Page 19 : Serangan di Siang Hari

68 5 1
                                    

Matahari kini berada di titik tertingginya, sinarnya yang terang menerangi langit biru kota purwokerto. Suhu panas siang itu tampaknya tidak membuat orang-orang berhenti beraktivitas, banyak sekali pengemudi kendaraan bermotor yang melintasi jalan raya panas dan berdebu kota purwokerto, termasuk juga Alicia yang memacu mobil sport berwarna birunya itu menuju kantor Polisi Purwokerto.

Di perjalanan ia tampak memikirkan apa yang akan terjadi di kantor polisi, apakah ia akan di tangkap sama seperti Rendra atau mereka akan membicarakan sesuatu. Sesekali ia juga tampak menggigit bibir bawahnya dan menggenggam erat kemudinya ketika sesaat pikiranya mengingat Adit yang telah tewas.

" Kenapa aku merasa kehilangan anak bodoh itu.... Benar-benar sepi." Ucap Alicia sambil melihat ke tempat duduk di sampingnya. Tempat duduk di mobil itu yang sering digunakan Adit sambil mengoceh, mengeluh dan mngeritik Alicia. Ia pun menarik nafas dalam-dalam dan segera memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai ke tempat tujuanya.

Sekitar 45 menit perjalanan akhirnya Alicia sampai ke Kantor Polisi, ia sepertinya memakan waktu yang lama untuk sampai ke tempat itu, karena sedari tadi di jalan ia memacu mobilnya dengan ragu-ragu dan pelan. Alicia pun mengarahkan cermin di mobilnya kearahnya, dan ia sedikit merapikan rambut dan pakaianya. Setelah semua rapi ia pun segera keluar dari mobil. Betapa terkejutnya dia sesaat dia sudah keluar dari mobil puluhan anggota Polisi langsung mengepungnya, mengarahkan pistol ke arahnya, hal itu membuat Alicia terkejut, ia pun secara refleks langsung mengangkat tanganya.

" A-apa-apaan ini??." Tanya Alicia gugup.

Ibnu muncul dari tengah-tengah kumpulan anggota polisi yang menodongkan senjatanya itu, ia mendekati Alicia perlahan, kemuda memeriksa tubuh Alicia di bagian saku jaketnya, dan ia menemukan buku Raharja.

" Heiii itu milik ku!." Teriak Alicia.

" Prajurit Sihir ya? Kenapa hanya satu?." Tanya Ibnu.

" Nanti aku jelaskan di dalam... tolong kalau kau ingin mengajak kerjasama jangan perlakukan kami sebagai penjahat... kami lebih banyak membantu masyarakat di banding kalian." Ucap Alicia kesal.

" Hmmm... baiklah Wanita ini aman... kalian bisa kembali ke pos masing-masing." Perintah Ibnu kepada Polisi yang lain.

" Terima kasih." Ucap Alicia.

" Ayo ikut aku." Ucap Ibnu sembari berjalan ke arah kantor. Alicia pun segera berjalan mengikutinya juga.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah ruang Interogasi. Disana ternyata telah ada Joan, Aryan, Nindha dan Rendra. Alicia pun segera duduk di sebelah Rendra, dan Polisi yang lain berada di hadapan mereka.

" Tak kusangka... kau kan Pacarnya Adit... kau Prajurit Sihir." Ucap Aryan.

" Kalau tidak salah nama mu Alicia kan?." Tanya Nindha.

" Ya... aku, Rendra dan Adit sebenarnya prajurit sihir." Ucap Alicia dengan tegas.

" A-adit?." Tanya Aruyan terkejut.

" Adit... ya." Gumam Nindha.

" Eh Adit?? Pemuda yang dulu pernah kita tangkap?." Tanya Joan.

" Hahahahah iya iya aku ingat pemuda itu." Ucap Ibnu sambil menganggukan kepalanya.

Seketika itu Aryan pun memukul meja dengan sangat keras, ' JANGAN BERCANDA!! Adit itu pemuda biasa! Dia hanya penjaga perpus!." Bentak Aryan.

" Lalu kenapa dia sering pulang malam?? Kadang juga pulang pagi hari?? Dan pernah pulang bersama ku?." Tanya Alicia balik.

Loka, The Spellblade KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang