BAB 13 - Aku Menggoda + Kamu Terpaksa = AKU BAHAGIA

94.1K 5.9K 457
                                    

"STOP!"

Sofie berteriak sembari berusaha melepaskan lilitan tangan Alvaro pada pinggangnya dengan cara memukul-mukul dan mencubitnya. Namun tindakannya kalah jauh di bandingkan dengan tenaga lelaki itu. Lalu ketika Alvaro dengan lancangnya menggesekaan bibirnya dengan bibir Sofie dengan tatapan ingin memakan bulat-bulat, Sofie tahu kalau ia tak segera berbuat sesuatu maka hal yang buruk akan segera terjadi. Tepat pada saat itu satu pikiran melintas di otaknya. Di tatapnya bibir Alvaro lekat-lekat. Kemudian tanpa di duga di remasnya dengan kencang bibir lelaki itu. Alvaro langsung melotot. Ingin berteriak bahwa ia kesakitan saja tak bisa karena Sofie masih meremasnya. Sampai ketika akhirnya tangannya terlepas dari pinggang Sofie baru lah gadis itu melepaskannya dan mundur sejauh mungkin.

"Oke, mungkin aku nggak bisa menolak semua yang kamu bilang barusan. Tapi kamu harus ingat, aku nggak akan ngebuat semua ini jadi mudah untuk kamu!"

Sofie berteriak dari kejauhan lalu masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Alvaro yang masih mengusap-usap bibirnya menatap kepergian Sofie kesal bukan main.

"Kita lihat aja nanti! Siapa pemenangnya!"

***

Malam menjelang. Sejak sejam yang lalu Alvaro duduk di ruang tamu dan hanya menatap pintu kamar Sofie sambil memikirkan bagaimana caranya membawa Sofie keluar untuk tidur di kamarnya. Ia tahu pasti Sofie menguncinya dari dalam. Diantara keputusasaan yang semakin besar tiba-tiba Alvaro teringat sesuatu. Buru-buru ia loncat dari duduknya dan berlari ke kamar. Sampai di sana Alvaro membuka laci kecil di samping tempat tidurnya kemudian dengan cepat mengambil sesuatu dan kembali berlari keluar kamar menuju ke depan pintu kamar Sofie.

"Semoga kamu nggak ngegantung kuncinya, Sof." Gumam Alvaro sembari memasukan kunci serep ke lubang pintu.

Detik berikutnya senyum kemenangan tersungging di bibir Alvaro.

Kadang aku seneng karena otak kamu isinya kebanyakan nama merk sepatu sama tas. Jadi dalam hal kayak gini, kamu kurang begitu pintar haha!

Pintu terbuka.

Sofie kaget, pucat, panik.

Alvaro bahagia, tertawa, bersemangat.

Sungguh dua ekspresi yang berbeda.

"KENAPA KAMU BISA MASUK?!" Tanya Sofie cemas yang langsung mengangkat high heels 15 cm miliknya sebagai perisai.

Alvaro terkekeh. "Kamu harusnya paham dong kalau setiap pemilik rumah pasti punya kunci serep untuk setiap ruangan. Termasuk kamar ini, Cantik."

"Dan untungnya kamu memudahkan langkah aku karena saat kamu tadi kunci pintu ini, kuncinya langsung kamu cabut, bukannya kamu gantung. Thanks, by the way." Tambah Alvaro.

Sofie langsung meremas rambutnya frustasi.

Ya ampun, kenapa aku nggak mikir sampai ke situ sih?!

Merasa sudah menang telak atas Sofie, Alvaro segera menghampirinya dan dengan gerakan cepat ia menyingkirkan sepatu tersebut lalu mengangkat Sofie kemudian menggendongnya. Sofie kaget bukan main dan langsung berteriak kesetanan seperti orang gila sambil memukuli dada Alvaro. Namun Alvaro tak bergeming dan tetap membawa Sofie keluar dari kamar. Tapi ketika Sofie semakin memberontak dalam gendongannya, Alvaro langsung menghentikan langkahnya dan melumat bibir Sofie. Dalam dan menggunakan lidah.

"Bisa diam nggak kamu? Atau kamu mau aku ngelakuin hal yang lebih parah dari ini?" Ucap Alvaro saat bibirnya terlepas dari bibir Sofie.

Sofie yang masih setengah sadar dengan bibir terbuka akibat perbuatan nikmat nan kurang ajar Alvaro hanya bisa memelototkan matanya marah sambil memukul Alvaro lagi kemudian membuang muka. Kali ini, ingat, hanya untuk kali ini Sofie mengalah demi keselamatan dirinya karena dari nada bicara Alvaro, lelaki itu tak main-main dengan ucapannya.

Marriage In WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang