10

151 7 0
                                    

Setelah pulang mengaji, Nata berjalan beriringan dengan Aufa yang sedang menuntun sepeda. Melewati pinggir trotoar ditemani semilir angin malam yang menerpa wajah mereka. Suasana sangat tenang, tak ada dari keduanya yang memulai untuk berbicara. Tak seperti hari-hari sebelumnya. Entah, ada yang berbeda dari kedua manusia ini

"Udah makan Nat?" Tanya Aufa saat ia sudah tak sanggup lagi menikmati sepi diantara mereka. Nata melirik Aufa

"Hmm. Belum" Jawabnya datar. Entah kemana pikiran Nata melayang

"Mau makan dulu nggak? Gua laper" Ajak Aufa, Nata terlihat menimbang-nimbang ajakannya

"Kayaknya gak usah Fa. Keenan nungguin gue di rumah. Kapan-kapan aja gak masalah kan?" Tolak Nata secara halus. Ia juga tak mempunyai selera makan, sepertinya

Aufa mengangguk-anggukan kepalanya mencoba mengerti alasan Nata

"Oh ya, lo dapet salam dari saudara gue. Zahra" Ingat Nata dengan senyum setulus mungkin. Hati Aufa langsung berdetak tak menentu saat mendengar ucapan Nata. Bukan, bukan karena ia begitu senang mendapat salam dari gadis pilihan uminya. Tapi karena ia tak mau menyakiti hati Nata. Entah darimana perasaan takut itu datang, ia tak mau mengecewakan Nata. Meskipun Aufa tak tahu bagaimana perasaan Nata terhadapnya

"Wa'alaikumsalam" Jawab Aufa singkat tanpa menatap mata Nata. Gadis itu terlihat berpikir. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada sahabat kecilnya itu

"Fa..?" Tanya Nata hati-hati. Aufa menoleh ke arah perempuan disampingnya

"Iya?" Jawab Aufa dengan mata teduhnya

"Emang bener ya, lo sama Zahra mau dijodohin?" Tanya Nata tepat sasaran. Ia tak pandai merangkai kata. Langsung ke inti sasaran membuatnya lebih tenang tanpa berpikir lagi

Aufa tersentak. Langkah kakinya terdiam sejenak

"Hahaha. Nat, gua masih kelas 11. Masa udah mikirin jodoh sih?" Aufa balik bertanya dengan nada sok lugu. Sama sekali tak ada tawa dalam lubuk hatinya. Ia ingin melihat respon Nata

"Tapi kan bentar lagi kelas 12 Fa, terus lulus, kuliah. Cari kerja sekalian cari jodoh" Sambung Nata bertubi-tubi. Aufa tertawa dibuatnya. Diusap pelan puncak kepala Nata yang sedang mengenakan kerudung berwarna krem. Dahi gadis itu tersungut

Dan sampailah mereka berdua di depan rumah Nata. Nata berjalan membelakangi Aufa.

"Nat" Panggil Aufa saat gadis itu sedang membuka pintu pagar. Nata menoleh

"Iya Fa nanti gue pasti bakal bilang assalamu'alaikum. Buka gerbang dulu" Tukas Nata cepat. Berpikir pasti maksud Aufa memanggilnya karena ia belum mengucapkan salam. Aufa tersenyum

"Umi kemarin ngomong ke gua, katanya.." Ucapan Aufa tergantung. Nata mengerutkan dahinya. Berjalan beberapa langkah mendekati Aufa

"Katanya apa?" Tanya Nata penasaran. Aufa terlihat berpikir, kemudian setelahnya tertawa kecil

"Katanya kalo abis ngaji langsung pulang. Hehehe. Assalamu'alaikum" Kilah Aufa sambil langsung mengendarai sepedanya menjauhi Nata. Sebelum gadis itu memaki-maki dirinya karena ucapan yang tidak jelas tadi

"AUFA!!! Nyebelin. Wa'alaikumsalam" Teriak Nata sebal. Lalu sambil mengusap-usap dadanya agar sabar, ia pun masuk ke rumah untuk menemui Keenan

***

Sesampainya di rumah, Aufa segera bergegas menuju kamarnya tanpa mau bertemu dengan umi atau abi. Ia tak mau membahas soal perjodohan tidak jelas itu. Tempo hari Aufa pikir hanya candaan semata, namun ternyata umi serius membicarakan hal ini dengan abi dan bunda Rara.

Could It Be?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang