x. Zehn

209 27 22
                                    

"You can fall into my love."

Fall Into My Love [2012], Bobby Andonov

x. Zehn

      HARI INI harus menjadi hari terindah yang pernah ada. Itu janjinya. Karena esok, semua akan kembali ke tujuan semula. Skotlandia.

      Entah, sepertinya lelaki itu memiliki ketertarikan yang cukup besar pada Negeri 1001 larangan ini. Mungkin karena semua sejarah baru yang tak pernah terpikirkan, dengan begitu saja datang dan sepertinya sejarah baru akan membawa kabar baik untuk hatinya. Untuk hati seorang lelaki idiot seperti Bei Regen Donnerte, yang selama ini-- secara bahasa tubuh, tidak dianggap oleh gadis yang dia sukai sejak lama, yang kebetulan berstatus sebagai sepupunya.

      Tidak ada perbedaan yang cukup berarti. Hans bangun lebih awal darinya, dan Regen memasak nasi goreng untuk yang ketiga kalinya dengan racikan tambahan seperti: senyuman yang merekah tiada henti, suara tawanya yang membuat ngeri, dan nyanyian merdu dengan volume tinggi.

"And, baby, your smile's forever in my mind and memory..I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways..Maybe it's all part of a plan...Well, I'll just keep on making the same mistakes, Hoping that you'll understand..."

      Ayahnya sendiri menyadari bahwa ada sikap Regen yang berubah hari ini. Mendengar suara tawa dan suara nyanyiannya yang sedikit mengganggu, membuat Hans beberapa kali harus membaca ulang koran pagi, karena koran tersebut menggunakan bahasa melayu yang tak dimengerti.

"Machen sie eine niedrigere stimme bitte, ich kann nicht konzentrieren! (1)" Teriak Hans sekeras mungkin agar anaknya ini mendengarnya. Tak lama, nyanyiannya pun berhenti. Namun digantikan dengan suara tawa kecilnya yang sedikit menakutkan. Regen yang telah usai memasak, membawa hidangan ke meja makan. Di mana Hans sedang membaca korannya. (1): tolong kecilkan suaramu, aku tidak bisa berkonsentrasi

"Guten Morgen, Dad. (2) Selamat mencicipi." Ucap Regen sambil memberikan satu piring nasi goreng dengan senyuman yang indah. (2): selamat pagi, dad

Hans memicingkan matanya, curiga. "Ada apa denganmu hari ini?" Lelaki itu hanya tersenyum, dan menggeleng yakin. "Tidak ada," jawabnya dengan cengiran.

     Hans menutup korannya dan mulai mencicipi masakan Regen. Seketika, raut wajahnya berubah menjadi kecut. Dia berlari ke arah wastafel, lalu memuntahkan masakan Regen. Sedangkan si koki terdiam kebingungan di meja makan. "Dad, are you okay?" Teriak Regen. Pikir lelaki itu, tidak ada yang salah dengan masakannya. Padahal, masakannya benar-benar buruk pagi ini.

      Hans duduk kembali, "still asking why? Taste what you cooked," suruhnya. Regen menurutinya, dan tak lama kemudian, dia berlari menuju wastafel dan memuntahkan makanannya sendiri.

"Err.. Buruk sekali," bahkan si koki baru sadar bahwa makananya tidak layak dimakan.

"You know, Son? That is more than 'buruk sekali'. Pagi ini, dengan ajaibnya kamu tidak bisa membedakan garam dan gula. Mana ada nasi goreng dengan gula," kritik Hans diakhiri dengan tawanya. "Kamu pasti ada sesuatu," Regen tidak hebat menyembunyikan semburat merah di pipinya. Tentu saja Ayahnya tahu kalau dia menyembunyikan beberapa hal.

"Tidak ada,"

"Tidak ada. Jadi, kamu nyanyi dan tertawa sendiri, dan.. Oh-- rupanya pakaianmu bagus sekali pagi ini? Ingin pergi ke mana, hm?" Wajah Regen tiba-tiba memucat. Dia menghembuskan napas panjang, "baiklah, Dad. Aku ingin jujur padamu." Hans mencondongkan badannya, siap mendengarkan.

Hujan di Negeri 1001 LaranganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang