Matahari benar-benar sudah beranjak ke arah barat, namun sinarnya seakan belum puas menerangi bumi. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, ramainya kota Yogyakarta ini menjelang senja semakin terlihat. Sudutnya menggambarkan keaneka ragam kehidupan, ada penjual angkringan yang selalu dapat kita temui dimana saja, ruko-ruko aksesoris dan pakaian-pakaian batik, seniman jalanan yang selalu menghibur dengan alunan musik dan suara mereka yang khas, dan segelintir orang yang tak bosan-bosan menikmati indahnya kota Yogya, seperti Dira dan Nata yang ikut terlarut dalam suasana petang ini
"Disini aja ya?" Tanya Dira formalitas, ia duduk ditikar salah satu angkringan yang berada di pinggir jalan. Nata mengangguk kemudian duduk di sebelahnya terhalang beberapa jengkal
"Jauh banget kayak orang musuhan, gua baik kali Nat" Ucap Dira saat melihat posisi duduk Nata yang seakan menjaga jarak darinya. Nata menggeser ke arahnya beberapa senti, Dira menggelengkan kepalanya pasrah
"Mau pesen apa mas, mbak?" Tanya si ibu pedagang ramah sambil melayani beberapa pesanan orang dan sesekali menoleh ke arah mereka berdua
"Kopi joss satu bu. Lu apa?" Dira memesan sambil menoleh ke arah Nata yang sedang melihat-lihat lauk di angkringan penjual yang kira-kira berumur 45 tahun, gadis itu duduk di sebelahnya
"Sate telur puyuh satu sama teh manis anget ya bu" Pesan Nata sambil tersenyum ramah pada sang penjual dan ibu itu pun mengangguk paham
"Sebenernya ka Dira mau ngomongin apa?" Nata to the point bertanya pada inti sasaran sambil menatap Dira yang sedang menatap hiruk pikuknya jalanan
"Keenan" Jawabnya singkat. Nata mengernyitkan alisnya
"Ada yang salah sama dia?" Mendengar pertanyaan Nata, Dira memalingkan wajahnya
"Lo pasti bingung ya kenapa gua ngajak kesini?" Kini Dira malah balik bertanya. Nata hanya menunggu kalimat gantung Dira tadi
"Gua harap, lo gak usah ngasih tau apapun tentang Venus ke dia, terutama tentang gua, kalo dia nanya" Jelas Dira, cowok itu seakan memberi intruksi pada Nata
"Saya boleh tau alesannya?" Dira menghembuskan napasnya pelan, ia tau pasti Nata akan bertanya alasannya
"Boleh, tapi setelah lu janji mau terima permintaan gua tadi" Jawaban Dira penuh syarat, Nata menangkap sesuatu yang ganjil dalam percakapan ini. Ada apa sebenarnya antara Dira dan Keenan?
"Kalo gitu saya gak janji" Bersamaan dengan jawaban Nata, si ibu penjual memberi pesanan mereka berdua di atas karpet kuning gading
"Monggo mbak, mas. Jangan serius-serius toh percakapannya, ini loh dinikmati dulu" Ucap ibu penjual dengan gaya bicaranya yang khas Jawa asli diiringin senyum yang ramah
"Matur nuwun bu" Jawab Nata sopan dan anggukan Dira
"Kenapa gak bisa janji?" Tanya Dira ingin tahu, semilir angin menyapa wajahnya dan Nata bergantian, wangi khas Dira yang maskulin sesaat mengalihkan fokus Nata. Meskipun sudah sore, laki-laki ini tetap wangi, padahal hal yang mungkin seharian tadi Dira banyak melakukan aktivitas
"Seharusnya saya yang nanya, kenapa saya harus janji?" Percakapan ini bagai perdebatan kecil antara Nata dan Dira. Gadis itu mengunyak telur puyuh pertamanya, Dira memerhatikannya tanpa menyentuh kopinya sama sekali
"Itu kan jawaban gua waktu lu nanya alasannya? Ngomong sama lu ribet ya, harus muter-muter dulu" Mendengar suara Dira yang kesal, Nata hanya mengangkat bahu, berlaga tak peduli
"Saya gak ada urusan antara ka Dira sama Keenan. Saya gak mau ikut campur. Jadi mungkin ka Dira buang-buang waktu ngajak saya ngobrolin hal ini" Kini Nata malah bersikap netral, bahkan bukan netral lagi, tapi menghindari konflik. Dira terdiam sesaat kemudian menghirup kopinya, tak menjawab pernyataan Nata. Ia sibuk menerawang langit sambil sesekali meniup-niup asap panas dari kopi joss yang memang terkenal di Yogya ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Could It Be?
Teen FictionDikelilingi dengan orang-orang yang menyayangi Natasya, kadang membuatnya tidak mengerti dengan apa yang harus dia lakukan. Namun dari sekian banyak pilihan, akankah Natasya menemukan yang terbaik?