Hello New York!

527 18 5
                                    

Aku berlari sekuat tenaga menggandeng lengan Harry. Oke ini buruk tapi aku harus menyelamatkannya. Runtuhan gedung ini akan menimpa kami. Aku mencari tangga darurat dengan cepat. Harry masih sedikit takut. Matinya lampu di gedung ini membuat semuanya terasa gelap. Gedoran pintu di sebelah utara membuat Harry melepaskanku. Aku mencoba meraihnya namun gagal. Ia sudah membuka pintu itu. Seorang wanita dengan rambut panjang bermasker hitam sedang memegang pisau menuju ke arah Harry. Ia berjalan mundur ke arahku. Perempuan itu mengangkat pisau tepat di atas kepala Harry.

"Wake up Kirraa!!!! Wakeee uppp!!!". Guncangan tangan itu membuatku tersadar.

"It was a nightmare!". Dengan cepat aku mendudukkan tubuhku. Aku memijat pelipisku.

"Kau berteriak, jadi aku mendobrak pintumu". Kata Niall.

"Oh ya, maaf mengganggumu".

"Ada apa?".

Ada apa?. Aku harus menjawab apa?. Menjawab aku bermimpi bahwa aku berlari menolong Harry lalu ada seorang gadis yang berusaha membunuhnya?. Bisa bisa Niall mengira aku terlalu memikirkan Harry. Atau... Aah, whatever.

"Nothing. Justt... Nightmare".

"Oh, okay. Kalau mau sarapan, kau bisa ambil di meja bar. Kita berangkat tiga jam lagi". Ia berdiri dari ranjang.

"Uhm, thanks".

Niall berjalan menuju pintu dan memutar kenop-nya. "Oh ya, Chelsea ada di kamarku. Ia tertidur di sana tadi malam". Kakinya masih menginjak karpet di depan pintu.

"Massive thanks". Aku mencoba tersenyum. Ia membalas senyumanku.

Oke, ini aneh. Sudah semenjak beberapa bulan yang lalu aku tidak bermimpi seperti ini. Mimpi tadi memang terlihat buram. Bahkan aku tak tau kelanjutannya. Semua adegan itu berhenti pada saat wanita itu akan menusukkan pisaunya ke kepala Harry. Aku jadi merinding mengingat ancaman Mr. X, ia akan membunuh Harry.

Aku belum pernah menjelaskan sebelumnya?. Aku memiliki kekuatan lebih dalam alam bawah sadar. Aku sering mendapat mimpi aneh tentang beberapa orang yang aku kenal atau bahkan yang tak pernah bertemu denganku sekalipun. Terkadang kelebihan itu membantuku menyelesaikan masalahku atau pekerjaanku. Aku bukan seorang indigo atau cenayang. Kelebihan itu datang tiba tiba dan tanpa kusadari. Entah sejak kapan aku memiliki kelebihan itu. Aku juga sering mengalami De Javu, semua orang juga sering. Jadi itu tak masalah.

Tanpa memikirkan kejadian tadi aku mengemasi bajuku untuk ke New York hari ini. Aku juga menyiapkan beberapa lembar baju milik Chelsea yang masih tersisa. Entah kenapa ada perasaan tidak enak saja dalam benakku. Ah, mungkin hanya perasaan. Tak lupa tas berisi file dan 'senjata'ku. Siapa tahu terjadi sesuatu yang tidak dapat di duga. Who's know?.

Duduk di bandara dengan menjilat ice cream Strawberry membuatku bergidik ngeri. Aku melihat kelima laki laki ini melakukannya secara bersamaan. Diikuti dengan Chelsea disampingnya. Errh, aku paling tidak suka dengan Strawberry. Diantara mereka berenam hanya Chelsea-lah yang kelihatan biasa saja. Mereka merengek pada management untuk dibelikan ice cream itu di supermarket tadi.

"You want Megan Fox?". Hell, what?.

"No curly! Thanks!". Jawabku pedas.

"Dia benci Strawberry. Aku tak tahu kenapa, tapi dia suka coklat". Chelsea menjelaskan pada Harry diikuti anggukannya.

Aku hanya diam melirik jam tanganku. Sudah lima belas menit pesawat kami delay. Kami bahkan tak tahu kenapa bisa begitu. Mungkin pemberangkatan pilotnya terlambat. Tiba tiba perasaan tidak enak ini muncul lagi. Rasanya aku badmood dan tidak ingin melakukan apa apa seharian ini. Mungkin aku dalam masa PMS. Yah, bisa saja kan.

DaydreamerWhere stories live. Discover now