Dira menghela nafasnya pelan melihat kedua anaknya yang masih berkelana di alam mimpi padahal ia sudah buru - buru nyuci dan bikin sarapan tadi, ia menjawil pipi empuk Adam yang langsung tersenyum membuat Dira terkekeh lalu melirik si sulung,membenarkan selimut yang mengumpul di kaki Enes yang kalo tidur bertelanjang dada sama seperti Papanya yang gampang kegerahan.
Dira menoleh saat mendengar dencitan pintu terbuka, disana suaminya yang bermandikan keringat berdiri menjulang di ambang pintu, rutinitas minggu pagi yang tak pernah di tinggalkan suaminya. Lari pagi mengitari komplek rumah, tak heran jika tubuhnya bisa terbilang proporsional dengan otot yang menonjol dimana semestinya melekat.
"Mandi dulu, terus sarapan" titah Dira, Arfa mengangguk patuh lalu mengecup ringan kening Dira sebelum melangkah masuk kedalam kamar mandi.
"Anak Mama udah bangun" Dira tersenyum lebar melihat si bungsu yang menggeliat kecil "jangan sayang" Dira mencegah Adam yang memasukan semua jarinya yang mungil kedalam mulut, lalu ia menyodorkan putingnya yang langsung di lahap Adam.
"Mamaaaaa"Enes gantian menggeliat pantat bulatnya menungging sebelum tubuh kecilnya duduk, ia mengerjap pelan menatap sang Mama yang tengah menyusui Adam, ia merangkak mendekat. Tangan montoknya mengayun ingin memukul sang adik yang berani - beraninya mengambil makanannya.
"Mamaaaaaaaaa" Enes menangis kencang, sekuat tenaga ia mencoba melepaskan cekalan sang Mama untuk memukul adiknya yang nakal.
"Enes jangan nakal, ya Allah" Dira kelimpungan di posisi tubuhnya yang miring di tambah Adam yang tak mau berhenti menyusu.
"Maaass" Dira berteriak nyaring, membuat Arfa langsung berlari keluar, dan mendekati sang istri yang kualahan menahan serangan Enes yang membabi buta.
"Hey... hey" Arfa mengangkat tubuh Enes yang masih kelojotan "kita mam yuk.. mam yah" Arfa membawa Enes keluar tak memperdulikan tubuhnya yang hanya terbalut bathrobe.
Enes memang selalu cemburu saat melihat adiknya menyusu, sering kali Arfa rela mengajak Enes jalan - jalan ke super Market untuk memberi waktu untuk Adam menyusu. Ternyata sangat sulit membuat anak mengerti tentang arti berbagi.
"Enes kenapa Fa?" Vira muncul dari balik pintu kamar, mendekati cucunya yang masih menangis kencang dengan terus berteriak 'nenen'.
"Cemburu liat Adam nyusu Ma" jawab Arfa yang langsung membuat sang Mama berdecak kesal
"Kata Mama juga apa!" Vira melotot "sama Oma yuk sayang, beli ice cream mau?" Vira tersenyum lalu mengelus sayang kepala cucunya yang terisak pelan.
"Sana ambil baju buat Enes, Mama mau mandiin dulu" ujar Vira yang langsung di angguki Arfa.
***
"Mamaaa" Enes berteriak saat melihat sang Mama yang mondar - mandir di dapur, tubuhnya menggeliat di gendongan sang Opa meminta turun lalu kaki kecilnya berlari mendekati Mama yang tersenyum menyambutnya.
"Sarapan dulu Pa" ujar Dira yang pagi ini ia membuat menu sarapan lontong sayur dengan opor ayam yang lezat.
"Makasih" air liur Louis hampir menetes saat satu mangkuk lontong sayur di sodorkan di hadapannya. Kemudian ia makan dengan tenang.
"Mah, sarapan dulu" Dira mendekat lalu mengambil alih Adam dari gendongan sang Mama.
"Tuh liat kakanya cemberut" Vira terkekeh geli melihat Enes yang duduk di kursinya memajukan bibirnya kesal.
"Gak pa- pa iya kan sayang, kan Adam adenya Enes " Arfa datang dan langsung menghampiri si sulung yang terlihat bingung menatap sang Papa.
"ade.. ade" Enes bertepuk tangan yang langsung membuat semuanya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Terindah
General FictionLika-liku lehidupan membuat Adira lebih bisa menyikapi setiap masalah, beban hidup yang berat membuatnya menjadi wanita yang kuat. Mulai dari fitnah yang mengakibatkan suaminya menceraikannya, dan menjadikannya janda dengan satu anak yang sangat ca...