We Can - 12

775 67 1
                                    

EUN HEE POV
Tanganku pelan-pelan meraba rumput halus di samping tubuhku. Perasaanku hampir tak tertahankan saa seorang yeoja di sampingku ini mengucapkan semuanya yang bagaikan air mengalir. Tatapan mataku menerawang ke permukaan sungai yang sedikit bergelombang. Benarkah seperti itu kenyataan yang telah terjadi, eomma?

"Aku... Merindukanmu. Sepanjang hidupku di sana, aku selalu terpikirkan tentang gadis kecil yang aku lahirkan. Aku ingin tahu... Bagaimana keadaannya sekarang," ucapan Sara Lee yang nyatanya ialah ibuku ini, membuatku tak dapat berkata apa-apa lagi. Semua yang ucapkannya ialah kenyataan yang sama dengan keterangan dari appa. Meskipun aku tahu, alasan dia meninggalkanku ialah karena....

Ibunya sendiri. Karena nenekku.

"Aku... Menyesal..."

Tahu-tahu tanganku menyentuh tangannya. Entah kenapa aku merasa hatiku dengan yeoja di sampingku ini sangat dekat. Apakah ini yang dikatakan oleh orang-orang, kontak batin anak dan ibu?

"Jangan katakan itu lagi... Eomma,"

Eomma... Aku bisa mengatakan satu kata itu. Aku mengatakannya pada sesosok wanita yang merupakan ibuku. Bukan ibu tiri yang aku bayangkan saat appa menikah dengan wanita lain, tetapi dengan ibu "kandung"ku sendiri. Eomma menatapku dengan mata sembap dan basah. Matanya juga menyinarkan rasa keterkejutan saat aku bertindak sesuai naluriku sebagai seorang anak. Benarkah begitu sikapku?

"Eun Hee-ya..." eomma berujar lirih. Aku mengenggam erat tangannya. Dan semburat senyum telah terpatri di wajahku. Aku menyadarinya. Menyadari bahwa ujung bibirku melengkung dengan sendirinya. Apakah aku bahagia karena aku bisa memanggilnya eomma? Karena dia lah ibuku yang sesungguhnya?

"Hentikan, eomma. Jangan disesali semua yang telah terjadi, meskipun nenekku lah yang membuat semuanya menjadi kacau. Semua itu sudah berlalu, bukankah kita hanya perlu menghadapi yang ada serta memperbaiki hal yang salah?" ujarku. Aku menatap sendu wajah eomma yang terlihat letih. Letih dengan persoalan aku, dan appa serta pertarungan batin dirinya sendiri. Dan entah kenapa aku tidak sanggup lagi melihat bulir-bulir kristal itu jatuh dari mata eomma.

Aku sendiri juga tidak menangis. Kalau aku menangis, terpikir olehku, eomma akan lebih menyakiti dirinya sendiri. Entahlah, padahal mataku sudah memerah dan bergelinang air mata, tetapi tak satupun bening kristal itu keluar.

"Bolehkah... Eomma memelukmu, Hee-ya?" pinta eomma pelan. Aku justru dengan senang hati melakukannya. Segera kupeluk eomma. Dia memelukku erat. Entah kenapa rasanya ada gejolak yang menyenangkan dari dalam hatiku. Lalu aku merasakan suara isakan tangis. Ternyata eomma kembali menangis di pundakku. Menyadari itu, tiba-tiba pertahananku runtuh, dan air mataku kini sudah menyesak untuk keluar.

"Uljima, eomma," lirihku pelan saat air mataku sudah membasahi kedua pipiku. Aku memeluk eomma dengan erat seraya menundukkan kepala dipundak eomma. Hidungku lalu membaui wewangian yang semerbak dari tubuh eomma. Harum sekali, dan aku suka. Aku ternyata benar-benar merindukannya. Amat sangat rindu dengan eomma.

"Apakah kau tidak marah kepadaku, Hee-ya?"

Aku menengadahkan kepalaku. Lebih tepatnya aku mendongak menatap eomma. Saat ini aku tengah tidur-tiduran di atas rumput yang empuk ini, dengan kepalaku yang berada di paha eomma. Pelukan tadi membuat semuanya plong, lega dari sini. Hati ini.

Tangan eomma tergerak membelai rambutku. Aku menggeleng atas jawaban pertanyaan eomma. "Tidak. Sama sekali tidak." aku menatap eomma dengan senyum senang. Eomma balas menatapku dengan raut keterkejutannya. Aku terkikik.

****

SARA LEE POV
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan suasana hatiku hari ini. Mungkin, ah tidak. Justru hari ini adalah hari terbaik yang pernah ku alami selama ini, selain aku melahirkan si gadis kecil yang sudah beranjak remaja ini.

Yesung with... His Daughter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang