebaca tau" kata haruka-chan dengan muka mengejeknya.

Ehh... memangnya wajahku seperti apa saat membayangkan bunga sakura tadi? Kuharap tak terlalu parah..
Aku itu kalau sudah membayangkan bunga, aku suka lepas kendali dan tanpa sadar memasang muka yang aneh karena terlalu keasikan menghayalnya...
Aduh... kuharap aku tak memasang wajah seperti itu tadi..

Tiba-tiba aku tersadar bahwa orang-orang disekitarku sedang memerhatikanku. Apa aku membuat kesalahan? Rasanya aku tidak berbuat apa-apa deh.. atau jangan-jangan mereka melihat wajahku yang aneh saat membayangkan bunga sakura saat upacara tadi?

"Kyaaaa....!! memalukan sekali... bagaimana ini? Bagaimana jika tak ada orang yang ingin berteman denganku karena melihat wajah anehku tadi? Huhuhu..." tangisku dalam hati.

Haruka-chan menyadari kebingungan dan kekhawatiranku yang terlihat jelas di wajahku.

"Kau kenapa? Wajahmu begitu kusut? Jika wajahmu seperti itu, kasihan kan orang yang melihatmu dari tadi?" Tanya haru

Aku tertegun mendengar perkataan haruka-chan barusan. Jadi bukan hanya dia yang menyadari bahwa orang-orang disekeliling mereka sedang menatapnya.

"Kenapa mereka dari tadi menatapku ? Memangnya wajahku saat upacara tadi sangat aneh yah?" Keluhku

Sato Haruka yang mendengar perkataannya tertegun lalu Tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak...

"HAHAHAHAHA.....!!!!!"

Aku kaget dan juga merasa kesal, dia tak perlu tertawa sekeras itu hanya karena wajah anehnya.

"Aduh...perutku sakit..haha.." kata haruka-chan disela-sela tawanya.

"Kau tak usah tertawa seperti itu, memangnya apa yang lucu sih?"

Haruka-chan berusaha menenangkan nafasnya dan menghentikan tawanya walaupun sepertinya butuh usaha keras untuk melakukannya. Memangnya aku salah bicara yah?

"Aduh.. temanku ini.. sepertinya sampai sekarang kau belum sadar akan pesona dirimu sendiri" kata haruka-chan

"Maksudmu?"

"Astaga.. Hana-chan..perhatikan dirimu... dilihat sekilaspun semua orang tau kau ini sangat cantik..kau bahkan sampai membuatku merasa kagum dan iri saat pertama kali melihatmu" jelas haruka-chan secara panjang lebar

"Cantik? Aku? Kau jangan bercanda deh.. aku ini biasa saja tahu.." balasku

"Hah.. inilah yang dikatakan mensia-siakan anugerah tuhan. Kau pasti akan sangat populer nantinya, aku yakin." Keluh haruka-chan

"Sudahlah ayo kita memeriksa kelas kita" ajakku pada haruka-chan yang terlihat yakin pada ramalan konyolnya itu.

****

Aku dan haruka-chan ternyata sekelas, aku sangat bersyukur bisa sekelas dengannya. Setidaknya aku merasa sedikit lega karena sudah mengenal satu orang walaupun orang itu adalah haruka-chan tetapi masih jauh lebih baik daripada tidak kenal siapa-siapa.

Aku suka kelasku.
Wali kelasku baik dan ramah, ia akan membantu sebisa mungkin jika ada yang membutuhkan bantuannya.

Teman sekelasku juga baik dan mudah bergaul, aku bahkan sudah berteman dengan mereka semua padahal kami baru masuk hari ini.

Yah...aku sudah berteman dengan semua teman sekelasku kecuali satu orang. Orang itu duduk di meja sebelahku tetapi hari ini dia tak hadir tanpa alasan. Bisa-bisanya orang itu melewatkan hari pertama masuk sekolah, saat-saat dimana kita yang tak saling kenal mencoba untuk mengenal dan berkomunikasi satu sama lain.

Jika dia datang, aku akan menghujani orang itu dengan seribu pertanyaan.
Bagaimana bisa orang itu melewatkan hari dimana bunga sakura sedang mekar dengan indah dan cantiknya,
.... terkecuali orang itu berhati dingin sedingin salju di musim dingin....

****

Hari ini sangat menyenangkan, aku sangat menikmati hari pertamaku di sekolah. Ternyata pelajaran di SMA jauh lebih sulit dari pelajaran di SMP. Kupikir tak akan jauh berbeda ternyata ada beberapa materi yang jauh lebih rumit.

Hari ini aku tak pulang bersama haruka-chan. Haruka-chan harus menjemput adiknya yang masih Tk tapi kuputuskan untuk menunggunya di bawah deretan pohon sakura yang kulewati tadi pagi saat akan berangkat sekolah.

Sambil menunggu haruka-chan, aku menikmati pamandangan bunga sakura yang indah dan tanpa kusadari mulutku mulai menyanyikan sebuah lagu...

"Bunga yang bermekaran di musim semi"

"Oh, langit yang menyebar di musim panas"

"Semuanya terukir dan berkilau di dalam hatiku

"Hujan turun di pagi hari"

"Bahkan disaat jendelaku tertutup"

"Sebuah cahaya meluap dari dadaku menuju ke langit"

"Kebahagian dan kesedihan"

"Semuanya ku dekap bahkan saat ku sedang berjalan"

"Hal itu telah menghubungkan kita berdua"

"Daun yang berguguran di musim gugur"

"Udara dingin yang dihembuskan oleh angin musim dingin"

"Masih ada banyak kebaikan jauh didalam dunia ini"

"Walaupun malam yang kelam datang"

"Hari esok kan datang bersama sinar mentari"

Setelah bernyanyi aku membuka mataku dan mamandang bunga sakura itu sekali lagi lalu pandangan ku menangkap bayangan seseorang dari sudut mataku. Aku berbalik dengan cepat tuk melihat apakah betul ada orang disana dan memang benar, ada orang yang sedang berdiri tak jauh dari tempatku berdiri.

Dia seorang laki-laki sepertinya seumuran denganku. Dia berdiri sendirian disana, kepalanya menunduk ke bawah dan matanya terpejam. Dia hanya berdiri diam.

Apakah ia mendengar nyanyianku tadi? Ah... malunya... aku juga bernyanyi tanpa sadar, aku terlalu terbawa suasana mekarnya bunga sakura hingga tanpa kusadari aku bernyanyi...ditengah jalan pula...sepertinya sudah wajar jika seseorang mendengarnya, kan ini jalan milik umum bukan milikku seorang.

Tiba-tiba laki-laki itu mengangkat kepalanya tegak lurus kedepan dan perlahan membuka matanya. Aku terpana melihat warna mata laki-laki itu.
sangat indah...

aku hanya memandangnya dari samping tapi aku tahu persis warna mata itu. Matanya berwarna...biru, bukan biru biasa. Matanya berwarna biru seperti es yang membeku bercampur gelapnya langit malam tanpa bintang.

Terlihat sangat indah tetapi juga telihat menakutkan disaat yang sama.

Laki-laki itu berbalik dan melihat kearah ku, aku terpaku dan...Ah!

"...Mata kami saling bertatapan..."


Winter Vs SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang