[9]. Begone

9.3K 797 110
                                    

Sebuah tamparan keras langsung mendarat tepat di pipi kanan nan tirus milik Andi. Sang ayah sangat marah sekali saat ini. Ia tidak menyangka bahwa anak bungsunya bisa berperilaku menyimpang seperti ini. Andi hanya bisa mengelus pipinya pelan yang sungguh sangat terasa sakit. Ditambah lagi suasana hatinya yang memang sudah sakit membuat perasaan kalutnya itu menjadi komplit. Andi tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah saat ini.

"JELASKAN APA MAKSUD SEMUA INI!" bentak ayah Andi tepat di depan wajah Andi. Andi terlonjak kaget dibuatnya. Ia hanya bisa menunduk tidak berani untuk menjawab. Sekadar menatap mata ayahnya pun Andi tidak berani.

"JAWAB!" timpal Ayahnya lagi. Ibu Andi yang merasa kasihan memilih untuk bangkit dan menarik lengan Andi pelan menuju ke kamar. Sementara Ayah Andi dan Adit-kakak Andi-masih tetap berdiam diri di ruang tamu merenungi masalah yang sangat serius ini.

Sesampainya di dalam kamar, Andi langsung memeluk erat tubuh ibunya itu. Ia merasa sangat menyesal karena sudah mengecawakan kedua orang tuanya. Sesungguhnya ibu Andi pun merasa sangat bersalah sekali saat ini. Seharusnya ia tidak memberikan buku diary Andi itu pada suaminya. Ia tidak sengaja menemukannya saat membersihkan ranjang milik Andi. Dan sekarang beginilah jadinya. Ibu Andi merasa sangat bersalah sekali saat ini.

"Maafkan ibu ya nak." Hanya itu yang bisa Rani katakan. Ia tidak merasa keberatan jika perilaku anaknya ini menyimpang. Ia lebih open minded kepada semua fenomena yang terjadi di sekitarnya.

Andi hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Ia sangat bingung saat ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Andi hanya bisa pasrah menerima keadaan ini. Rani-ibu Andi-memutuskan untuk keluar dari kamar Andi. Ia ingin memberi ruang dan waktu bagi anaknya untuk merenungi masalah ini. Ia sangat berharap agar anak bungsunya itu tidak terlalu terpuruk dan bisa bangkit kembali dari masalah yang menimpanya ini.

Andi memilih untuk memejamkan matanya. Ia sangat berharap saat terbangun besok, semua ini hanyalah mimpi belaka. Ya Andi hanya bisa berharap seperti itu saja. Tak lama, kesadaran Andi pun diambil alih oleh alam mimpi yang mulai datang menguasai tubuhnya. Ya Andi sudah tertidur pulas dengan mata yang bengkak akibat menangis saat ini.

©What's Wrong With Gay?©

Keesokan harinya, Andi terbangun karena mendengar suara pertengkaran dari luar kamarnya. Jantung Andi semakin berdegup dengan kencang. Ternyata semua ini nyata. Semua ini bukan sekadar mimpi belaka. Semua rahasianya sudah terbongkar. Andi sudah hancur saat ini. Ia berusaha menajamkan indra pendengarannya untuk mendengar pembicaraan yang kedua orang tuanya itu lakukan di luar.

"Anak itu sudah mempermalukan keluarga kita! Aku tidak akan pernah mengakuinya lagi sebagai anakku!" ucap Herman dengan penuh emosi. Andi merasakan sesak kembali pada bagian dadanya.

"Ta-tapi dia tetap anak kita Yah. Andi tetap anak kita. Harusnya kita bisa menerima semua ini," bela Rani sambil tetap terus terisak.

"Tidak! Aku tidak akan pernah sudi mengakuinya sebagai anakku lagi. Dia benar-benar sudah menyalahi kodratnya sebagai seorang laki-laki!" DEG! Apa sebenci itukah ayahnya pada Andi? Apa semenjijikan itukah seorang gay? Tanpa terasa, air mata Andi mulai keluar kembali dengan sendirinya.

"Ta-tapi...."

"CUKUP RANI! AKU AKAN MENGIRIMNYA KE DESA SANA. BIARKAN DIA HIDUP SENDIRI DI SANA! AKU TIDAK MAU DIA MEMPERMALUKAN KELUARGA KITA LAGI!" Bentak ayah Andi dengan suara bentakkan yang sangat tinggi.

What's Wrong With Gay? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang