EPILOG

643 50 0
                                    

~Perayaan Mahasiswa Baru (Kim Eun Hee)~

Gedung-gedung terlihat saling bersahutan mengisi kawasan sebuah universitas bergengsi di Korea Selatan dengan luas yang hampir tak bisa dihitung dengan jari.

Selain itu, taman-taman kecil seakan mengisi universitas ini dengan kesejukan dan bayangan indah yang akan dijalani bagi para mahasiswa dan mahasiswa baru. Suasana ramainya, riuhnya, dan sekelompok mahasiswa yang terpencar-pencar disetiap sisi kampus membuat pemikiran seakan lebih luas ketika memasuki kampus tersebut.

“KEPADA MAHASISWA BARU KOREA UNIVERSITY AGAR SEGERA MEMASUKI AULA UNIVERSITAS, KARENA SEBENTAR LAGI ACARA PEMBUKAAN AKAN SEGERA KITA MULAI.”

Sebuah suara terdengar dari arah pengeras suara. Suara tersebut menghimbau agar para mahasiswa baru beserta tamu yaitu orang tua masing-masing untuk masuk ke dalam aula pertemuan.

Agenda hari ini ialah upacara resmi masuknya mahasiswa baru. Seiring dengan berlalunya suara himbauan tadi, maka semakin banyak para orang tua dan anak-anak mereka masuk ke dalam aula. Bagian duduk tampak dipisah, mahasiswa baru di bawah, sedangkan orang tua berada di atas.

Sementara itu, dua orang gadis tampak gelisah dan terus menerus melihat ke arah belakang mereka. Seakan berharap bahwa salah satu teman mereka muncul diantara mahasiswa yang terus menerus masuk dari pintu masuk.

“Kenapa Eun Hee lama sekali?” ujarnya gusar melihat ke arah jam tangan yang melilit pergelangan tangan kirinya. Sedangkan teman disebelahnya sibuk melirik ponsel, berharap Eun Hee akan menghubungi.

“Na Eun, coba telpon lagi,” sarannya.

“Seul Ki, dari tadi panggilanku bahkan tidak dijawab, chat pun tidak dibalas.” Ujarnya dengan suara pelan. Seul Ki merapatkan doa.

“Semoga Eun Hee datang tepat waktu.” Dibalas dengan anggukan kepala Na Eun.

****

“Appa, Eomma, ppaliwa!”

Seruan datang dari seorang gadis yang sudah tampak rapi dan berdiri di depan pintu rumah, hendak membuka pintu tersebut.

Sementara kedua orang tuanya masih tampak kewalahan dengan diri mereka sendiri. Gadis itu bahkan sampai bedecak kesal.

“Aah, acara pembukannya sebentar lagi, dan kita masih di rumah? Ya ampun!” ujarnya lagi dengan menepuk keningnya dan merundukkan kepala. Merasa kesalahan besar yang terjadi pagi ini sama sekali bukan sebabnya.

“Astaga bagaimana bisa kau masih belum siap?” tegur wanita yang kini sudah berada di depan pria yang tampak kesusahan memasang dasi.

“Sebentar Hee-ya, hanya memasang dasi saja,” ujarnya seraya nyengir tanggung kepada istri yang sudah memasang dasinya kini.

“Kau memang menyusahkan, Yesung-ssi. Lihat anak gadismu sudah bersiap lebih dulu dibandingkan ayahnya sendiri? Ck ck,” ujar Sara yang masih menatap lipatan-lipatan dasi dengan tangannya. Yesung hanya diam saja.

“kalau seandainya kau tidak membuat pesta itu malam tadi, kurasa kita tidak akan seperti ini. Padahal ini hari yang penting untuk putri kita.” Sara melirik Yesung sekilas.

“Nah, sudah. Ayo berangkat.” Katanya seraya menarik tangan Yesung dan memakaikan jas dengan kilat di bahu pria itu.

“Baiklah, Hee-ya, kita berangkat!” ujar Yesung menggebu-gebu.

“Percuma, kita pasti terlambat.” Eun Hee memutar kedua bola matanya. Kesal melihat appanya. Yesung kemudian mengerling dan tersenyum miring.

“Tidak. Itu tidak akan terjadi. Lihat saja, appa akan membuatmu terbang ke sana.”

Yesung with... His Daughter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang