BAB 4 - From Jalan Tol to Nightmare

64.1K 6.1K 560
                                    

"Mantan kamu?"

Tanya Alvaro tepat ketika pintu mobil tertutup. Hampir satu jam melakukan debat kusir karena Alvaro bersikeras Sofie harus pulang bersamanya dengan alasan bahwa ia tak tahu dimana rumah gadis itu, akhirnya dengan jengkel Sofie mengiyakan permintaan Alvaro.

"It's not your business." Liriknya sekilas kapada Alvaro sambil memutar bola matanya.

"Oke, dia beneran mantan kamu kalau begitu." Seringai Alvaro penuh kemenangan tapi matanya tetap berkonsentrasi pada jalanan.

"Sok ngambil kesimpulan sendiri deh. Situ peramal?" Bantah Sofie jutek.

Mendengar perkataan Sofie, Alvaro langsung terbahak sampai ia memukul setir mobil.

"Makin ketahuan kalau laki-laki yang tadi itu emang beneran mantan kamu." Sindirnya menoleh ke arah Sofie sekilas.

"Cara mata kamu ngeliat dia, body language kamu, sampai cara kamu ngejawab pertanyaan aku... sudah dapat dipastikan kalau kamu itu tipe-tipe mantan yang belum bisa move on. Aku lihat lho, waktu kamu tiba-tiba jadi gagu nggak jelas pas di tanya sama dia terus kamunya jadi mau nangis bombay gitu. And your face look so funny." Ucap Alvaro menahan tawa.

Wajah Sofie langsung memerah sejadi-jadinya. Ia marah dan malu sekali karena semua yang dikatakan Alvaro memang benar adanya.

"Kamu tuh kurang ajar banget sih mulutnya!" Tiba-tiba Sofie langsung menghadiahi Alvaro dengan pukulan-pukulan kencang.

Malang tak dapat ditolak, Alvaro yang sedang menyetir tak bisa menghindar dan harus mau menerima pukulan kejam Sofie. Jadilah ia hanya bisa mengaduh kesakitan.

"Sakit, Soooooof!" Teriak Alvaro sambil mengusap-usap lengannya yang jadi pelampiasan Sofie.

"Bukannya bilang makasih udah aku tolongin! Coba kalau aku nggak ada, kamu pasti udah lari kan? Cemen banget deh kamu, masa ketemu mantan aja kabur sih..." Balas Alvaro sambil tertawa mengejek diantara rasa sakit yang masih terasa dilengannya.

Sofie yang sudah selesai memukuli si menyebalkan ini langsung naik darah ketika Alvaro kembali mengejeknya. Kemudian, dengan gerakan tak terduga Sofie mendekatkan dirinya lalu menggigit lengan Alvaro yang tadi ia pukul dengan tasnya.

"AAAAAAWWWWW!!!" Alvaro berteriak kencang sambil mendorong kepala Sofie menjauh.

"Kamu jahat banget sih, Sofie..." Lirih Alvaro sambil mengusap bekas kemerahan gigitan Sofie di lengannya. Alvaro seperti ingin menangis.

Sofie hanya tersenyum puas tak peduli. Ia bahkan memberi satu cubitan lagi di paha lelaki itu yang kali ini langsung di tangkap oleh Alvaro untuk ia balas gigit. Tapi rupanya gerakan tangan Sofie lebih lihai dan ia pun lolos dari Alvaro.

"Awas kamu, aku bales lain waktu. Liatin aja." Tunjuk Alvaro di wajah Sofie seperti anak kecil yang kalah bertengkar dengan temannya.

Sofie tertawa setan. "Coba aja kalau berani."

"Oh, nantangin nih? Oke, sampai rumah kamu, aku bakal bilang yang aneh-aneh sama ayah kamu soal kejadian waktu itu." Alvaro memulai ancamannya.

Sofie langsung diam.

"Kalau kamu ngelakuin itu, aku akan benci kamu seumur hidupku." Tiba-tiba perkataan Sofie berubah serius dan ia terlihat sangat marah.

Alvaro jadi tertegun mendengar perkataan Sofie.

Dibenci Sofie seumur hidup? Kayaknya gue nggak bakalan bisa deh...

Dan sekarang, suasana mobil berubah menjadi hening. Sofie terlihat benar-benar marah dengan ucapan terakhir Alvaro. Padahal niat lelaki itu hanya bergurau.

Marriage In WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang