Terror

618 17 5
                                    

Aku sudah sampai di bandara. Mencari loket dan menemukan orang bernama Kevin cukup mudah bagiku. Hanya dengan menghampiri loket, sudah ada nama Kevin di sana.

"Kevin?". Tanyaku.

"Yeah? Can I help you?".

"Golden9027". Bisikku.

Ia memberikan sebuah tiket penerbangan menuju London. Baguslah kalau berjalan lancar seperti ini.

Ia menarik tanganku tiba tiba. "Kira, please help me. Someone still looking at me. I dont know who is she". Katanya. Matanya memancarkan ketakutan.

"Okay, kau harus pulang. Pergilah dengan taksi, dan jangan bilang pada siapa siapa tentang aku, Clove, dan kasus ini. Get it?".

"Yeah, I get it. Thanks. Be careful".

Semua orang sedang ngelantur hari ini. Ah, hari yang melelahkan. Aku menarik koper menuju ruang tunggu. Beberapa menit lagi aku akan menasuki pesawat. Aku menunggunya dengan tenang. Sampai handphone ku bergetar, aku mengambilnya dari saku.

From : Leah

My name is Leah. Im work at bakery on your keek!

Aku membalasnya.

To : Leah

Whats wrong with you Leah?! Grammar mu buruk sekali?!

Ya grammarnya lebih buruk dari biasanya. Keek? Kenapa tiba tiba dia mengirimiku pesan seperti itu? Apa maksudnya?. Ah, mungkin ulah Chloe. Ya, dia adik Leah.

From : Leah

Im fine.

3.10.15-26.27.32.36

Aku ingin menanyakan sesuatu padanya ketika sampai. Dia harus menjelaskannya padaku. Sebenarnya kenapa semua orang bertingkah aneh hari ini.

Aku berjalan menuju pesawat. Aku mendapatkan satu tiket penerbangan kelas VVIP. Tumben sekali Clove membelikanku tiket seperti ini. Baik sekali.

"Mohon handphone dimatikan nona". Kata pramugari tersenyum padaku.

"Oh, sorry. Thanks for remind me".

"You are verry welcome". Katanya. Ia pergi meninggalkanku sendirian.

Aku mematikan handphone dan menaruhnya dalam tas. Hanya ada beberapa orang yang duduk dibangku VVIP. Hanya ada aku, dua bapak bapak di depanku, sepasang suami istri yang-mungkin-dari Hawaii.

Seseorang datang duduk disampingku. Dia laki laki bertubuh tegap dan mengenakan kacamata. Aku tidak menghiraukannya. Dia sedang meminum coffee yang ia minta pada pramugari tadi. Ini seperti... De javu.

Pesawat mulai take off. Aku mengeraskan musik dan melihat berita terkini. Kurasa, Clove benar benar mengganggu liburanku kali ini. Apa tidak ada agen lain untum mendengarkan 'curhatannya' ya.

"Golden9027?". Bisik orang di sebelahku.

Aku membelalakkan mata dan melepas headset. Menatapnya dengan pandangan-who-are-you- adalah jalan satu satunya. Ini sudah merupakan peraturan kantor. Tidak bisa percaya dengan orang lain.

"Eagle45!". Ia memberikan tangannya padaku.

"Ah! Clove yang menyuruhmu?". Aku menggapai tangannya untuk bersalaman.

"Yep. Sebentar lagi, kau akan turun di London. Dan kau tidak usah pergi ke kantor Clove. Kalau kau sudah sampai pada... alamat ini, kau baru menelfon Clove". Ia mengambil kertas di sakunya lalu memberikannya padaku.

Aku melihatnya dengan seksama. "Kali ini kasus apalagi?". Aku berbisik.

"Dengar, pasang telingamu baik baik. Kau tidak boleh berbicara pada orang asing, dan tetap mengikuti peraturan, jangan mengacaukan semuanya like Leah do it! Ini benar benar kasus yang harus segera diselesaikan. Dan, kau harus menanyakan secara detail kepada client! Dan pecahkan semuanya. Jangan sampai ada yang terbunuh dan sebisa mungkin kau harus bersikap tenang. Setidaknya kau mahir beradaptasi. Kalau kau membutuhkan sesuatu, telfon Clove. Usahakan tidak ada yang menelfonmu!". Jelas laki laki itu. Suaranya yang kecil membuatku mengerti kalau kasus ini bisa membawa lebih banyak kematian.

DaydreamerWhere stories live. Discover now