Storm - 8

879 65 0
                                    

KIM EUN HEE POV
"Aku pulang,"

Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu. Saat aku melepaskan sepatu, kulihat appa tengah berdiri di depan meja makan, dan beberapa makanan sudah terhidang di atas meja putih itu. Tapi, entah kenapa semua makanan itu tidak menarik minatku. Aku langsung menuju kamar tanpa menyapa appa terlebih dulu. Entahlah, aku hanya ingin sendirian.

Pintu kamar kututup rapat-rapat. Kukunci dari dalam. Aku lalu menghela napas berat. Tubuhku tersandar di pintu itu, mencoba menenangkan diriku, agar aku benar-benar bisa mencerna keadaa sulit yang tengah kujalani saat ini. Kepalaku bahkan sampai berdenyut nyeri.

Tertegun. Aku menolehkan kepalaku ke pintu yang tepat di belakangku. Aku merasakan pintu itu diketuk. Itu pasti appa. Aku yakin sekali.

"Eun Hee, ayo makan, halmeoni membawakan makanan yang enak untukmu," ujar appa di luar pintu kamarku. Aku terdiam sejenak. Tahu-tahu aku merasakan pipiku basah, dan dialiri oleh tetesan air. Ternyata... Aku menangis. Kutatapi telapak tanganku, semuanya membuat hatiku remuk. Kenyataan bahwa ibuku kemungkinan masih hidup. Serta sosok "ibu" yang tidak pernah appa ceritakan padaku.

Aku menarik napas dalam-dalam. Agar appa tidak menyadari bahwa aku sedang menangis. Aku berusaha membuat suara yang keluar dari mulutku terdengar normal.

"Ne."

Tapi ternyata, perkiraanku salah... Appa bahkan mengetuk-ngetuk lagi pintu kamarku dengan tidak sabaran. Apa yang harus kulakukan? Aku hanya ingin sendirian appaa...

"Eun Hee-ya, kau baik-baik saja?" suara appa terdengar cemas. Aku harus bisa menipu appa. Bahwa aku baik-baik saja, agar appa tidak khawatir. "Ne, gwenchanayo, appa." balasku senormal mungkin.

"Baiklah. Cepatlah keluar, kita makan bersama,"

Aku menganggukkan kepala, yang kutahu bahwa appa tidak akan bisa melihatnya. Lalu aku merosot jatuh ke lantai. Aku serasa kehilangan beribu-ribu tenaga. Bahuku terasa bergetar. Aku tersedu-sedu menahan tangisku sendiri. Posisi duduk dilantai dan bersandar di pintu memang posisi yang bagus untuk meluapkan semuanya.

"Yesung pernah memberitahu kami soal ibumu, tapi itu tidak sepenuhnya, hanyalah appamu yang tahu jelas semuanya, dan yang sesungguhnya." ujar Heechul appa. Aku diam. Masih tidak sanggup untuk berkata-kata.

"Kau dibawa oleh Yesung kepada kami saat kau berumur 2 tahun. Waktu itu halmeonimu datang mengunjungi Yesung ketika trainee, di Seoul. Dan ketika kami debut, Yesung menceritakan sedikit mengenaimu dan ibumu," ujar Heechul appa. Kulihat para appaku yang lain terdiam, membiarkan Heechul appa mewakili mereka. Karena Heechul appa adalah yang paling tua diantara mereka semua.

"Yesung hyung bilang, bahwa ibumu menitipkanmu dengan pembantu yang bekerja di rumahnya, dan setelah itu ibumu pergi entah kemana, Yesung hyung sama sekali tidak tahu kemana ibumu menghilang," ujar Wook appa. "Lalu kami memutuskan untuk membesarkanmu bersama-sama," sahut Shindong appa.

Aku terpana. Mataku terasa amat panas. "Be-begitukah?" ujarku tanpa suara.

Semua member menganggukkan kepala. Aku mengerti. Jadi, aku yakin bahwa ibuku tidaklah meninggalkan dunia, melainkan meninggalkanku dengan appa sendirian.

"Kalau yeoja itu memang kenal lama dengan Yesung hyung, bisa kita asumsikan bahwa yeoja itu adalah ibumu," ujar Kangin appa terang-terangan. "maafkan aku, Eun Hee-ya," sambung Kangin appa meminta maaf. Aku menggelengkan kepala lemah.

Sungmin appa menganggukkan kepala. "Benar juga. Apalagi, selama ini, Yesung hyung terlihat tidak tertarik dengan yeoja. Bahkan kami pernah mengadakan kencan buta untuknya, tapi dia menolak dengan mentah-mentah. Bukan begitu, Wook? Kyu?"

Yesung with... His Daughter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang