Third Cup: The Rejected

141 6 3
                                    

Masaki's POV

Aku berbaring menatap langit-langit dan tersenyum seperti orang bodoh.

Apa dia sudah tidur?

Sungguh! Membayangkannya saja membuatku susah tidur. Aku bahkan masih ingat aroma itu, wajahnya, suaranya yang lembut.

Aku berusaha memejamkan mataku. Membuat diriku tertidur.

Datanglah ke dalam mimpiku...

☕☕☕☕

Aku menunggu teleponnya dengan gelisah. Aku bahkan sudah meneleponnya berkali-kali pagi ini.

Tiba-tiba handphoneku berdering.

"Halo?"

"Hei! Kau ini maniak ya? Kau meneleponku 12 kali berturut-turut. Yang benar saja?"

Aku tersenyum. "Aku hanya ingin mendengar suaramu saja."

"Gombal! Aku baru saja pulang dari gereja. Handphoneku ditinggal di rumah. Sebentar lagi aku akan menjemputmu. Kau sudah siap kan?"

"Hm. Kalau untukmu aku selalu siap."

"Kumohon jangan mulai lagi. Tunggu sebentar, aku akan siap-siap. Ciao!"

"Ciao."

Aku tersenyum dan menatap hamparan laut biru di depanku.

☕☕☕☕

Aku mendengar suara ketukan pintu dari luar. Aku segera membuka pintu. Terlihat sosoknya yang tersenyum ke arahku.

"Siap untuk pergi?"

Aku memperhatikannya. Dia mengenakan kaus longgar berleher rendah berwarna marun dengan jaket kulit berwarna hitam, sepatu converse dan fit ripped jeans. Damn! He looks hot in it!

Aku mengangguk seperti orang idiot.

☕☕☕☕

Seperti yang biasanya. Aroma tubuhnya yang diterpa angin kembali menggelitik hidungku. Aku memejamkan mataku dan menghirupnya.

Terasa seperti bau musim panas yang menyenangkan.

"Kau mau kemana saja hari ini?" Tanyanya.

"Aku tidak begitu tahu. Terserah kemanapun kau membawaku pergi."

"Well...sebenarnya di kota ini tidak ada apapun selain museum, kastil, gereja, dan pantai atau gunung berapi. Kau pasti akan bosan! Ya paling-paling kalau mau wisata yang sedikit mencekam ke Catacomba*." Jelasnya.

Aku berpikir sejenak dan membaca buku panduanku.

"Asal kau tahu? Tidak ada yang menarik di kota ini selain wine dan pizza. Rata-rata wisatawan hanya datang ke sini untuk itu. Mungkin termasuk dirimu."

Well, awalnya memang begitu. Tapi sekarang...tujuanku berbeda.

"Kira-kira tempat wisata apa yang bagus untuk memulai hari ini? Yang buka di hari Minggu."

"Well, hanya kastil dan gereja saja yang buka setiap hari. Dan...kebun anggur! Dalam kehidupan orang Italia, hari Minggu adalah hari untuk Tuhan dan keluarga. Tidak bisa diganggu gugat. Karena itulah kebanyakan toko tutup pada hari Minggu disini."

"Kudengar museum bahari buka di hari Minggu. Bisakah kau bawa aku kesana?"

"Tentu. Tapi kujamin kau akan merasa bosan disana jika kau tidak tertarik dengan hal-hal berbau lautan."

"Selama bersamamu mana mungkin aku merasa bosan."

"Tutup saja mulutmu! Aku lelah mendengarnya."

A Cup of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang