19. Bahagia itu sederhana

49.9K 2.6K 25
                                    

Mulmed- Enes.

Nama lengkap Enes itu: Adresia Enes Hikam kalo Dira: Indira Huriyah dan Arfa: Muhammad Arfathir Nur

***

Dira mendesah jengkel, saat lagi - lagi hanya suara operator yang menjawab panggilannya, ini sudah kesekian kalinya ia mencoba menghubungi suaminya dan selalu tak bisa. Sebenarnya kemana suaminya itu? Ini sudah lewat dari jam sebelas malam, tak tau kah Arfa jika Dira sangat kawatir padanya?

"Loh - loh ko belum tidur yang?" Dira menghembuskan nafas pelan menakan kuat - kuat amarahnya saat meliat suaminya yang tersenyum kearahnya, istri disini cape - cape nunggu sampe begadang dan yang di tunggu malah tak merasa berdosa sama sekali.

"Dari mana saja kamu Mas? Ini jam berapa hah? Kenapa pulang malam?" Tanya Dira beruntun, ia bersedakap dan langsung menggeser agak jauh saat suaminya duduk di sampingnya.

Arfa menghela nafas.

"Tadi aku meninjau perusahaan di tanggerang yang, bulan depan perusahaan mengadakan pameran" jawab Arfa apa adanya.

"Kenapa aku telfon gak aktif?" Dira masih tak puas dengan jawaban suaminya, ia masih harus bertanya beberapa pertanyaan lagi.

"Hp aku lowbet yang" jawab Arfa lagi

"Kan ada sekertaris kamu, dia kan punya Hp" Elak Dira

"Maaf deh, aku gak mikir kesitu. Soalnya Mas sibuk banget tadi karena acara tahun ini kita kerja sama dengan perusahaan Amour jadi Mas sama Lova tadi.."

"LOVA, Mas pergi sama dia! Pantersan saja Hp'nya gak aktif. Aku benci sama Mas" Dira menjerit lalu menepis lengan Arfa yang membelit tubuhnya.

"Yang " Arfa mendesah sabar.

"Jangan pegang - pegang" Dira menyentak hendak melangkah pergi tetapi langsung terhenti saat Arfa berhasil menahannya dengan pelukan erat.

"Yang dengerin aku dulu" Arfa berucap pelan, mengecup ceruk leher istrinya untuk menenangkan tangis Dira yang meraung.

"Mas selingkuh... aku benci sama Mas" Dira terus terisak, sakit hati dengan fikirannya sendiri tentang suaminya yang berselingkuh.

"Mas gak selingkuh sayang, waktu itu kan Mas udah jelasin kalo Lova itu hanya rekan bisnis Mas" jelas Arfa, tangan besarnya mengelus sayang perut buncit istrinya yang kini sudah memasuki bulan ke sembilan.

"Mas bohong"

" Mas gak bohong sayang, demi Allah mas gak selingkuh dan tidak akan selingkuh" Arfa tersenyum tipis saat Dira tiba - tiba berbalik menampakan wajah basahnya yang lucu.

"Tapi aku kan gendut sekarang, mas pasti bosen" lirih Dira, Arfa menggeleng dan kembali menarik Dira dalan pelukan, memang postur tubuh istrinya naik drastis hingga tak tanggung - tanggung naik 25 kilo sekarang.

"Mas gak pernah bosen sama kamu sayang, udah yuk ah tidur ini udah malam" Arfa membimbing Dira untuk rebahan di ranjag, lalu memeluk tubuh suaminya erat.

"Mas mandi dulu yah? Mas belum mandi" ujar Arfa.

"Gak mau Mas disini aja, Aku kangen sama Mas" tolak Dira, ia menghirup dalam - dalam aroma suaminya yang harum. Ia mau egois atas suaminya sekarang.

"Mas?"

"Hmm?"

"Aku cinta sama Mas" ujar Dira samar.

"Iya Mas juga sama" balas Arfa pelan sebelum kesadarannya terenggut dan keduanya tertidur lelap.

***
"Mamaaaaa"

Anugrah TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang