Suara gedoran pintu di susul suara Arfa yang memanggil membuat Dira semakin meringkuk di ranjang, ia membekap mulutnya agar tak membangunkan kedua anaknya dengan suara isaknya yang kencang.Ya Allah bolehkan Dira berharap seperti Khadijah dan Fatimah yang semasa hidupnya tak pernah di bagi cinta, walau Arfa berhak berpoligami tetapi sungguh ia tak rela, membayangkan ia di bagi waktu bersama Geby saja membuatnya sakit hati.
Suara kunci di putar terdengar di susul hendel pintu di tekan kebawah, Dira mengkerut dalam tidurnya memejamkan mata erat saat terasa ranjang yang tertekan beban berat. Ia meruntuki dirinya sendiri karena lupa kalo di setiap pintu rumah ini terdapat kunci duplikat.
Dira menahan nafas, tubuhnya terasa melayang dan deru nafas langsung menggelitiki wajahnya yang sembab, aroma maskulin khas Arfa langsung tercium membuat tubuhnya terasa rileks.
"Maaf Mas gak bilang kalo Gaby kesini, dan membuatmu sampai salah paham" Dira tetap memejamkan matanya, entah ini dimana tapi yang jelas ia seperti berbaring di ranjang.
"Dari tadi Mas berusaha menjelaskan tapi kamu selalu abai" lanjut Arfa lalu tangan kekarnya membuka jilbab yang di kenakan dira, merapikan rambutnya yang berantkan yang lepas dari ikatan.
"A..ku gak mau dimadu" berusaka Dira berucap walau susah karena seperti ada batu yang mengganjal di tenggorokan.
Arfa bengong sesaat lalu terkekeh pelan, ia mengecup kening Dira ringan.
"Mas tak berencana berpoligami, mas takut nanti kalian cakar - cakaran berebut malam bersama Mas" Arfa meringis saat mendapat cubitan maut di perutnya yang berotot, kemudian ia tersenyum lebar sebelum melanjutkan ucapannya.
"Dengerin Mas " ucap Arfa pelan " kamu wanita satu - satunya yang bisa membuat Mas merasakan apa itu cinta dan kasih sayang, sedih dan sakit, wanita pertama yang langsung membuat Mas menginginkan lebih sampai - sampai mengancam-mu untuk mau menikah dengan Mas" lanjut Arfa.
Arfa tersenyum tipis saat merasakan kaosnya di remas oleh Dira, sekali lagi ia mengecup kelopak mata Dira yang basah.
"Mas bahagia sama kamu di tambah dua anak yang luar biasa, itu sudah lebih dari cukup untuk Mas. Sayang" lanjut Arfa lagi.
"Tapi kenapa dia kesini, aku nggak suka Mas" Dira merajuk manja, mengeratkan pelukannya pada tubuh besar Arfa, ia membuka kelopak matanya dan ini kamar anaknya dan lagi ia tak tidur di ranjang melainkan sofa bed di kamar Enes.
"Gaby kesini hanya untuk silaturahmi sayang, bagaimana 'pun ia pernah masuk di keluarga ini daaaan" Arfa menjeda ucapannya "kamu tak usah cemburu, karena masa lalu hanyalah masa lalu. Tak bisa menjadi masa depan" lanjut Arfa.
"Tapi bisa aja dia mau kembali lagi sama Mas, mau ngerebut Mas dari aku" Dira berusaha mengelak, ia sungguh takut jika suaminya mendua.
"Istigfar sayang, jangan su'uzon. Justru Gaby kesini mau memberitahu kita tentang rencana pernikahannya lusa nanti, dia mengundang kita semua untuk datang di hari bahagianya bersama pria yang di cintainya" ujar Arfa.
"Jadi... "Dira langsung gusar, menatap suaminya dan langsung meringis malu.
"Maaaaass, aku maluuu" Dira menangis histeris, bagaimana nanti ia ketemu kedua orang tua Arfa dan Gaby nanti.
"Heey tidak apa - apa, kamu wajar cemburu sayang"
Dan suara tangisan Adam dan Enes ikut meramaikan suasana malam ini.
***
"Hmm... baunya harum, masak apa Dir?" Dira menoleh dan rasa hangat langsung bersarang di wajah dan lehernya, ia belum siap bertemu Mama Vira, ia malu akibat kejadian kemarin. Pasti Mama mertuanya men-cap dirinya tak sopan dan kelanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Terindah
General FictionLika-liku lehidupan membuat Adira lebih bisa menyikapi setiap masalah, beban hidup yang berat membuatnya menjadi wanita yang kuat. Mulai dari fitnah yang mengakibatkan suaminya menceraikannya, dan menjadikannya janda dengan satu anak yang sangat ca...