You... Lost (Harry)

353 24 6
                                    

Deringan telfon di night stand membuatku mengusap mata. Dengan cepat aku meraihnya dan memencet tombol ‘Answer’.

“Hello…”. Aku menggaruk rambutku dan merapikannya.

“Harry???!!! Where are you????!!!!”. Bentak seseorang dari seberang.

Aku menjauhkan handphone-ku dari telinga dan melihat caller id-nya. Ah, hell you Liam.

“Harry, jawab aku! Di mana kau sekarang, huh?”.

“Calm down daddy, I’m safe, with my…. Shit, Kira menghilang!!!! I’ll call you later!”.

Tak peduli Liam memaksaku untuk menjawab pertanyaan intograsinya, aku melemparkan handphoneku kearah sembarangan. Aku mencari dan memanggil nama Kira ke setiap sudut ruangan tapi hasilnya nihil.

Sudah berulang kali aku menghubungi handphonenya, tapi tetap tidak ada jawaban. Ia mengalihkan panggilanku.

Mungkin dia hanya ke supermarket sebelah, Harry, jangan terlalu khawatir.

Dengan wajah putus asa aku duduk di ujung kasur. Sambil sesekali melihat layar handphone-ku. Wallpaper ini sudah lama tidak kuganti. Yah, fotoku dengan Kira sewaktu kami ‘hang out’ berdua malam itu. Ya, malam yang paling mengesankan—setidaknya—bagiku.

Aku menaruh handphone-ku di night stand dan melihat secarik kertas jatuh di lantai. Aku meraihnya membacanya.

Curls, I’m so sorry. I must leave you. It’s my choice, and don’t you dare to following me..

Ps. I love you

Hell, I hate you Kira!

Ia selalu seperti ini. Tidak mau membagi ‘sakit’-nya. Kurasa ia tidak mempercayaiku lagi, setelah kejadian tembak menembak saat itu. Aku memang salah, dan aku…. bodoh.

Note to all of you : Harry Styles tidak pernah mengatai dirinya bodoh. Kecuali belakangan ini.

Handphone-ku berdering lagi. Dengan cepat aku mengambilnya, berharap telfon itu adalah telfon dari Kira. Dan harapanku musnah ketika melihat nama Zayn muncul di layarku.

“What Zayn?”.

“Whooooa, slow, man! Kau di mana?”.

“Tidak penting aku di mana. Gara-gara kalian, Kira menghilang”.

“Hey, you can’t blame it on me. Dia bersamamu semalam? Kau di mana?”.

“Aku di…. Entahlah, di hotel dekat London Eye!”.

Tidak ada jawaban dari seberang. Hanya ada beberapa suara takjub dan sedikit teriakan melengking. Oh ya ampung, mereka pasti mengira bahwa aku….

“Dude…. Oh man, you crazy one! Bagaimana bisa kau…”.

“No Zayn! We’re not do that! Ugh, sekarang bawakan bajuku, dan pergilah ke sini. Aku akan mengirimkan alamatnya. Setelah itu ikut aku ke Holmes Chapel!”.

“Wait, for…”.

Dengan segera aku mematikan telfon dari Zayn. Ia akan banyak bertanya nantinya. Sebaiknya aku mulai berkemas dan mandi.

Aku masih bingung dengan perasaan ini. Aku juga bingung, apakah Kira merasakan yang sama atau malah sebaliknya. Apakah ia mengatakan ‘I love you’ hanya untuk membuatku tenang?. Kalau memang itu tujuannya, ia bukan penenang yang baik. Ia malah membuatku gila dengan kata-kata itu.

Nyatanya, sampai sekarang ia tidak pernah memelukku atau menciumku duluan. Selalu aku yang memulai. Memang, ia selalu membalas. Tapi balasan tidak akan pernah cukup untuk rasa penasaranku ini.

DaydreamerWhere stories live. Discover now