"Fa, kamu lagi ngapain?" Vira mengernyit bingung, melihat puteranya yang berkukat di dapur lengkap dengan apron hijau bergambar bunga, dan lagi si kecil Enes yang memeluk erat kaki Papanya dengan mulut penuh biskuit."Anu Mah" Arfa mengecilkan kompor, lalu berbalik menghadap sang Mama dengan senyum cengengesan "itu, Dira katanya pengen di buatin pisang goreng" lanjut Arfa.
"Memangnya Dira kenapa? Sakit? Sampe gak bisa buat sendiri" tanya Vira lagi, ia menggelengkan kepalanya lalu mengangkat tubuh Enes yang masih memakai piyama tidurnya yang lucu.
"Enggak ko Mah, cuma katanya pengen pusang goreng buatan aku" jawab Arfa.
"Yaudah, terus dimana sekarang istrimu?" Vira memberaikan bibir Enes yang di penuhi remahan biakuit.
"Di atas mah, lagi nonton" Vira memicingkan alisnya, membuat Arfa kembali cengengesan lalu Vira hanya mendengus sebelum melangkah 'kan kakinya.
Arfa memandang kepergian sang Mama yang menaiki tangga, ia berdoa agar istrinya tak kena tegur karena emosi Dira yang meledak - ledak takut terjadi perag dunia ke sepuluh.
Istrinya memang suda dua hari ini senang sekali bermalas - malasan sambil menyaksikan Home theather yang menayangkan film Romance. Entahlan Arfa sendiri juga bingung dengan perubahan sikap Dira yang berubah drastis ini.
***
Vira membuka pintu bercat cokelat di hadapannya, dan matanya memicing melihat menantunya yang rebahan di sofa bed dengan setoples cemilan di atas perutnya.
"Lama bengat si Ma-as... Mama" Dira melotot horor menatap Mertuanya di ambang pintu, buru - buru ia menegakan tubuhnya dan meletakan toples cemilan pada meja, ia tersenyum gugup saat menghampiri sang mertua lalu menggendong Enes yang mengacungkan kedua tangannya.
"Kamu lagi ngisi Dir" Vira berucap setelah meneliti bentuk tubuh menantunya yang agak berubah lebih berisi serta ukuran dada yang terlihat lebih besar dari biasanya.
"Ngisi apa Mah?" Tanya Dira bingung
"Hamil" jawab Vira penuh selidik.
"Ah Mamah gak mung-" Dira melotot kaget, lalu buru - buru melanglah kearah meja dan mengambil kalender, ini sudah tanggal 30, dan siklus bulanan yang ia dapat itu tanggak 12. Terkadang 15 tetapi ini sudah melenceng jauh dari jadwalnya.
"Coba periksain aja ke dokter, biar tau hasilnya gimana" saran Vira.
Dira mengangguk lemah, apa ia hamil? Ia tak yakin sebenarnya, tetapi apa salahnya mencoba 'kan.
***
Arfa dengan serius melihat istrinya yang tengah berbaring di brankar, dengan sang dokter yang mengoleskan cairan seperti jel di permukaan perut Dira, ia harap - harap cemas dengan kehamilan Dira yang mampu membuat hatinya membuncah saking senangnya. Ia bersyukur karena sang pencipta telah mempercayakan buah hati lagi padanya.
Arfa tersenyum saat istrinya berjalan kearahnya, ia menggenggam jemari Dira seakan meyakinkan bahwa dalam perutnya ada si jabang bayi, ia membimbing Dira untuk duduk di sampingnya untuk menunggu hasil dari sang Dokter.
"Bagaimana Dok, istri saya hamil kan?" Tanya Arfa.
"Iya, selamat untuk kalian. Usianya masih tiga minggu dan dia sehat dan 2 minggu lagi kesini untuk di periksa perkembangan janinnya" ujar sang dokter yang langsung membuat Arfa dan Dira tersenyum lebar.
"Alhamdulillaah" Arfa berucap syukur, ia bahagia, sagat bahagia malah. Saking bahagianya ia memeluk erat Dira hingga membuat tulangnya hampir patah akibat terlalu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Terindah
General FictionLika-liku lehidupan membuat Adira lebih bisa menyikapi setiap masalah, beban hidup yang berat membuatnya menjadi wanita yang kuat. Mulai dari fitnah yang mengakibatkan suaminya menceraikannya, dan menjadikannya janda dengan satu anak yang sangat ca...