*foto Alvaro cemberut karena pada akhirnya harus bikinin nasi goreng buat Sofie*
"Terlalu sadis caramu..."
"Nggak usah nyanyi!"
"Melemparku dengan lip balm..."
"Berisiiiiiiiiik!"
Sofie melotot dan menutup telinganya rapat-rapat. Sudah dua hari ini Alvaro terus menyanyikan bait menyebalkan itu untuk menggodanya. Ya, sudah dua hari sejak kepulangan mereka dari Bali. Semenjak kejadian pagi itu Sofie menghindari Alvaro secara permanen. Ia sudah meminta maaf dan mengatakan bahwa kejadian malam itu ia khilaf dan tak akan mengulaginya. Namun jawaban Sofie terlihat tak masuk akal sama sekali bagi Alvaro. Sofie bahkan harus rela malu di introgasi secara mendetail kalau Alvaro mau memaafkannya. Dan akhirnya, dengan sangat memalukan Sofie mengakui bahwa dirinya terbawa nafsu dan suasana. Tapi Alvaro tetap lah Alvaro. Lelaki itu bagai punya seribu cara untuk membuat Sofie merasa serba salah. Apalagi dengan matanya yang lebam akibat terkena lemparan lip balm Sofie pagi itu.
"Kamu udah ngelanggar perjanjian yang kamu buat sendiri."
"Iya, tahu! Kamu udah bilang itu puluhan kali dan aku juga udah ngaku salah. Jadi stop. Oke?"
Alvaro mengangguk. "Nggak oke."
Sofie mengepalkan tangannya keras-keras. "Aaargh! Rasanya kalau ada pedang lebih baik aku tusukin pedang itu ke dada aku supaya terbebas dari kamu!"
Alvaro malah terkekeh. "Yah jangan mati dulu dong, Sof. Nanti yang ngobatin mata aku siapa? Bengkak nih. Mana besok aku manggung acara musik lagi. Masa matanya lebam kayak gini."
"Harusnya pagi itu aku lempar kamu pakai martil, bukan lip balm!" Balas Sofie jutek.
"Wah, sembarangan kalau ngomong. Sadis banget pakai martil. Buta dong aku?"
"Aku sih berdoanya gitu..."
Alvaro geleng-geleng kelapa ngeri. "Dasar otak kriminal."
Dan meledak lah tawa Sofie karena wajah Alvaro yang ketakutan. Tapi tawanya langsung berhenti ketika lelaki itu menjitaknya.
"Nggak usah ketawa deh! Sekarang kamu harus tanggung jawab. Cepat ambil salep di kotak P3K terus olesin di mata aku."
Sofie kembali mengeram kesal sambil menghentakan kakinya dan berjalan ke arah kotak P3K dengan terpaksa.
"Sana rebahan!" Perintah Sofie galak saat sudah mengambil salep yang Alvaro maksud.
Alvaro tersenyum menyebalkan dan merebahkan tubuhnya di sofa dengan kedua tangan di belakang kepala.
"Sof..." Panggil Alvaro ketika Sofie mulai mengolesi salep di sekitaran area matanya.
"Sofie..." Panggil Alvaro lagi.
"So..."
"Iya, aku dengar! Nggak usah manggil banyak-banyak! Cukup sekali aja!" Selak Sofie dengan kesal.
Alvaro kembali terkekeh menyebalkan karena ia sangat senang setiap kali Sofie kesal akibat perbuatannya.
"Mau ngomong apa sih?! Buruan deh!" Ucap Sofie jengah dengan kedekatan mereka ini.
Bagaimana posisi rebahan Alvaro yang menggiurkan, tawa renyah lelaki itu sampai caranya memperhatikan Sofie. Semua itu mengingatkannya akan malam gila penuh hasrat beberapa hari lalu.
"Kamu galak banget kayak gini dapat warisan dari siapa sih?"
Rasa jengah Sofie hilang seketika. Malah sekarang dengan cepat emosi kembali menguasai dirinya dengan kadar yang sangat tinggi. Sungguh pertanyaan tidak penting yang sangat memancing emosi. Tanpa pikir panjang, Sofie menekan tangannya kencang-kencang pada bagian lebam mata Alvaro dan sedikit menambahkan cakaran kecil dengan jarinya yang di menicure rapi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage In War
RomanceTahu cerita Tom and Jerry? Dua binatang yang tak pernah akur tetapi disatukan didalam satu rumah? Nah, lalu bagaimana jika ini terjadi pada manusia? Apa jadinya jika dua anak manusia berbeda latar belakang, sifat dan kepribadian yang sukanya saling...