[2]. What Feeling Is It?

13.8K 971 42
                                    

13 Maret 2012

Pagi ini Andi berangkat ke sekolah dengan semangat 45. Ia sudah sangat tidak sabar ingin belajar di sekolah. Ada satu hal lagi yang membuatnya tidak sabar untuk sampai di sekolah. Siapa lagi kalau bukan Nabil? Ya, Nabil sudah bisa membuat Andi selalu memikirkannya. Padahal kemarin itu merupakan hal wajar yang dilakukan oleh seorang teman. Namun, Andi menganggapnya lain. Ia menganggap itu semua sebagai suatu perhatian dan kasih sayang.

Oh ya, Andi juga mempunyai salah satu hobby yang bisa dikatakan tidak biasa untuk ukuran seorang pria. Dia sangat senang menulis diary. Andi selalu mencatat semua kejadian yang menurutnya menarik dan menyenangkan di dalam buku diary kesayangannya itu. Dan kejadian kemarin dengan Nabil pun sudah ia tulis di dalam buku diary tersebut. Intinya, Andi sangat senang bisa berkenalan dan berteman baik dengan Nabil.

"Kiri bang," ucap Andi untuk menghentikan angkutan umum yang sedang ia naiki ini. Setelah angkutan ini berhenti, Andi langsung turun dan memberikan ongkos pada sopir angkutan umum tersebut. Andi berbalik dengan senyuman lebar. Ia yakin bahwa hari ke duanya bersekolah di sini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan kembali.

Andi masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangku yang ia tempati kemarin. Suasana kelas belum cukup ramai mengingat jam masuk sekolah masih sekitar 45 menit lagi. Otomatis, Nabil pun belum datang saat ini. Nabil sempat berkata pada Andi kemarin bahwa ia sangat malas untuk bangun pagi. Jadi, Nabil akan datang ke sekolah jika hanya tinggal tersisa waktu 5 menit saja. Bisa dibilang Nabil itu 'rajanya' telat.

Tapi Andi tetap menerima kekurangan sahabatnya itu dengan senang hati. Andi berpikir semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka dari itu, Andi tidak merasa terganggu dengan sifat pemalas yang dimiliki oleh Nabil.

Sambil menunggu bel masuk berbunyi, Andi memutuskan untuk membaca buku pelajaran Biologi-nya. Lebih baik membaca buku daripada harus diam tidak jelas menunggu bel masuk berbunyi. Lebih bermanfaat, pikirnya.

40 menit berlalu barulah sosok yang sangat ditunggu-tunggu oleh Andi datang dan langsung duduk di sebelah Andi. Awalnya Andi terkejut karena ada seseorang yang duduk di sebelahnya secara tiba-tiba. Namun, ia langsung tersenyum senang saat mendapati Nabil yang sedang duduk di sebelahnya itu.

"Lo datang jam berapa?" tanya Nabil pada Andi.

"Aku datang jam 6 lebih 15 menit, Bil," jawab Andi kaku. Dia benar-benar gugup berdekatan dengan Nabil. Entah mengapa perasaan gugup ini selalu muncul jika sedang dekat dengan Nabil. Andi bingung akan semua ini.

"Lo rajin juga ya. Suka gue," ucap Nabil seraya tersenyum. Tentu, maksud Nabil adalah suka dengan sikapnya. Bukan pada orangnya. Namun, Andi menanggapinya lain. Andi merasa terpuji dan malu saat Nabil mengatakan hal itu. Jauh di dalam lubuk hati Andi, dia pun menyukai Nabil.

"Ma-makasih," ucap Andi kikuk seraya tersenyum dalam hati. Andi benar-benar gugup saat ini. Tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa ia tak kalah senang juga saat ini.

Bel masuk pun berbunyi. Itu tandanya pelajaran Biologi akan segera dimulai. Andi mengambil buku tulis dan alat tulisnya dari dalam tas. Namun, Andi merasa gelisah karena tidak menemukan kotak pensilnya itu. Andi terus mencari dan mencari. Tapi sayang, ini semua memang karena kelalaiannya. Andi lupa membawa kotak pensil miliknya itu. Andi menyimpannya di bawah meja kemarin malam dan ia lupa untuk memasukkannya kembali ke dalam tas.

What's Wrong With Gay? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang