Betrayal

209 26 17
                                    

Hanya keheningan yang menyelimuti ruang makan. Setelah insiden 'kepala' tadi, aku hanya diam dan tidak berbicara pada siapapun--kecuali Gemma. Harry terus menerus menanyakan apa yang terjadi. Tapi aku dan Gemma selalu menggeleng dan bilang bahwa tidak ada yang terjadi. Sebelumnya, aku sudah memberitahu Gemma untuk bekerja sama. Dan kurasa, memang tidak terjadi apa-apa--setidaknya tidak perlu kuceritakan.

Aku memperhatikan Niall yang makan dengan lahap tanpa sepatah katapun. Tidak biasanya aku melihat dia diam seperti ini. Pandanganku beralih ke Liam. Ia bahkan hanya mengaduk-aduk salad-nya dengan enggan. Berbeda dengan Zayn dan Louis. Mereka menyuapkan beberapa sendok makanan, setela itu memasukkan tangan ke jaketnya dan menatapku. Dan yang paling parah adalah Harry. Ia hanya menundukkan wajahnya dan menatap lantai. Ia bermain dengan kakinya. Sekalipun, ia belum menyentuh piringnya.

"Sebenarnya ada apa ini?". Tanya Louis dengan perlahan.

Mataku hanya membelalak. Aku mengambil air dan meneguknya perlahan. Jujur, aku tidak bisa menatap mereka lebih lama.

"Aku sudah bilang, tidak ada apa-apa". Tegasku. "Apa aku harus memutar waktu, dan membuktikan pada kalian kalau tidak terjadi apa-apa?".

"I'm done! Kalian mengganggu nafsu makanku". Niall berdiri dan melempar sendoknya.

Hal itu diikuti oleh Louis, Zayn, Liam, dan Gemma. Mereka hanya meninggalkan aku dan Harry di meja ini. Sungguh, untuk sekarang aku tidak tahu harus berbicara apa. Menyapanya 'Hai?' lalu pergi?. Hal terkonyol yang pernah aku lakukan.

Tanganku meletakkan sendok dan berhenti makan. Saat beranjak, sebuah suara serak memanggilku. Tentu saja aku berharap itu Harry. Atau mungkin hanya ada di anganku saja?.

"Kira...".

Hmm?. Batinku menjawabnya.

"Kau pernah merasakan sakit?". Suara seraknya tidak begitu jelas di telingaku. Walaupun begitu, aku masih bisa menangkap apa yang ia katakan.

Sakit?

"Sakit, seperti... Seorang yang kau cintai... Belum mempercayaimu sepenuhnya? Pernahkah?".

Oh, don't start the drama, Harry!

"Aku...".

Sebelum Harry melanjutkan kalimatnya, aku melangkahkan kakiku keluar. Aku mencoba mencari udara segar di luar.

Perlahan, aku menyusuri jalan di depan penginapan ini. Kakiku menuju ke sebuah pasar tradisional yang menjual berbagai kerajinan dari Holmes Chapel. Ada beberapa cinderamata yang menarik perhatianku, namun aku terus berjalan melewatinya.

Tanpa sadar, kakiku terus berjalan sampai di ujung pasar tadi. Aku berhenti sejenak dan memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Mataku menangkap sesuatu yang aneh.

Aku mengikuti seorang gadis kecil dengan pita biru di pinggangnya. Aku tidak tahu kenapa aku begitu tertarik untuk mengikutinya. Kata hatiku menyuruhku untuk begitu.

Kulihat, gadis itu mengetuk pintu rumah dan memasukinya. Tak lama setelah ia mengetuk pintu, seorang wanita dengan rambut blonde membukakan pintu untuknya. Ia memperhatikan keadaan dan dengan cepat menarik anak itu. Sepertinya aku pernah melihat perempuan itu. Tapi di mana?.

Aku memberanikan diri mendekati rumah itu, dan mengetuknya beberapa kali. Namun, tidak ada seorangpun yang membuka pintunya. Bahkan, tidak ada suara apa-apa di dalam. Yang terdengar hanyalah suara kicauan burung dan suara angin.

"Aku tahu ada orang di dalam. Tolong buka pintunya". Aku memohon.

Tirai di jendela rumah itu tertarik sedikit, dan saat aku memperhatikannya, seseorang di balik tirai itu hilang. Ah, sial.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 15, 2013 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DaydreamerWhere stories live. Discover now