Sudah tepat 6 bulan Andi berjuang untuk melawan sel-sel kanker yang sedang menggerogoti otaknya itu. Seperti yang kita ketahui, otak merupakan salah satu organ penting yang ada di dalam tubuh. Otomatis, penyakit ini membuat beberapa anggota tubuh Andi menjadi tidak bisa berfungsi dengan baik. Ia sudah tidak bisa berdiri dan berjalan lagi. Kondisi tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan hal itu. Ia hanya bisa berbaring di atas kasur sederhana miliknya yang ada di rumah.
Ya, Andi tidak dirawat di Rumah Sakit sama sekali. Keadaan ekonomi tidak mendukungnya untuk melakukan hal tersebut. Akses untuk membuat BJPS sangatlah sulit. Mengingat seluruh berkas Andi ada di Kota. Hanya Rendi yang bisa merawatnya selama ini. Ia sangat ingin memberitahu kondisi Andi pada keluarganya di Kota. Namun, Andi melarangnya dengan tegas. Ia tidak mau membuat keluarganya menjadi khawatir.
Tapi, apakah mereka akan khawatir dengan kondisi Andi? Yang ia ingat terakhir kali adalah keluarganya itu tidak mau menerima keberadaannya lagi. Jadi, untuk apa Andi mengabari keluarganya? Toh, mereka tidak akan peduli.
Hari demi hari, kondisi tubuh Andi semakin melemah. Ia hanya diberi obat seadanya. Rendi hanya mampu membeli obat penahan sakit saja untuk Andi. Karena salah satu cara yang paling ampuh yaitu dengan cara melakukan operasi. Namun kembali lagi pada masalah pokoknya yaitu biaya. Andi tidak mempunyai uang sebanyak itu. Maka dari itu, Andi memilih untuk pasrah saja dirawat di rumah dengan berbagai macam obat tradisional.
Tak lupa, Andi pun selalu mengisi buku diary kesayangannya itu. Walaupun tidak sesering dulu, tapi ia selalu menyempatkan waktunya untuk menulis di dalam buku diary tersebut.
Jujur, Andi masih sangat mengharapkan kehadiran Nabil. Lebih tepatnya, ia ingin bertemu dengan sahabatnya itu. Hanya saja kondisinya tidak memungkinkan. Sedang apa ya Nabil di sana? Apa Nabil memikikirkannya? Sungguh, Andi sangat merasa rindu pada Nabil. Ya, perasaan itu belum hilang sedikitpun dari hati Andi. Cinta itu terlalu kuat untuk dilenyapkan.
Hari ini Andi merasa sangat berbeda sekali. Ia merasa tubuhnya semakin sakit dan nyeri. Entah mengapa itu semua bisa terjadi. Andi merasakan kerongkongannya sangat kering sekali saat ini. Ia berusaha untuk mengambil gelas yang ada di atas nakas tepat di samping bangsal. Ia tidak bisa bangkit dari posisi tidurnya. Andi hanya bisa berusaha menggapainya dengan tangan kanan yang sudah sangat lemah untuk digerakkan itu. Namun hasilnya nihil. Gelas tersebut malah jatuh ke lantai dan pecah dibuatnya. Rendi yang mendengar suara pecahan langsung berlari menuju kamar Andi. Ia langsung terkejut dibuatnya.
"Ya ampun. Kamu mau apa ndi?" tanya Rendi khawatir. Andi menatap Rendi sayu. Bibirnya sangat sulit untuk digerakkan. Ia hanya bisa menunjuk tenggorokannya dengan susah payah sebagai jawaban. Seakan mengerti, Rendi langsung beranjak menuju dapur untuk mengambilkan Andi air. Setelah itu, ia langsung memberikan gelas berisikan air tersebut pada Andi. Dengan susah payah Andi meminum setengah air yang ada di dalam gelas tersebut. Rendi pun menyimpan gelas tersebut di atas nakas. Lalu, ia beranjak untuk membersihkan pecahan gelas yang ada di lantai.
Setelah selesai, Rendi pun duduk di samping Andi yang sedang berbaring dengan lemah. Ia menatap Andi sedih. Enam bulan yang lalu sosok yang ada di hadapannya ini masih sangat sehat dan bugar seperti orang yang tidak mengidap penyakit. Tetapi sekarang, lihatlah dia. Sangat berbeda jauh dengan yang dulu. Tubuh kurus kering. Kepala yang sudah tidak berambut sedikit pun. Intinya, Rendi masih belum bisa percaya pada semua kenyataan ini.
Sejujurnya Rendi sangat ingin mengabari keluarga Andi di kota. Namun, Andi selalu melarangnya. Rendi hanya bisa menuruti kemauan temannya itu. Ia sudah menganggap Andi sebagai sahabat atau bahkan saudaranya sendiri. Orang tua Rendi tidak keberatan saat Rendi memutuskan untuk merawat Andi. Andi merasa hutang budi pada Rendi. Tapi Rendi melakukan semua ini ikhlas tanpa embel-embel apapun. Ia merasa prihatin pada Andi. Ia harus berjuang melawan penyakitnya ini sendiri. Andi adalah sosok yang kuat di mata Rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Gay? [END]
Teen FictionJika bisa memilih, tentu Andi tidak ingin dirinya seperti ini. Dia ingin menjadi seorang pria normal dan pergi kencan dengan seorang wanita seperti pada umumnya. Namun, apa yang harus dia lakukan jika perasaan itu muncul dengan sendirinya dan datang...