4

179 10 1
                                    

Sudah berjam-jam Keenan menghabiskan waktu bersama Dana dan Rafi di sekitar Stasiun Tugu yang letaknya tidak jauh dari Malioboro, soto sulung. Entah apa yang membuat Keenan memilih tempat ini, tetapi daritadi ia menikmati kebersamaan dengan kedua temannya

"Ngomong-ngomong Nan, apa kabar nyokap bokap lo? Kalo kita main ke rumah, yang gua liat cuma si mbok doang" Kali ini Dana membuka percakapan tentang keluarga Keenan. Medengar itu ia hanya tersenyum sendu

"Alhamdulillah baik. Mereka cuma sibuk sama tugas diluar kota aja" Jawab Keenan singkat, lalu mengaduk-aduk es teh manisnya yang sudah mencair. Dana mengangguk paham. Rafi menghisap rokoknya sambil menatap ke sekeliling. Tempat makan ini tak pernah sepi, sejak tadi banyak orang hilir mudik keluar dan masuk

"Gua mau nanya Nan, pertanyaan yang sampe sekarang gua gak tau jawabannya" Ujar Rafi sambil terus menghisap rokoknya. Keenan mengernyitkan alis tebalnya, menatap sahabatnya yang hanya melihatnya sekilas. Dana pun ikut memerhatikan Rafi

"Apaan Fi?" Tanya Keenan. Kini Rafi baru menatapnya balik

"Sebenernya apa sih faktor utama lu sama Dira bisa sampe kayak sekarang?" Pertanyaan yang jelas keluar dari mulut Rafi namun seakan Keenan tak mengerti apa maksudnya, karena responnya hanya memutarkan bola mata hitamnya ke sembarang arah sambil ia berdehem beberapa kali

***

Dira dan Nata berjalan menyusuri tangga menuju lapangan parkir yang tinggal tersisa 4 motor dan 2 mobil. Motor ninja merah Dira terpakir di sebelah kanan mobil itu, laki-laki yang seragamnya sudah dikeluarkan itu berjalan mendahului Nata. Nata setuju untuk diantar pulang, karena saat ia melihat isi dompetnya, ia sungguh terkejut uangnya sudah habis tak tersisa. Nata lupa hari ini ia telah memakai uangnya untuk membayar uang kas yang sudah menumpuk

"Nih" Dira menyerahkan helm putih ke arah Nata yang berdiri di belakang knalpot motornya

"Makasih. Kalo berangkat sekolah sama temennya ka?" Nata bertanya sambil berusaha memakai helm itu pada kepalanya, poninya yang sudah panjang melewati mata berhasil acak-acakan akibat helm yang ia pakai

"Nggak kok gua sendiri. Kenapa? Helm ini?" Tanya Dira dengan dagunya yang ia arahkan pada helm putih yang Nata pakai, laki-laki ini pun menaiki motornya. Nata hanya mengangguk mendengar pertanyaan Dira

"Lo yang pertama pake helm itu, dan yang kedua duduk di jok belakang, setelah.... Ari" Jelas Dira sambil menyeringai dan membuat wajahnya semakin terlihat tampan, Nata sempat membelalakan matanya saat mendengar hal itu

"Hmmm bercanda ini orang. Mana mungkin baru ka Ari yang pernah dia anter pulang?" Gumam Nata tak percaya dengan posisi yang masih sama seperti tadi, padahal Dira sudah menyalakan mesin motornya

"Pasti lu gak percaya. Udah ayo naik" Timpal Dira yang yakin bahwa Nata tak kan percaya dengan ungkapannya barusan. Padahal yang ia katakan jujur tanpa mengada-ada. Nata hanya terkekeh mendengar pernyataan seniornya yang tepat sasaran

"Jangan ngebut ka" Pesannya kemudian menaiki motor Dira, cowok ini tak menghiraukan kata-kata Nata barusan. Dan dalam hitungan detik motor ninja merah milik Dira telah bergabung bersama kendaraan lain yang sedang lalu lalang meramaikan kota Yogyakarta

Tak ada percakapan diantara kedua orang ini, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun anehnya, tanpa diberi arah petunjuk jalan, Dira sudah paham betul belokan-belokan yang mengarah pada rumah Nata. Awalnya Nata tak berpikiran macam-macam, namun saat Dira berbelok ke arah perumahan dimana ia tinggal, gadis itu langsung berdehem

"Ehem, ka? Ka Dira kenapa bisa belok sini?" Tanya Nata memecah keheningan, Dira tersentak dari diam panjangnya. Ia melihat raut penasaran diwajah cantik Nata dari kaca spion

Could It Be?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang