Chapter 5

19.4K 1.3K 139
                                    

Jose Pov

Setelah selesai, aku langsung membawa box tersebut dan beranjak untuk pergi dari tempat sialan ini. Namun, saat aku hendak menuju lift, pintu lift terbuka dan keluarlah Erick dari dalam sana. Dia terlihat terkejut melihat wajahku yang penuh dengan air mata sambil menenteng box di tanganku. Erick meraih lenganku seraya berkata....

"Ikut aku," ujarnya singkat. Aku hanya bisa mengikutinya pasrah. Di dalam lift pun air mataku semakin mengalir deras keluar dari tempatnya.

"Hikss...hikss...hikss." Erick menghapus bekas air mataku dengan tangannya lembut. Aku hanya bisa menunduk. Aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

Pintu lift terbuka dan ternyata kami ada di basement sekarang. Erick mau bawa aku ke mana? Ia menggandeng tanganku erat.

"Erick, hiks... kita mau ke mana?" tanyaku bingung. Namun, Erick tak kunjung menjawabnya. Dia terus saja berjalan tanpa memperdulikan aku.

"ERICK! Kita mau ke mana, hiks?" tanyaku sekali lagi. Tidak kusangka Erick berbalik dan langsung menangkup kedua pipiku dengan tangannya. Mata kami langsung bertemu saat itu juga.

DEG DEG DEG DEG....

"Kau harus cerita padaku. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Kita ke rumahku sekarang," jawabnya penuh nada kekhawatiran dan perintah. Erick kembali menggandeng tanganku dan berjalan lagi menuju mobilnya.

Erick membukakan pintu mobilnya untukku. Aku hanya sekilas melihat mobilnya ini. Aku sedang tidak mood untuk memperhatikan mobilnya lekat-lekat. Aku hanya bisa masuk ke dalam dan duduk dengan malas di sana. Aku benar-benar seperti orang putus asa saat ini. Tidak tahu arah, dan tidak tahu apa yang harus di kerjakan. Ternyata begini rasanya patah hati?

Erick pun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang kemudi tepat di sebelahku. Dia memasang seatbelt untuk keselamatan-nya. Tak lupa dia pun memasangkan seatbelt untukku karena aku tak kunjung memasangnya sendiri. Aku terlalu malas untuk melakukan itu. Bahkan tidak terlintas sedikit pun dalam pikiranku untuk melakukan hal itu.

Ia mulai menjalankan mobilnya perlahan. Erick terus memperhatikanku sesekali. Sebegitu khawatirnya dia melihat keadaanku sekarang? Memangnya apa arti diriku di mata Erick? Kami hanya teman biasa tapi dia memperlakukanku sangat istimewa. Entahlah, aku sedang tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini.

"Kau sudah makan?" tanya Erick.

"Belum," balasku singkat.

"Kau lapar?"

"Tidak."

"Huhhhh." Erick membuang napasnya gusar. Maafkan aku Rick, aku benar-benar sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu saat ini.
Tak butuh waktu lama akhirnya kami pun sampai di rumah Erick. Aku ke luar dari dalam mobil begitupula dengan Erick. Kulihat rumah besar Erick yang ada di hadapanku saat ini. Rumahnya sangat besar. Desain-nya juga sangat berkelas. Aku sempat terpana sebentar sampai aku merasakan sebuah genggaman hangat di tanganku kembali. Ya, Erick menggengam tanganku erat dan mengajakku untuk masuk ke dalam rumahnya itu.

Aku lebih merasa kagum lagi saat menginjakan kaki di dalam rumah ini. Ini sungguh... luar biasa. Desain interior-nya sangat menakjubkan bagiku. Mulai dari sofa, furniture, dan alat-alat elektronik lainnya, menurutku sangat pas di sini. Huwaaa aku ingin tinggal di sini. Saking terpananya, aku sudah tidak menangis lagi loh sekarang.

Tapi ada satu yang membuatku bingung. Kemana semua orang yang ada di sini? Perasaan sepi sekali. Kuedarkan pandanganku ke seluruh tempat yang ada di sini. Namun, aku tidak menemukan tanda-tanda ada orang lain di sini.

[MPS2] Move On! [18+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang