Aku membuka mataku dipagi hari, sinar matahari yang menembus tirai jendela menyilaukan mataku. Aku bangkit dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Hari ini adalah hari penerimaan siswa baru, aku tak terlalu tertarik dengan upacara tersebut. Hari ini aku memulai hari dimana aku telah menjadi siswa SMA, menjadi siswa SMA bukanlah hal istimewa bagiku. Rasanya tak jauh berbeda dengan baru menjadi murid SD ataupun murid SMP.
TING...TONG...
Bel rumahku berbunyi"Yuki...!!!" Teriak seseorang di balik pintu rumahku
Mendengar teriakan itu, aku langsung bergegas bersiap-siap lalu setelah itu aku keluar dan menemui orang yang sedari tadi telah menungguku.
"Aduh..Yuki...aku tahu kau tak tertarik dengan upacara penerimaan siswa baru tapi kau harus tetap datang karena kau salah satu dari siswa baru tersebut" jelasnya panjang lebar.
Dia adalah teman masa kecilku yang sangat berisik, namanya Kikuichi Makoto. Dari dulu dia sangat berisik, dia selalu bercerita tentang banyak hal walaupun aku tak terlalu tertarik dengan obrolannya.
Kenapa dia tak bisa diam saja dan biarkan aku tenang sedikit?"Ki...yuki..oi kau mendengarkan ceritaku kan?"
Pikiranku terbuyarkan oleh perkataan Makoto.
"Ya, kudengar kok" kataku cuek
Dia masih saja melanjutkan pembicaraannya yang sangat panjang.
Aku tak seperti Makoto yang periang dan suka bercerita. Aku tak terlalu suka banyak bicara, jika harus menjawab sesuatu aku berusaha menyingkatnya menjadi satu kalimat yang singkat.
Aku punya prinsip bahwa jika aku ingin melakukan sesuatu maka lakukan dengan cepat tetapi jika tak ingin melakukannya maka jangan lakukan.
Aku suka sendirian di tempat yang tenang tanpa ada gangguan dari orang lain.
Hal yang kubenci adalah...
"...Musim semi dan bunga..."Tak banyak hal yang menarik dariku.
Aku hanya seorang lelaki yang sangat biasa bernama Furugawa Yuki.Tiba-tiba aku melihat sesuatu yang kubenci, aku pun mempercepat langkahku agar aku tak perlu melihat hal itu.
Makoto menyadari langkah ku yang kupercepat, ia pun berusaha mengejarkku sambil tertawa kecil.
"Kenapa kau tertawa?" Tanyaku.
"Karena aku tahu alasan kenapa kau mempercepat langkahmu?" Jawabnya sambil tersenyum geli.
Aku tak terlalu peduli apakah dia tahu atau tidak, itu tak penting bagiku. Aku hanya tak ingin berada lama-lama di tempat itu karena tempat itu penuh dengan pohon sakura yang sedang bermekaran.
Ugh... setiap kali aku melihat bunga itu aku teringat kenangan yang tak ingin kuingat lagi.
Kenapa musim dingin begitu cepat berlalu?****
Seluruh siswa baru telah berkumpul di aula. Ah... aku tak suka menghadiri upacara penerimaan siswa baru, menghabiskan banyak energi untuk mendengarkan nasehat yang bahkan mungkin tak kubutuhkan.
Aku lelah mendengarkan pidato tak berguna itu...Tiba-tiba pandanganku tertarik pada wajah seorang gadis yang duduk disebelah ku. Dia senyum-senyum sendiri sambil memasang wajah yang sangat aneh, Sepertinya dia sedang asik menghayal di dunia khayalan miliknya entah apa yang sedang dihayalkannya itu sampai ia memasang wajah seperti itu.
Yah..aku tak punya alasan untuk peduli padanya, lebih baik aku tidur sejenak daripada harus membuang energi mendengarkan pidato membosankan ini.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Vs Spring
Teen FictionSeorang lelaki yang memiliki hati sedingin salju di musim dingin bertemu dengan gadis cantik dan ceria layaknya bunga di musim semi... Apa yang akan terjadi pada bunga tersebut saat harus menghadapi dinginnya musim dingin? Mampukah bunga te rsebut...