Part 16 ~ SILY ~

6.4K 372 6
                                    

AliPoV

Sejak keluar dari Rumah Sakit setelah koma hampir sebulan 2 tahun yang lalu, aku langsung menjalani aktivitas ku kembali seperti biasanya. Bekerja di tempat Oom Hardi, malam ke kampus, dan setelah nya yang biasanya lanjut kerja di Cafe, aku malah langsung pulang ke rumah. Bukan apa-apa, selain aku tak ingin meninggalkan Rasti sendirian di rumah lama-lama, aku juga sudah di pecat oleh pihak Cafe karena tak masuk tanpa memberi keterangan saat aku koma waktu itu. Aku tak masalah karena aku bisa menghabiskan banyak waktu juga di rumah bersama Rasti selepas kuliah.

Tak lama kemudian, saat aku sedang bersantai di hari libur di rumah bersama Rasti, ada yang bertamu benama Pak Rudi, Direktur di tempat Ayah bekerja dulu. Aku menyuruhnya duduk dan menyuruh Rasti membuatkan minum kemudian ia kusuruh masuk dulu ke dalam kamarnya. Kurasa ini pembicaraan orang dewasa. Setelah berbincang-bincang cukup lama, aku sedikit terkejut saat Pak Rudi menawariku bekerja di perusahaannya dengan menduduki jabatan Ayah dulu. Manajer Keuangan. Beliau mengaku salah dan sudah membersihkan nama Ayah di depan publik melalui banyak media meski kurasa itu sudah percuma dan terlambat. Aku menolak karena kurasa itu hanya balasan tak enaknya yang salah menuduh orang. Aku mengungkap kebenaran bukan untuk meminta balasan tapi aku ingin memberikan pelajaran pada orang-orang macam Gunadi dan komplotannya.

Bicara soal Gunadi! Aku tak pernah mendengar kabarnya selama dua tahun ini. Mendengar dia sudah mendekam di penjara dari Dimas saja sudah cukup bagiku. Apalagi soal keluarganya, termasuk Lidya. Dia tak pernah memghubungi ku lagi, bahkan aku juga tak ada niatan untuk mencari kabarnya.

Lagipula aku sudah memiliki kegiatan baru sekarang. Yang cukup menguras waktuku setiap detiknya. Siapa lagi kalau bukan gadis kecil itu. Sishintya Valen yang kini sedang menuntut ilmu di negeri orang.

Aku menatap pergelangan tangan kiriku, ada sebuah gelang berwarna pink melingkar disana. Ada yang aneh. Aku merasa sepi. Sunyi dan tak berwarna lagi saat tak ada dia disini.

Ya ! Aku baru menyadari jika aku sudah bergantung padanya. Keceriaan, keramaian dan kebawelan dia saat memperhatikanku dan menggodaku itu membuatku rindu akan sosoknya. Dia gadis kecil yang tangguh. Sudah berkali-kali tak pernah ku gubris apapun yang ia lakukan, ia tetap bersikap baik padaku. Bahkan ketika ku bentakpun, ia masih saja tak putus asa meski awalnya ia sempat terkejut mendengar suaraku yang meninggi.

Memang benar apa kata Dimas, dia benar-benar ajaib dan sangat pintar mengambil hati banyak orang. Salah satunya adalah aku. Ya ! Aku korban salah satunya. Sayangnya aku terlalu bodoh karena baru menyadarinya saat dia sudah pergi meninggalkanku disini. Dia pergi membawa hatiku bahkan dia rela menjauh dan menyembuhkan luka dihatinya sendirian. Dan itu semua karenaku. Karena kalimat terkutuk yang pernah aku ucapkan saat itu. Masihkah ada kesempatan untukku bertemu dengannya dan mengatakan sesuatu yang dulu sangat sering ia ucapkan dengan mudah padaku.

Masihkah aku bisa melihat mata hazelnya lagi yang sangat bersinar berwarna merah kecoklatan ?

Masihkah aku bisa melihat keceriaan dan senyuman tulus dan polosnya lagi ?

Masihkah aku bisa melihat sikapnya yang selalu memperhatikanku bahkan dari bagian sekecilpun ?

Aku merindukanmu Si.

Maafkan aku, yang selama ini sering menyakiti perasaanmu dengan sengaja. Maafkan aku yang tak pernah melihatmu barang sedetikpun. Karena saat itu, aku masih mempunyai kewajiban untuk menjaga tunanganku yang akan segera ku nikahi, tapi semua itu sirna dalam sekejap. Bukan karena Ayahnya yang mempunyai dendam pribadi pada kedua orangtuaku, tapi tentang keadaan yang seakan-akan tak mengizinkan aku bersamanya lagi. Dan disaat aku terpuruk waktu itu, kamu datang dengan keceriaan dan semangat yang kamu punya. Entah itu suatu kebetulan atau tidak. Jelasnya, saat itu aku berpikir mana mungkin aku jatuh cinta dan memiliki pasangan yang masih sekolah dan anak kecil sepertimu. Yang bisanya cuma manja dan merengek saja. Melihat keadaan ekonomiku yang seperti ini membuatku membutuhkan pendamping yang dewasa dan mandiri agar bisa diajak susah olehku meski aku akan terus berusaha memperbaiki keuanganku. Tapi ternyata aku SALAH BESAR !

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang