Sekali lagi maaf, penulisannya masih sangat kaku. Karena ini kali pertama saya menggunakan Pov orang ketiga. Masih tetap terus belajar.
**********
12 Maret 2012....
Andi menyuapkan satu sendok terakhir nasi goreng miliknya itu ke dalam mulut. Hanya dengan waktu 5 menit saja, sarapan yang ada di piring kaca itu sudah habis tak tersisa. Ya itu merupakan hal yang wajar untuk Andi mengingat ukuran tubuhnya yang bisa dikatakan 'mungil' untuk ukuran seorang pria. Jadi, ia tidak membutuhkan porsi yang banyak untuk sarapannya itu. Andi mengambil gelas berisikan air lalu meneguknya sampai habis. Setelah selesai, pemuda kalem itu pergi ke dapur untuk mencuci piring yang sudah ia pakai tadi.
Setelah mencuci piring, Andi langsung mengambil tas sekolah dan langsung memakainya di belakang punggung. Tak lupa, sepatu sekolah dengan merk 'biasa' itu sudah terpasang rapi di kedua kaki mungilnya.
"Bu, Andi pergi dulu ya. Doakan Andi semoga mendapatkan teman-teman yang baik di sekolah nanti," ucap Andi berpamitan pada ibunya. Ya, keluarga Andi harus rela pindah ke kota untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Keluarga Andi bisa dikatakan tidak terlalu kaya dan juga tidak miskin. Mereka hidup seadanya. Untung saja, Herman-ayah Andi-mempunyai sedikit tabungan agar anak bungsunya itu bisa tetap melanjutkan sekolahnya di kota ini.
Namun, bukan Andi namanya jika tidak mau berusaha sendiri. Dia sudah membulatkan tekad dalam hati untuk belajar dengan giat. Ia ingin mendapatkan beasiswa dari sekolah yang akan ia tempati. Meskipun hidupnya tidak terlalu mewah, tetapi Andi mempunyai otak di atas rata-rata atau bisa dikatakan cerdas. Karena apa? Karena dia selalu giat belajar dan juga selalu giat untuk mencapai sesuatu.
"Tentu nak. Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu," ucap Rani ibu Andi. Sejujurnya Rani merasa prihatin melihat Andi. Tidak seharusnya kedua anaknya itu, Adit dan Andi merasakan kesusahan kedua orang tuanya. Rani hanya bisa berharap agar Andi bisa menjadi orang yang sukses kelak.
"Ya sudah bu, Andi berangkat dulu ya. Andi titip salam untuk ayah dan kakak ya bu. Assalamualaikum," ucap Andi seraya mencium tangan ibunya itu. Andi sangat menyayangi dan menghormati wanita yang ada di hadapannya saat ini.
"Waalaikumsalam." Rani menatap Andi sendu.
Maafkan ibu nak. Ibu yakin, kamu akan menjadi anak yang sukses nantinya.
¤What's Wrong With Gay?¤
Andi sampai di sekolah barunya dengan perasaan yang sangat senang. Dengan hanya uang saku sebanyak 15 ribu rupiah saja ternyata ia bisa sampai di sekolah. Untuk sampai di sekolah, Andi harus naik angkutan umum terlebih dahulu dan biayanya adalah 5 ribu rupiah. Berarti biaya pulang pergi akan menghabiskan uang sebanyak 10 ribu rupiah. Itu artinya, ia masih mempunyai sisa uang 5 ribu rupiah untuk ditabung.
Andi tidak pernah menghabiskan uangnya untuk sekadar 'jajan' atau apapun itu namanya. Dia lebih memilih menyimpan uangnya untuk ditabungkan. Andi tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya. Karena Andi tahu diri, hidup keluarganya saja sudah susah, untuk apa ia berfoya-foya? Lebih baik ditabungkan. Jaga-jaga untuk masa depan nanti.
Andi melangkah masuk ke dalam sekolah barunya itu. Jujur, ia sangat terpukau oleh sekolah tersebut. Sekolah ini bisa dibilang lebih 'modern' daripada sekolahnya dulu yang ada di desa. Oh jelas. Mengingat tempat ia berpijak kali ini adalah sebuah kota metropolitan. Andi masih belum bisa percaya bahwa ia akan bersekolah di sini. Ia semakin bersemangat membulatkan tekadnya agar bisa mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Gay? [END]
Teen FictionJika bisa memilih, tentu Andi tidak ingin dirinya seperti ini. Dia ingin menjadi seorang pria normal dan pergi kencan dengan seorang wanita seperti pada umumnya. Namun, apa yang harus dia lakukan jika perasaan itu muncul dengan sendirinya dan datang...