Part 27 ~ SILY ~

4.3K 355 25
                                    

          Sisi menekuk kedua kakinya dan memeluknya hingga dagu runcingnya menyentuh lututnya. Matanya menatap lurus ke depan bersamaan dengan angin pagi yang berhembus mengenai wajah dan rambutnya.

          Sedetik kemudian dia memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam-dalam.

          "Jadi, dia orangnya??"

          Perlahan mata Sisi kembali terbuka saat mendengar pertanyaan dari Dimas yang berada di sampingnya. Dia? Sisi paham sekali siapa yang dimaksud oleh Dimas.

          "Oke, gue ubah pertanyaan gue." Sambung Dimas ketika tak mendapatkan respon dari Sisi.

          "Lo cinta sama dia?"

          Cinta?

          Sisi seolah menanyakan satu kata tersebut pada hatinya sendiri. Pikirannya melambung jauh ketika pertama kali dirinya bertemu dengan Gerald dan pada akhirnya menerima pernyataannya setelah lelaki itu mau menunggunya beberapa tahun.

          Gerald??

          Bagi Sisi, dia adalah laki-laki yang begitu baik sejak awal mereka bertemu bahkan ketika laki-laki itu masih bersikap aneh. Sisi menyukai kepribadiannya yang hangat dan selalu membuatnya nyaman saat bersamanya. Laki-laki itu juga selalu berhasil membuat hari-hari Sisi begitu berwarna karena sikap humorisnya. Pada intinya, Sisi selalu dibuat bahagia oleh lelaki itu. Tak pernah sedikitpun laki-laki itu membuatnya menangis.

          Tidak!

          Pernah satu kali Sisi menangis karena laki-laki itu. Ketika pengumpulan tugas yang diajarkan oleh seorang dosen killer, Gerald iseng menyembunyikan tugas milik Sisi yang berada di atas meja belajarnya sedangkan Sisi yang sudah turun kebawah terlebih dahulu menyapa sang Kakak dan Kakak iparnya serta keponakan kecilnya yang bernama Chiko, melupakan buku tugasnya yang hampir tertinggal jika Gerald tak membawanya.

          Baru saja mobil Gerald tiba dikampus, Sisi terlihat panik ketika menyadari bukunya tertinggal. Gerald memasang wajah polos dan menawarkan pada Sisi untuk kembali ke rumah atau tidak? Tentu saja Sisi menolak karena kembali ke rumah sama saja dia membolos sekalian karena saat itu sudah mepet sekali waktunya.

          "Aduh! Gimana ini? Matiii!!"

          Masih terekam jelas dalam ingatan bagaimana kejadian saat itu. Airmata Sisi mengalir begitu saja karena takut terkena bentakan dosen yang sangat ditakuti oleh mahasiswa lainnya. Bahkan tanpa sadar Sisi berbicara bahasa indonesia ketika dirinya sedang panik membuat Gerald yang tidak tega akhirnya mengambilkan buku milik Sisi dalam tasnya dan memberikannya pada Sisi.

          "Kalau Sisi jawab, Sisi cinta sama dia. Kak Dimas percaya?" Jawab Sisi sekaligus bertanya sambil menoleh ke arah Dimas dengan tatapan sendunya.

          Tak menunggu waktu lama, mata hazel itu mulai berair dan mengeluarkan buliran airmata yang segera ia hapus karena tidak ingin terlihat menyedihkan di depan siapapun.

          Dimas memalingkan wajah merasa tak tega melihat Sisi menangis seperti itu. Ternyata yang diceritakan Sisi saat itu kepadanya adalah yang sebenarnya. Gadis itu sudah terlanjur menerima hati yang lain dalam genggamannya.

         Jika sudah begini, Dimas tidak bisa menyalahkan gadis kecil disampingnya itu, karena sudah cukup gadis itu bertahan sendirian dalam mempertahankan cintanya pada Digo beberapa tahun yang lalu. Sudah cukup gadis itu merasakan sakit akan cintanya pada Digo yang tak terbalas beberapa tahun yang lalu. Sudah cukup gadis itu menangisi hal yang sama yang selalu berhubungan dengan Digo beberapa tahun yang lalu.

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang