Mata Arfa memerah, ia menangis tak bisa membendung lagi laju air mata yang seakan berlomba - lomba keluar dari pelupuk mata, perasaannya campur aduk saat melihat perjuangan istrinya yang melahirkan bayi mungil berjenis kelamin laki - laki beberapa menit yang lalu. sampai - sampai ia tersedat waktu mengadzani anak keduanya, dalan hati ia sangat menyesal karena melewatkan momen kelahiran anak pertamanya yang malang akibat arogansi yang sagat besar.Bayi yang di beri nama Adam Pradipta Amzari, lahir dengan normal dengan berat badan 3.5 Kg dan panjang 50 Cm, terlihat begitu sangat tampan mewarisi wajah Papanya hampir 99%. Arfa tersenyum tipis saat suster mengambil Adam untuk di bersihkan, lalu beralih menatap Dira yang tengah mengatur nafas akibat kelelahan.
Arfa mengusap peluh yang membasahi wajah Dira dengan hati - hati lalu mengecup keningnya penuh sayang.
"Terima kasih, aku sangat mencintaimu sayang" bisik Arfa yang di balas senyuman tipis oleh Dira.
***
"Papaaa"Arfa tersenyum tipis lalau mengambil alih puterinya yang menangis dalam gendonga Omanya.
"Papa disini sayang" gumam Arfa pelan seraya menciumi setiap inci wajah basah Enes, jemari besarnya dengan pelan membersihkan bekas air mata Enes yang mengotori wajah cantiknya.
"Bagaimana keadaan Dira Fa, terus anak-mu?" Tanya Louis gusar, bagaimanapun ia pernah perasakan dalam posisi menegangkan seperti ini dan itu seperti kau di suruh lompat dari lantai dua puluh, sangat gemetar dan takut.
"Alhamdulillah semuanya baik Pa, Dira sama anaku sehat dan dia laki - laki " jawab Arfa, ia mengulum senyum saat terbesit bayangan wajah Dira dan bayi Adam di ruang persalinan tadi.
"Syukurlan, Mama sangat kawatir di tambah Enes nangis terus tadi. Mama takut terjadi apa - apa sama Dira" Vira menghela nafasnya lega, ia bisa duduk tenang sekarang.
"Paaa" Enes merengek kembali, wajahnya di bemankan pada bahu sang Papa untuk beberapa saat dan kembali mendongkak membuat Arfa lagi - lagi ternyesum lalu mengambil tisu untuk membersihkan ingus yang menjalar ke pipi dan di bagian bahu kemejanya yang kusut.
"Enes belum makan Fa, Mama suapin gak mau tadi" Vira menyodorkan kotak makan Enes yang masih penuh kearah Arfa untuk menyuruhnya menyuapi Cucu imutnya.
***
"Waaah tampan sekali kaya Opanya" Louis menimang pelan dalam gendongan Cucu keduanya dengan senyum yang tak pernah luntur, membuat Vira yang tengah melihat keadaan Dira mencibir.
"Namanya siapa Dir?" Tanya Vira penuh minat, semuanya terlihat bahagia dengan kelahiran anak ke duanya ini
" Adam Pradipta Amzari, Ma" jawab Dira.
"Mamaaaa" Enes kembali merengk di gendongan sang Papa yang terlihat sangat lelah.
"Mammaaa nenen" tangan montoknya menggapai - gapai kearah ranjang.
"Enes pengen nyusu gak papa?" Tanya Arfa ragu pada Dira yang tersenyum kecil seraya mengelus sayang anak sulungnya yang manja.
"Gak papa ko mas" jawab Dira.
"Mama sama Papa mau ke kantin dulu ya cari makan" ujar Vira yang langsung menggandeng lengan suaminya yang made in inggris itu dengan cepat setelah Arfa mengambil alih bayi Adam.
Dira terkekeh saat melihat Papa mertuanya merenggut.
"Nenen" Enes menjerit sambil memukul - mukul dada Dira, membuat Dira tersadar dan segera membuka kancing bajunya untuk memenuhi permintaan Enes.
"Udah jadi kaka juga masih aja manja" keluh Dira yang tak di tanggapu Enes, ia malah lebih fokus pada makananya untuk menuntaskan rasa lapar pada perutnya yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Terindah
General FictionLika-liku lehidupan membuat Adira lebih bisa menyikapi setiap masalah, beban hidup yang berat membuatnya menjadi wanita yang kuat. Mulai dari fitnah yang mengakibatkan suaminya menceraikannya, dan menjadikannya janda dengan satu anak yang sangat ca...