PART 8

5.5K 385 6
                                    

"Abang kenapa? Ibu perhatiin, kok sering melamun?"

Ibu memegang bahu Digo yang tengah duduk termenung di cendela kamarnya menatap langit. Sejak waktu itu, Digo sering berpikir bagaimana cara untuk mengungkapkan semuanya dengan bukti. Bisa saja Digo melaporkan pada kepolisian tapi ia tak ingin gegabah, saat ini ia belum memiliki bukti yang kuat.

"Nggak apa-apa kok Bu. Ibu kenapa belum tidur?" Tanya Digo berdiri dan menarik Ibunya untuk duduk di ranjangnya.

"Ibu masih belum ngantuk Nak. kamu kenapa? Tak ingin cerita pada Ibu?"

"Digo tidak papa Bu. Hanya pusing saja dengan pelajaran kuliah." Jawab Digo mencoba meyakinkan Ibunya.

Ibu tersenyum lalu menghela nafas. Ia tahu putranya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi ia juga tak ingin memaksanya.

"Kamu bertengkar dengan Lidya?" Tanya Ibu membuat Digo menoleh sebentar. "Bukan apa-apa, tumben Lidya tak main lagi kemari. Kalian tidak apa-apa kan?"

"Kami baik-baik saja. Hanya disibukkan sama kerjaan dan tugas kuliah. Apalagi saat ini sedang skripsi Bu. Bebannya makin bertambah." Jawab Digo seadanya.

"Maaf yaa Bang, kalau Ibu sudah menjadi beban. Tidak bisa membantu kamu."

"Tidak Ibu, bagi Digo, Ibu dan Rasti bukan beban tapi penyemangat Digo untuk terus bertahan dan terus bekerja keras hingga saat ini. Jangan bilang begitu.." kata Digo mencium punggung tangan Ibu dan bersandar di bahu sang Ibu.

Ibu tahu, jika Digo sudah bersikap seperti ini apalagi sampai bersandar dibahunya, itu tandanya Digo sedang lelah dengan apa yang ada dalam pikirannya. Karena itu, Ibu mengusap kepala putera sulungnya itu dengan sayang.

"Kalau kamu lelah, berhentilah Nak sejenak. Kamu juga butuh penyegaran."

Penyegaranku sedang tidak ada kabar Bu saat ini. Entahlah dia kemana!

>>>>>>

Seminggu sudah terlewati....

Sisi sudah selesai melewati Ujian Nasionalnya selama 4 hari. Kemarin Ia benar-benar fokus karena bagaimanapun semua ponselnya sedang disita Tante Regina, supaya Sisi tak lagi menghubungi siapa-siapa dulu. Karena Tante Regina tahu, putrinya sepertinya benar-benar sudah jatuh cinta pada Kakak Ganteng yang sering diceritakannya.

Bahkan 4 hari sebelumnya saat akan ujian ia merengek meminta ponselnya pada sang Mama dengan alasan ingin menghubungi Digo untuk memberinya semangat.

"Pleasee Mamakuu tercinta, paling cantik sedunia, tapi belum bisa ngalahin kecantikan Sisi, boleh yaa?" Kata Sisi memelas dan memperlihatkan puppy eyesnya lucu.

Tante Regina menggeleng sambil menaruh secangkir kopi panas untuk sang suami, Oom Yovan yang sedang bersantai duduk di sofa ruang tv.

"Papaa,, bantuin Sisi..Papa kan paling ngertiin Sisi.." kata Sisi duduk disamping Oom Yovan memasang wajah memelas.

"Oh jadi Mama nggak ngertiin Sisi nih? Oke kalau gitu!" Sindir Tante Regina yang duduk disebelah kiri Oom Yovan.

"Aaa...nggak gituu!! Mama juga ngertiin kok. Ayolah Mama...malam inii ajaa. .Sisi udah kangen Kakak Gantengg..."

"Kan ujian kamu cuma 4 hari Sisi, setelah itu kamu akan bertemu dengan dia lagi."

"Gak mauu. .lamaa Ma..Mama mah gituu...Papa..bantuiinn Sisi dong..."

"Papa gak bisa bantu sayang, Papa gak mau tanggung resiko nanti malam gak dikasih jatah olahraga.." jawab Oom Yovan santai yang dihadiahi cubitan di pinggangnya dari Tante Regina.

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang