BAB 17 - Jaga Jarak Aman

31.1K 3.7K 507
                                    

Sofie terbangun dalam keadaan resah karena tak mendapati Alvaro di sampingnya. Ia pikir setelah kejadian semalam Alvaro akan kembali dalam beberapa jam. Nyatanya tidak.

Walau begitu Sofie tetap bergegas menuju ruang utama, mencoba berpikir positif barangkali Alvaro memilih tidur di sofa. Namun, Sofie harus mendapati keresahannya bertambah ketika Alvaro juga tidak ada di sana.

Tak mau putus asa, Sofie kembali bergegas menuju garasi. Siapa tahu Alvaro sudah sampai dari semalam tapi memilih tidur di mobil. Memang, terdengar tak masuk akal. Tetapi, jika melihat kelakuan Alvaro pun yang kadang suka di luar nalar, tidak ada salahnya mencoba.

Kali ini Sofie mengusap wajahnya kasar, tidak bisa menahan rasa frustasi saat lagi-lagi tak mendapati Alvaro di sana.

"Kamu kemana..."

Mata Sofie mulai berkaca-kaca. "Maafin aku..."

Menggigit bibir menahan isak, Sofie bingung harus berbuat apa. Hatinya cemas. Pikirannya buntu.

Ketika kekalutannya semakin menjadi, samar-samar terdengar deru mobil yang sangat ia kenal memasuki rumah dan sekarang berhenti tepat di hadapan Sofie.

"Alvaro!"

Tak mau menunggu lama, Sofie melangkah cepat mendekati mobil. Sofie bahkan tak mau repot-repot menunggu Alvaro membuka pintu karena tangan Sofie sudah lebih dulu bergerak membukanya.

"Kamu darimana aja?" Tanya Sofie cemas saat tubuh Alvaro sudah berdiri di hadapannya.

Sofie mencoba mengusap pipi Alvaro tapi lelaki itu menjauhkan wajahnya tanda menolak.

Sofie terdiam. Ini pertama kalinya Alvaro menolak di sentuh. Rasanya sakit sekali.

"Ke rumah Danu." Jawab Alvaro melewati Sofie.

"Tapi kenapa harus malam-malam perginya?" Tanya Sofie lagi sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Alvaro.

"Lagi kangen."

Sofie kembali menggigit bibir, memejamkan mata berusaha sabar atas jawaban yang ia yakin asal bunyi itu.

Bingung harus berbuat apa atas sikap dingin Alvaro ini, Sofie akhirnya menanyakan hal yang sejak semalam terus berputar di benaknya.

"Kamu masih marah sama aku?"

Pertanyaan Sofie sukses membuat langkah Alvaro terhenti sehingga Sofie yang masih berada di belakang lelaki itu tak sengaja membentur punggungnya. Keseimbangan Sofie sempat hilang, tapi untungnya Alvaro dengan sigap menarik tangan Sofie hingga kini ia berada di pelukan Alvaro.

Namun, tak sampai sedetik lelaki itu sudah melepaskannya. Dimana, kalau di lain kesempatan hal ini pasti akan di manfaatkan Alvaro untuk berbuat sesuatu yang menguntungkan dirinya. Tapi sekarang rasanya terlalu mustahil.

"Kenapa aku harus marah?" Alvaro balik bertanya.

Sofie diam. Bingung harus berkata apa. Lebih baik menghadapi Alvaro yang meledak-ledak atau membanting barang daripada menghadapi Alvaro yang seperti ini. Irit bicara dan dingin.

"Karena omongan aku semalam..." Jawab Sofie pada akhirnya.

Kening Alvaro berkerut. "Omongan kamu yang mana? Semua omongan kamu tadi malam benar kok. Nggak ada satu pun yang salah."

Sofie meremas baju tidurnya. "Varo, please... jangan kayak gini..." Ujar Sofie sedih mengambil tangan Alvaro kemudian menggenggamnya.

Alvaro tersenyum. "Kayak gini gimana maksud kamu? Kamu nggak lihat aku baik-baik aja?"

Marriage In WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang