"Ah si ibu, aku kan udah bawa bekel nasi kuning, ditambah sama kuenya bunda Rara. Risol sama lemper juga pasti bikin kekenyangan" Gerutu Natasya atau yang akrab disapa Nata sambil berjalan menyusuri lorong sekolah
"NATAAA!!! Nata tungguiiin. Nat tunggu! Gue kesel Nat gue sebeeel!!!!" Andine, sahabat Nata sejak SD berlari mengimbangi langkah kaki Nata yang jauh di depannya
"Aduuuh. Ada apalagi sih Din? Inikan masih pagi. Si pipo pup di kamar lo lagi?" Tanya Nata, pipo adalah kelinci putih asal Rusia kepunyaan Ibu Andine
"Nggak. Bukan pipo, lagian dia udah diadopsi om gue"
"Terus apa masalahnya?" Dan sampailah mereka berdua di XI IPS 2 lalu duduk dibangku masing-masing
"Gue...gue diputusin Eky!!! Gue diputusin Eky Nat gue gak suka, gak terimaaa" Cerita Andine lalu setelahnya ia menangis sambil menelungkupkan kepalanya dimeja.
Nata terdiam sesaat namun langsung mengusap lembut kepala sahabatnya prihatin"Udah Din jangan nangiiis. Bukannya lo udah tau dia cowok yang kayak gimana? Lo gak inget si Tania? Grace? Evelyn? Mereka juga diputusin padahal baru beberapa hari jadian. Alesannya juga macem-macem, nah kalo lo alesannya apa?" Nata berusaha menenangkan sambil sedikit meledek agar Andine dapat berpikir bahwa laki-laki itu bukan untuk ditangisi
"Nataaaa kok lo jahat siiih? Lo nanya gue kayak gitu lo tega? YaTuhan Nat gue makin sediiih" Kini suara tangisan Andine sudah makin menjadi-jadi hingga membuat beberapa murid perempuan melingkari bangkunya
"Ada apaan Nat? Kok si Andine nangis?" Tanya Deby diikuti anggukan anak perempuan lainnya. Nata hanya geleng-geleng dan bersamaan saat itulah Pak Sinaga memasuki ruang kelas dengan wajah sangarnya
"Selamat pagi anak-anak. Ambil kertas lembar dan kita ulangan sekarang!" Hari senin berhasil membuat murid XI IPS 2 mengutuki diri mereka sendiri
***
"Sialan dah tuh kemaren. Gua sama sekali gatau kalo mereka bakal nyerang malem-malem" Ari menggerutu sambil menghisap rokoknya"Kalo kayak gini terus mereka bisa nyerang kita depan sekolah persis men. Menurut lu kita harus gimana, Dir?" Petrus si ambon menoleh ke arah Dira yang sedang memainkan hapenya
"Gua ajak ngobrol Keenan balik sekolah" Ucap Dira sembari memasukan handphonenya ke saku seragam
"Wah gila lo Dir. Nggak, lu jangan sendiri ketemu Keenan. Lu tau kan dia selalu punya cara buat jatohin lu?" Petrus menepuk pundak Dira kontra
"Kenapa lu bisa ambil keputusan itu?" Tanya Eky lalu menghentikan permainan gitarnya.
Segerombolan anak laki-laki itu berada di tempat tongkrongan SMA Venus, tepatnya di belakang sekolah namun terhalang oleh beberapa pemukiman warga yang sudah tak terurus"Ya terus harus gimana gua tanya? Gua udah berkali-kali ingetin tuh orang buat gak kesini lagi. Tapi dia selalu banyak alesan, lagian gua gak takut kalo cuma berhadapan sama orang kayak dia" Dira menjelaskan kepada beberapa temannya dan mereka mengangguk mengerti
"Setuju gak setuju sih gua. Terakhir lu nyamperin dia sendirian gigi lu goyang satu. Gua kira udah paling parah tuh, eh pas ketemu Keenan pipi sama matanya biru. Hahahahaha" Ingat Ical dilanjutkan tawa dari anak-anak yang lain. Dira terkekeh mengingat hal itu
Dira dan Keenan memang sudah bersitegang sejak lama. Dulu mereka bersahabat, namun karena suatu hal akhirnya persahabatan mereka harus berakhir. Mereka berpisah dan ternyata sekolah masing-masing pemuda itu adalah musuh bebuyutan. Sering terlibat tauran, ricuh dan masalah-masalah lainnya. Ditambah dengan itulah Dira dan Keenan semakin tidak akur.
Sebenarnya dibalik itu mereka mempunyai kesamaan, sama-sama anak broken home dan sama-sama mempunyai paras tampan dan otak yang cerdas. Namun apa daya kini waktu telah merubah kebersamaan mereka menjadi musuh sejati yang tak lekang oleh waktu

KAMU SEDANG MEMBACA
Could It Be?
Teen FictionDikelilingi dengan orang-orang yang menyayangi Natasya, kadang membuatnya tidak mengerti dengan apa yang harus dia lakukan. Namun dari sekian banyak pilihan, akankah Natasya menemukan yang terbaik?