Masaki' s POV
Ninomiya membanting draftku di mejanya.
"Hei, Aiba! Berhentilah bermain-main! Kemana bakat menulismu yang hebat selama ini? Karyamu bahkan tidak lebih baik dari anak SD yang baru belajar menulis!" Protesnya panjang lebar. Aku menghela napas.
Ninomiya melepaskan kacamata bacanya dengan kesal dan mengacak rambutnya.
"Sekarang aku harus bagaimana?"
"Ya...ajukan saja surat permohonan pengunduran pengumpulan hasil karya." Jawabku enteng. Dia mendengus kesal.
"Heh, tolol. Dengar ya. Batas pengiriman surat pengunduran di penerbit itu hanya enam kali. Enam kali! Aku sudah mengajukan lima. Dan ini semua karena karya sampah itu!"
Aku menghela napas. "Maaf."
"Maaf saja tidak cukup! Kau tahu betapa stresnya aku? Hampir setiap hari penerbit menerorku! Aku lelah!"
Aku mendengarkan omelannya yang panjang lebar tanpa peduli.
"Aku tahu saat ini adalah saat terberat bagimu. Tunanganmu selingkuh dan sebentar lagi pernikahanmu. Aku tahu rasanya. Tapi kumohon profesional sedikit, Aiba."
Aku menghela napas dan memijat kepalaku yang pusing. "Lalu aku harus bagaimana?" Jawabku lemah. Ninomiya menghela napas dengan kasar dan sedikit berat.
"Tulis ulang karya ini! Aku hanya beri waktu sebulan untukmu untuk memperbaikinya. Jika tidak, cari saja editor lain. Aku lelah!"
Aku terdiam. Berusaha merenungi hidupku yang kacau bagaikan benang kusut.
"Aku punya sedikit saran untukmu. Yaa...jika itu membantu sih."
Aku menatapnya. Mengharapkan sedikit inspirasi.
"Berliburlah! Terserah mau ke luar kota atau ke luar negeri. Kurasa kau butuh sedikit...istirahat. Mungkin saja bisa menemukan inspirasi."
"Ya...mungkin saja. Terima kasih sarannya loh."
Dia mengangguk. "Sana pulang! Aku malas melihat mukamu yang mengkerut. Datanglah kemari.jika wajahmu sudah lebih segar."
Aku mengusap wajahku dan bangkit berdiri lalu berbalik. Aku menutup pintu lalu menghela napas.
Kacau! Benar-benar kacau. Kali ini mungkin harus cuti menulis barang beberapa saat.
☕☕☕☕
Aku memperhatikan draft kosongku di laptop dengan tatapan menerawang.
THE LAST HOUR
[START] 20/02/2016
[DEADLINE] 25/03/2016Aku mulai mencoba mengetik beberapa kata di laptopku. Aku kembali menghapusnya. Mengetiknya lagi. Dan menghapusnya lagi.
Aku berdecak lalu menutup laptopku dengan kasar.
"Menyebalkan!" Seruku kesal.
Aku lalu menatap langit-langit. Tiba-tiba saja, pamdanganku tertuju ke tong sampah.
Aku melihat sobekan kertas di dalamnya dan memungutnya. Aku kembali menyatukan foto yang tersobek itu.
Aku menghela napas.
Si berengsek itu! Beraninya dia berbuat seperti ini padaku.
Aku lalu melihat ke sisi lain. Terlihat undangan pernikahan yang batal disebar.
Aku mengusap wajahku dengan frustasi.
Ayolah Masaki! Move on! Masih banyak ikan di laut!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Feelings
FanfictionMasaki Aiba, seorang novelis terkenal tiba-tiba saja mengalami kebuntuan dalam menulis. Bahkan editornya yang terkenal bermulut pedas, Kazunari Ninomiya, menyebut bahwa tulisannya tidak lebih hebat daripada karya tulis anak SD. Dari situlah ia kemud...