Ibarat nasi sudah menjadi bubur, Dira hanya bisa pasrah saat melihat raut muka shock dari Mamah Vira, Hanin dan juga Anjas saat gamblangnya Arfa mengumumkan bahwa ia akan menikahi Dira besok."Kamu yakin Fa?" Tanya Anjas, ia benar - benar tidak mengerti tentang jalan fikiran Arfa yang selalu membuat orang lain kelimpungan.
"Aku tak pernah se-yakin ini " jawab Arfa, matanya memandang wanita berhati mulia berjiwa tegar yang sebentar lagi berstatus menjadi istrinya. ia sungguh bahagia dengan fakta itu.
"Kamu memang benar - benar sudah gila Fa" Hanin mencela, ia jengkel setengah mati dengan kelakuan Arfa yang egois ini, mementingkan kebahagiaan sendiri tanpa mau tau repotnya orang untuk menyiapkan acara dadakan besok.
"Sabar yang" Anjas mengelus pelan bahu istrinya, ia tak mau emosi Hanin akan mempengaruhi janin yang ada dalam perut istrinya. membuat Hanin menghela nafasnya dan tersenyum kecil kepada Anjas, menandakan kalo dia tak apa- apa.
"Aku hanya ingin menjalin hubungan yang serius dan sekarang waktunya untuk melakukan tindakan serius. Enes butuh figur seorang ayah dalam perkembangannya Han!. Sosok ayah juga tak kalah penting dari ibu untuk perkembagan anak" ujar Arfa pelan namun berakibat sangat besar untuk semuanya tak terkecuali Dira yang rasanya ingin menangis bahagia saat itu juga.
"Baiklah Mamah akan menghubungi papahmu untuk menyuruhnya tebang ke sini untuk menyaksikan pernikahan kalian " Mamah Vira tersenyum kecil samun matanya tak bisa berbohong kalau ia bangga dengan anaknya.
***
Dira memejamkan matanya saat terdengar seruan kata 'sah' dari balik pintu kamarnya, ia mendongkak menatap wajah Hanin yang tersenyum lega, mau tak mau ia juga tersenyum tulus.
" Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair" Bisik Hanin . Dira kembali memejamkan matanya saat Hanin merengkuh tubuhnya yang terbungkus kebaya pengantin. Ia mengamini dalam hati doa yang Hanin panjatkan untuknya.
Dira berharap semoga Arfa menjadi khalifah untuk dirinya dan anak - anaknya kelak, dan juga semoga Allah mengarahkan kisah cintanya seindah kisah Ali dan Fatimah.
"Assalamualaikum Dira" keduanya menoleh memandang tubuh Arfa yang bersiri menjulang dengan wajah tegang bercampur bahagia.
"Aku keluar" Hanin kembali berbisik, ia mengelus lengan Dira sebelum berjalan keluar kamar sang pengantin, bibirnya tersenyum lalu meninju pelan bahu Arfa seraya berucap
"Aku bersumpah akan mencekikmu kalau kembali menyakiti Dira" Arfa mengangguk paham dan ia terkekeh saat Hanin mengerling jenaka sebelum tubuhnya benar - benar hilang dari balik pintu.
Arfa mendekat lalu mengelus ubun - ubun Dira seraya menyebut nama Allah, telunjuknya teracung untuk menggapai dagu Dira yang sendari tadi menunduk dan mensejajarkan wajahnya. Di kecupnya kening Dira sambil melantunkan doa
" Allaahumma innii as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi "
Tiada yang lebih bahagia dari ketulusan dan keikhlasan cinta karena Allaah, dan Dira tak bisa membendung air matanya saat merasakan itu, hatinya lega dan terasa ringan sekarang.
**
"Anak Papa capek yah" bisik Arfa sebelum kemudian mengecup sayang pipi gembil Enes yang tertidur lelap di pangkuan Dira. Arfa terkekeh saat Enes menggeliat karena merasa terusik. Sekali lagi ia mengecup pipi Enes lalu bergantian pipi Dira yang membuat pipi putihnya bersemu membuat Arfa gemas.
"Turun yuk, kamu pasti capek" ujar Arfa lalu turun dari ferarri miliknya di susul Dira kemudian.
"Sini biar Mas yang gendong Enes" Arfa mendekat kemudian mengambil alih Enes yang terlihat sangat pulas, anaknya ini memang terlihat sangat senang waktu bermain dengan Om hafiz-nya saat makan malam tadi membuatnya sampai kelelahan. Memang di pernikahan kali ini tak ada pesta resepsi hanya mengadakan syukuran yang hanya di hadiri sanak saudara.
Dira sedikit merenggangkan tangannya yang terasa kebas akibat terus menggendong Enes yang semakin berat, matanya menatap halaman rumah yang hanya di tumbuhi pohon palem dan bunga Bougenville yang tak terurus terlihat dari tangkainya yang menjalar kemana - mana.
"Yang, bisa tolong bukain pintu. Kuncinya di saku belakang" Dira tersentak dari lamuman dan memandang Arfa gugup.
"I-iya" hati - hati Dira merogoh saku belakang celana Arfa untuk mengambil kunci rumah yang menyatu dengan kunci - kunci lainnya. Ia melangkah maju dan membuka pintu ganda rumah yang dulu mereka tempati.
"Yuk masuk" Dira mengangguk patuh dan mengikuti langkah suaminya masuk kedalam, tak banyak berubah dari rumah ini, tata letak furniture-nya pun masih sama hanya ada beberapa yang berbeda.
"Naah anak papa waktunya bobo cantik" gumam Arfa seraya membuka pintu kayu di hadapannya dengan tangan yang bebas. Dira langsung menganga takjub dengan desain kamar yang indah, hampir 90% furniture-nya terdapat gambar princess Anna dan quen Elsa.
"Mas" Dira memanggil lirih membuat Arfa yang tengah menaruh Enes di box bayi menoleh, lalu terseyum tipis saat mendapati wajah takjub istrinya. Tidak sia - sia ia menyuruh Hanin untuk mendesain kamar anaknya.
"Bagaimana? Kamu suka gak sama kamar Enes?" Tanya Arfa, ia menarik tangan istrinya dan memeluk pinggang Dira erat.
"Ini indah Mas" Dira menoleh menatap wajah tampan suaminya yang berseri "terimakasih Mas" lanjut Dira tulus.
"Tidak masalah, Enes anak-ku. Jadi, sudah kewajibanku untuk menyenangkannya" ujar Arfa, ia menatap mata indah istrinya semakin lama wajahnya semakin mendekat hingga hidung mancungnya membentur hidung mungil Dira.
"Aku bahagia " bisik Arfa lirih sebelum mencium bibir tipis Dira dengan hati - hati hingga melumatnya perlahan, ya Allah sudah lama ia tak merasakan manisnya bibir Dira hingga membiatnya sedikit terburu- buru dalam mencecap seriap inci bibir istrinya, takut semua ini akan hilang waktu ia membuka mata nanti.
"Ma-mas" Dira menjeda ciuman mereka, wajahnya memerah dengan bibir sedikit membengkak membuat Arfa ingin menciumnya lagi dan lagi.
"Mas" Dira mencegah pergerakan Arfa "jangan disini" lanjut Dira, Arfa menghela nafas pelan sebelum kemudian mengangkat tubuh dira dan membawanya ke kamar samping.
"Mas kita solat pengantin dulu" Dira kembali mencegah
"Iya- iya sayaang"
**
"Aaaaaaaaa mamamaaaa" suara tangisan Enes langsung membuat Arfa dan Dira terjaga, secepat kilat Arfa turun dari ranjang melangkah melewati connecting door dan kembali dengan Enes dalam gendongan yang masih sesenggukan.
Dira duduk dengan hati - hati sambil melilitkan selimut di dadanya, ia tersenyum kecil saat Enes merentangkan tangan minta di gendong olehnya. Anaknya ini memang selalu gampang terjaga dengan suasana yang baginya terasa asing.
"Mau nenen hmm?" Tanya Dira saat Enes mengusel di dadanya "iya -iya Nak" lanjut Dira saat Enes mulai merengek lagi, Dira menurunkan selimutnya dan Enes langsung anteng dengan makanannya.
"Haus ya anak papa" Arfa mengelus kepala Enes yang bersandar di dada Mamahnya "sambil tiduran aja Yang biar kamu bisa tidur lagi" suruh Arfa yang langsung di angguki Dira.
****
Tbc
Update sekarang karena jumat nanti gak yakin bisa UpdateDi tunggu vote dan komennya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Terindah
General FictionLika-liku lehidupan membuat Adira lebih bisa menyikapi setiap masalah, beban hidup yang berat membuatnya menjadi wanita yang kuat. Mulai dari fitnah yang mengakibatkan suaminya menceraikannya, dan menjadikannya janda dengan satu anak yang sangat ca...