27 Mei 2012
Sudah seminggu semenjak Nabil mengetahui isi hati Andi, ia memutuskan untuk menjaga jarak dengan Andi. Saat itu, Nabil hanya mengantarkan pakaian Andi saja ke Rumah Sakit. Setelah itu, ia langsung pamit untuk pulang. Sejujurnya, ia masih sangat shock karena sudah mengetahui hal tersebut. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya malah menaruh perasaan lebih padanya. Ayolah, ini sangat gila menurut Nabil. Sahabatnya sendiri yang notabene adalah seorang pria malah menyukai dirinya? Ralat, bukan hanya menyukai tetapi mencintai. Nabil masih tidak habis pikir dibuatnya.
Di sekolah pun sama. Nabil memilih untuk pindah tempat duduk ketimbang harus duduk berdampingan dengan Andi. Ia merasa sangat canggung sekali bila berdekatan dengan Andi saat ini. Dan sejujurnya dalam hati Nabil yang paling dalam, ia merasa sedikit geli karena sudah mengetahui hal tersebut. Ya, Nabil memang pria normal seutuhnya yang hanya menyukai seorang wanita. Hanya saja, sifatnya itu yang membuat Andi menjadi salah tafsir dan mengartikan. Ini semua bukan kesalahan Andi seutuhnya. Jika saja Nabil tidak berperilaku seperti itu mungkin Andi tidak akan menyukainya. Ya, Nabil pun mempunyai peran yang salah dalam masalah ini.
Di sisi lain, Andi yang merasa dijauhi oleh Nabil hanya bisa berpikir heran dan bingung. Apa ia sudah membuat kesalahan yang membuat sahabatnya itu marah? Andi terus berusaha untuk mengulik semua yang sudah dilakukannya akhir-akhir ini. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak bisa menemukan dan mengetahui di mana letak kesalahan yang sudah ia buat. Yang Andi tahu, semuanya berubah semenjak kejadian di Rumah Sakit tepat satu minggu yang lalu. Ada apa sebenarnya?
Andi masih ingat kejadian beberapa hari yang lalu saat Nabil dan Riska merayakan hari jadian mereka. Pada saat itu, Nabil melakukan hal yang sangat romantis di lapangan sekolah saat jam pulang sekolah berlangsung. Di mana Nabil membuat pola hati dari kelopak bunga mawar di tengah lapangan. Belum lagi poster-poster yang sudah terpampang nyata di atas koridor-koridor kelas lantai 2. Dan puncaknya adalah saat Nabil berlutut memberikan hadiah hari jadian mereka pada Riska. Ya, Andi yang mengantar Nabil untuk membeli kalung tersebut. Riska sangat senang dibuatnya. Terlihat jelas dari pancaran matanya yang menyiratkan kebahagiaan.
Andi hanya bisa tersenyum getir dalam hati. Ia kira, sahabatnya itu akan meminta bantuannya untuk mempersiapkan semua hal ini. Namun, Andi salah. Nabil lebih memilih untuk meminta bantuan Andri teman sekelasnya juga. Lagi-lagi Andi menjadi sedih dibuatnya. Bukan karena tidak diajak untuk ikut andil dalam persiapan perayaan hari jadian ini. Hanya saja, Andi merasa sedih karena posisinya dalam hidup Nabil sedikit demi sedikit mulai tergeser dan digantikan oleh Riska.
Andi tidak bisa apa-apa selain pasrah dan menerima semua keputusan yang Nabil ambil. Hanya saja, Andi masih belum tahu dan mengerti di mana letak kesalahan yang sudah ia buat. Ia merasa tidak melakukan kesalahan. Ia selalu mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu. Ia pun selalu menemani Nabil jika pemuda itu memintanya dalam kondisi tubuh seperti apapun. Kalian masih ingat kan saat Andi mengantar Nabil membeli kalung untuk Riska? Andi dalam kondisi sakit saat itu. Tapi, ia memaksakannya hanya demi Nabil seorang. Ia tidak mau membuat sahabatnya itu kecewa. Ia ingin selalu memberikan yang terbaik untuk Nabil. Tapi apa balasan Nabil? Ia malah tidak menganggap Andi ada dan malah memilih untuk menjauh dari Andi.
Terkadang Andi menangis saat berusaha untuk menerima semua kenyataan ini. Belum sembuh luka Andi yang lalu saat mengetahui Nabil memilih untuk menjalin kasih kembali dengan Riska. Sekarang, luka yang baru kembali datang menyapa dirinya tanpa bisa bernegoisasi terlebih dahulu. Sahabatnya malah menjauhinya. Hati Andi semakin sakit dan sesak jika mengingat hal itu. Belum lagi sekarang, Andi duduk sendiri di kelas. Nabil memilih untuk pindah dan duduk bersama dengan Andri. Andi tidak angkat bicara saat dengan tiba-tibanya Nabil duduk di sana. Dalam benak Andi saat itu, mungkin Nabil sedang tidak ingin diganggu. Tapi ternyata Andi salah. Nabil tak kunjung duduk kembali bersamanya. Oke, itu mungkin bukan termasuk masalah yang terlalu runyam menurut Andi. Ia hanya memikirkan, mengapa sahabatnya bisa berubah drastis seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Gay? [END]
Teen FictionJika bisa memilih, tentu Andi tidak ingin dirinya seperti ini. Dia ingin menjadi seorang pria normal dan pergi kencan dengan seorang wanita seperti pada umumnya. Namun, apa yang harus dia lakukan jika perasaan itu muncul dengan sendirinya dan datang...