20 Mei 2012
Sudah 2 bulan lamanya Nabil berpacaran kembali dengan Riska dan sudah dua bulan pula Andi merasakan sakit hati yang luar biasa. Andi salah ternyata. Awalnya ia beranggapan bahwa semakin lama, ia akan terbiasa dan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya. Namun, bagaimana dengan kenyataannya? Semakin lama perasaan Andi malah semakin dalam. Dan itu semakin membuat dirinya merasa sakit hati. Belum lagi Nabil dan Riska yang semakin dekat dan semakin romantis. Andi juga ingin diperlakukan seperti itu. Namun ia tahu diri. Ia tidak lebih dari sekadar sahabat belaka. Andi harus tahu diri akan hal itu.
Belum lagi sikap Nabil seakan berubah pada Andi. Ia sudah tidak memiliki banyak waktu lagi dengan Andi. Nabil lebih sering menghabiskan waktu dengan kekasih tercintanya, Riska. Mungkin pertemuan terakhir dengan Andi bisa dihitung oleh jari. Di sekolah pun sama. Nabil lebih suka pergi ke kantin dengan Riska dan meninggalkan Andi sendiri di kelas. Kalian tahu sendiri kan, Andi tidak suka menghabiskan uangnya untuk sekadar membeli jajanan.
Hari ini Andi merasa kurang fit. Tubuhnya terasa sangat lemas sekali. Belum lagi napasnya sudah sangat panas. Andi memegang dahi dengan tangan kanannya dan wow, sangat panas sekali. Ya ia sudah dapat menyimpulkan bahwa tidak lama lagi ia akan jatuh sakit. Andi lebih memilih untuk memejamkan matanya sejenak. Jam istirahat masih tersisa sekitar 20 menit lagi. Ia berharap ketika bangun nanti, tubuhnya sudah lumayan sedikit membaik.
Namun, saat hendak memejamkan mata, tiba-tiba tubuh Andi dirangkul oleh seseorang tanpa permisi. Dengan berat hati Andi menoleh ke arah orang tersebut dan ternyata dia adalah sahabat karibnya itu, Nabil. Andi mengernyit sedikit dibuatnya. Tumben sekali sahabatnya ini menghampirinya. Riska ke mana? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang berusaha untuk keluar dari dalam benak Andi.
"Lagi apa An?" tanya Nabil seraya tersenyum lebar. Hati Andi menghangat seketika. Ia sungguh merindukan sosok Nabil yang seperti ini. Selalu ada waktu untuknya. Andi mengambil napas panjang lalu menjawab.
"Tadinya mau tidur, eh keburu ada kamu," jawab Andi sekenanya. Nabil hanya bisa mengangguk kecil sebagai jawaban.
"An, gue mau minta tolong nih, boleh?" Nabil bertanya dengan penuh harap. Ia sangat berharap sahabatnya ini mau membantunya. Ia sangat membutuhkan bantuan sahabatnya itu.
"Bantuan apa?" Andi merasa sangat bingung saat ini. Pasalnya, sahabatnya ini tidak pernah meminta bantuan padanya kecuali perihal pekerjaan rumah alias PR.
"Anter gue ke Mall ya pulang sekolah?" Andi semakin mengerutkan dahinya bingung. Ditambah rasa pening yang sedikit demi sedikit mulai datang menyapa kepala Andi.
"Emangnya mau apa?" Andi hanya bisa bertanya saja seraya memijat keningnya pelan. Nabil menjadi bingung dibuatnya. Apa sahabatnya itu sakit?
"Gue mau beli something nih buat Riska. Dua hari lagi kan gue sama dia monthsarry An." Raut wajah Andi menjadi lesu seketika. Rasanya begitu menyesakkan saat mendengarnya. Namun, Andi tidak boleh egois. Perasaan sahabatnya itu jauh lebih penting saat ini. Ia tidak mau mengecewakan Nabil. Dengan mantap Andi mengangguk sebagai tanda setuju. Nabil menjadi sangat senang dibuatnya. Saking senangnya, ia langsung memeluk tubuh mungil Andi. Ahh, sudah lama ia tidak melakukan hal ini.
Jujur, Nabil sangat merindukan Andi. Hanya saja ia tidak mempunyai banyak waktu dengan sahabatnya itu. Masih ada Riska, kekasihnya yang harus selalu ia temani. Lagi pula Nabil sangat mencintai Riska. Jadi, apa salahnya menemani pacarnya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Gay? [END]
Teen FictionJika bisa memilih, tentu Andi tidak ingin dirinya seperti ini. Dia ingin menjadi seorang pria normal dan pergi kencan dengan seorang wanita seperti pada umumnya. Namun, apa yang harus dia lakukan jika perasaan itu muncul dengan sendirinya dan datang...