Bittersweet - 11

812 61 1
                                    

"Apakah kau harus memakan makanan instan seperti ini?"

Sesosok yeoja tampak menunjuk-nunjuk mie instant yang terpajang rapi di rak makanan. Yeoja berambut panjang nan hitam dan lurus itu lalu menggelengkan kepala pertanda tidak mengerti. Ia baru saja menemui sesosok pria yang sudah tak dijumpainya selama 10 tahun belakangan ini. Parahnya, pria itu dalam keadaan seperti orang terasing, dengan jaket rapat menutupi tubuhnya, topi dikepalanya, serta sebuah kacamata yg bertengger di atas hidungnya.

"Jong Woon-ah," gumam yeoja itu memanggil sesosok pria yang tampak termenung di depannya. Yeoja itu hanya mendesah pelan, seraya meraih sekotak bubur di dekatnya dan menaruhnya ke dalam keranjang yang dipegang Jong Woon dengan agak keras. Hingga pria itu tersentak.

"Ah? Mwoya?" Jong Woon tergagap dan menatap yeoja itu dengan pandangan yang tak dimengerti. Yeoja itu bersedekap. "Kau melamun?" tanyanya. Jong Woon hanya cengir saja seraya meraih mie instant dan memasukkannya ke dalam keranjang. Tapi dengan cepat tangan yeoja itu mengambil kembali mie tersebut dari dalam keranjang. Jong Woon malah terpana melihat tindakan yeoja itu.

"Na Kyung-ah?" sahut Jong Woon bingung. Na Kyung membalas. "Kau tidak perlu memakan makanan seperti ini. Ayo kita cari bahan makanan yang lain," Na Kyung kemudian melenggang pergi menjauhi rak makanan instant tersebut ke rak yang lain. Jong Woon hanya mengikut saja dengan pasrah.

"Sudah. Kau tidak perlu makanan seperti tadi. Aku akan menyiapkan makanan sehat untukmu." ucap Na Kyung seraya menarik Jong Woon keluar dari supermarket dengan sekantung belanjaan. Saat diluar gedung, Na Kyung berdiri berhadapan dengan Jong Woon.

"Kupikir, kita perlu bicara," kata Na Kyung serius. Jong Woon mengernyit

****

Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai ke tempat tujuan. Sara baru saja menghentikan mobilnya di depan sebua sungai. Di tepi sungai itu ada beberapa pohon yang rindang, dan rumput yang subur tumbuh di sana. Sara hanya terpana menatap keasrian tempat itu dari dalam mobilnya. Matanya sendu menatap semua itu.

"Sudah berapa lama aku tidak kemari," gumamnya begitu keluar dari mobil. Sungai itu masih jernih dengan gemericik pelan yang menyenangkan bagi pendengaran. Ini adalah tempat yang penuh kenangan baginya. Dan satu hal lagi yang tak dipercayainya; ternyata setelah 15 tahun meninggalkan kampungnya, ia masih ingat jalan ke Cheonan, dan masih ingat dengan tempat legendaris ini.

Ia duduk di rumput nan hijau itu seraya melepaskan penat. Letih rasanya menghadapi hidup yang rumit seperti ini. Puncaknya ada pada pemberitaan yang dimulai dari kemarin. Pemberitaan dirinya dengan Yesung di sebuah kafe, beserta Eun Hee yang ikut terlibat bersamanya.

Ah, omong-omong soal Eun Hee... Sara tertegun. Ia seperti baru menyadari sesuatu. Yakni sebuah rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata, tetapi hatinya ingin sekali bertemu dengan gadis remaja itu. Melihat gadis itu tumbuh... Pasti menyenangkan.

"Kim Eun Hee..."

Sara menundukkan kepala. Entah kenapa ada rasa membuncah yang terasa di dadanya. Terbayang olehnya gadis remaja itu tumbuh besar dan berseru memanggilnya dengan sebutan ibu. Terbayang olehnya betapa imutnya gadis itu dulu ketika kecilnya, dan betapa menyenangkan melihatnya tumbuh hingga berumur 16 tahun sekarang. Terbayang....

"Hiks,"

Setetes kristal jatuh di atas punggung tangannya. Kemudian basah. Ternyata Sara menangis. Akhirnya setelah letih menahan dari kemarin, sekarang air mata yeoja cantik itu keluar juga. Wajahnya kini tampak memerah. Apalagi matanya yang sudah penuh dengan air mata, dan hidungnya kempas-kempis mengikuti irama kepedihan hatinya. Di saat yang bersamaan juga terbayang sosok Yesung yang tersenyum hangat padanya, mengenggam tangannya, dan sepenggal harapan yang mereka tumbuhkan bersama.

Yesung with... His Daughter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang