Innara

163 3 0
                                    

Aku dan lintang berjalan sambil berbincang menuju kantor kami. Kita sehabis istirahat makan siang di cafe tempat biasa kami makan. Saat kami berada di perjalanan tiba-tiba ada suara yang memanggilku. Membuat aku dan Lintang berhenti melangkah

" innara tunggu"

Mencari asal suara di seberang tempat aku berdiri sekarang. Disana ada Damar teman sekantorku. Tengan berdiri dengan wajah agak pucat dengan keringat yang membasahi bajunya.

Sebenarnya aku cukup tidak suka dengan Damar,, dirinya mengingatkanku pada masa laluku yang sangat kelam. Masa lalu yang sangat ku benci dan ingin kukubur selamanya..

" ada apa Damar" tanyaku padanya

" bo.boolehh bicara sebentar tidak" jawab Damar agak sedikit dekdegan..apa sebenarnya yang mau dia katakan.

"Yaa bicaralah,,aku mendengarkan." setelah beberapa saat aku menunggunya berbicara. Namun tak kuncung satu katapun yang keluar dari mulutnya. Melainkan hanya gumamman tak jelas.

Oww asataga dia lama sekali hanya untuk bicara saja,,aku tidak suka dengan cara bicaranya bertele tele sangat memakan waktu. Aku tidak suka jenis lelaki yang seperti ini,,sama sekali bukan tipe ku.

" emmm see..be.benarnya akuuuu" Damar berbicara sambil mengelap keringatnya yang dari tadi sudah membanjiri wajahnya. Tangannya gemetaran kacamatanya yang tebal dia naikkan..kenapa dia segugup ini ada apa dengan dia sebenarnya.

" owhhh astaga cepatlah bicara Damar,,aku tidak punya banyak waktu.pekerjaanku sangat menumpuk saat ini jangan buang buang waktuku. Waktu istirahat juga sudah habis." desakku tidak sabar pada Damar. Buakan maksudku ingin bersikap seperti ini tapi dia benar benar seperti replika orang itu, Dia mengingatkanku pada seseorang yang sangat kubenci di masa lampau.

" sebenarnya aku... akuuuu menyukaimu" jawab Damar dengan susah payah,,matanya menatapku seperti mengiba belas kasih. menunggu jawaban,, ia terlihat tersenyum paksa untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

Ku edarkan mataku kesekeliling. Benar saja saat ini aku dan Damar menjadi pusat perhatiian.Beberapa pasang mata sedang menatap heran aku dan damar. Aku langsung melirik lintang yang ada di pojokan sana menungguku. Dengan tatapan yang tidak dapat aku artikan,,antara kasihan dan menahan ketawa.

Lagian apa yang sedang difikirkan Damar ini. Menyatakan cinta di loby kantor,,dengan keadaan jam kantor sedang sibuk apa dia sudah gila.

Kembali ku tatap damar di depanku,,Dengan susah payah dia mengeluarkan kata kata itu dari mulutnya,dibarengei dengan keringat dinginnya. Aku tau sangat tidak mudah untuk mengutarakan perasaan aku tidak ingin melukai harga diri dan perasaannya. Tapi bagaimana lagi aku tidak percaya komitmen cinta dari dulu aku tidak percaya akan cinta, semenjak aku di hianati dulu.

" laluuu..." jawabku tiba-tiba yang langsung diberikan tatapan kaget dari Damar maupun lintang,aku melihat lintang mengisaratkan sesuatu padaku yang aku mengerti dia bertanya

"Apa kamu gila..?" aku hanya mengangat lenganku tanda aku tidak perduli dengan reaksinya.

" lalu apa kamu mau jadi kekasihku. Emm maksudku menerima perasaanku" ohh astaga aku benci moment ini,,aku benci melukai perasaan seseorang. Tapi apa salahku aku tidak memintanya menyukaiku

"Maaf damar tapi aku rasa jawabanya adalah Tidak" jawabku dengan penuh penyesalan

"Tapi innara aku sangat cinta denganmu..aku mohon jadilah kekasih ku."

" astaga Damar Jaman sekarang cinta itu tidak ada,,aku tidak membutuhkan cinta.cinta itu mustahil,,dan tidak ada. Itu hanya rangaian kata. Jangan bodoh jangan pernah tertipu akan ilusi cinta. aku tidak pernah percaya cinta Damar itu hanya akan menyakiti perasaan kita saja. Dulu waktu aku masih sangat bodoh dulu aku memang pernah percaya tapi sekarang tidak. Jadi buang perasaanmu padaku sekarang juga jangan pernah membuat hatimu terluka" jawabku panjang lebar pada Damar berharap kalau dia bisa mengerti maksud baikku.

The Game Of Love And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang