v. Fünf

240 32 14
                                    

"Jantungku berdegup cepat. Kaki bergetar hebat. Akankah aku ulangi merusak harinya?"

Hari Bersamanya [2011],
Sheila On 7

v. Fünf

TENGAH MALAM menjelang pagi, dengan mata merah dan tubuh yang setengah sadar, mereka duduk di jajaran kursi paling pinggir.

00.07 am

Begitulah yang tertera pada jam bundar yang digantung di tengah ruang tunggu penerbangan yang berarti mereka harus menunggu sekitar satu jam untuk melanjutkan penerbangan ke Skotlandia, karena tengah malam seperti ini, mereka masih berada di Asia Tenggara. Lebih tepatnya, Singapura. Dikarenakan cuaca, petir, dan hujan, menghambat perjalanan.

Menunggu satu jam, membuat salah satu dari mereka tidak bisa melanjutkan tidurnya. Yaitu Regen. Lelaki itu tidak bisa tidur seperti Kala dan ayahnya yang terlelap. Dia hanya bisa memperhatikan sekitar, dan melamun sendirian. Lalu sebuah ponsel berdering, gadis di sampingnya terlonjak kaget karena deringan itu berasal dari dalam saku celananya. Dengan malas, dia mengangkat teleponnya.

"Assalamu'alaikum.. Gimana nih, anak ayah? Udah sampe?" Ucap sesorang di seberang sana.

"Hmmm.. Hooamm.." Jawabnya, sambil menguap.

"Ayah tadi lihat di tv, katanya Skotlandia lagi ada badai salju. Kamu hati-hati di sana, ya! Selalu pakai mantel kalau kemana-mana! Jangan ngerepotin Regen! Jangan--"

"Iyaaaa.. Ayah," karena ucapan panjang kali lebar ayahnya itu, dia jadi terbangun juga seperti Regen.

       Melihat Kala yang sudah sadar sepenuhnya, lelaki itu beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Cafe di dekat sana, mencari teh chamomile, kesukaan Kala.

"Want to order black coffee? That's our new menu." Ujar gadis kasir yang berwajah oriental. Regen menggeleng, "thanks, another time." Ucap Regen sambil tersenyum.

"Five minutes, you can sit to wait." Regen duduk di salah satu jajaran bangku tinggi di pantry Cafe tersebut. Sambil menunggu tehnya, dia mengambil koran di pojok Cafe.

Kala yang pada akhirnya juga tidak bisa tertidur seperti Regen, diam-diam mengikuti Regen membeli teh kesukaannya, di lain kasir. Setelah membayar dan mengambil tehnya, gadis itu berniat kembali ke jajaran kursi. Namun tiba-tiba saja, seorang lelaki bertubuh tinggi, tidak sengaja menabraknya. Dan karena itu pula, gelasnya tinggal berisi setengah.

"Assstag..aa, lo kalo jalan liat-liat, dong! Baju gue basah 'kan, jadinya!" Seru Kala, sambil membersihkan bajunya yang terkena tumpahan tehnya sendiri.

"Lah, lo gak liat? Kita impas. Baju lo basah, gue juga basah!" Seru lelaki itu tidak mau kalah. Mereka berdua sama-sama membersihkan baju masing-masing yang basah dan panas pastinya.

"Pada intinya, lo jalan juga gak liat-liat, bego." Ucap lelaki itu masih kesal.

Merasa dihina, gadis itu mendongakkan kepalanya, "Heh, lo gak nyadar yang nyeruduk lari siapa? Lo gak sadar kalau--" seketika ucapannya terhenti, saat lelaki itu juga mendongak. Beberapa detik berlalu dan mereka saling menatap satu sama lain.

Hujan di Negeri 1001 LaranganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang