Chapter 9

11 3 0
                                    

"ehh, iya. Ngomong ngomong Veno ingin menikah ya? ", tanya Hugo.

Aku yang hanya berdiam diri entah ingin berbuat apa-apa hanya bisa memandangi orang-orang yang asing disini menurutku.

Tanpa kusadari, Devaro sedari tadi menatapku dengan iris matanya berwarna hitam legam itu. Aku langsung menatapnya balik, tetapi ia malah membuang muka begitu saja. Hmm.. Mungkin malu.

"Iya, kabarnya sih seperti itu", jawab Perempuan yang duduk disamping kiri ku.

"Baru saja SMA. Ingin cepat cepat menikah saja", sambung celetukan dari Devaro.

"Hmm... Mungkin si perempuan sudah hamil duluan. Jadi, Vano ingin cepat cepat menikah. Hahaha...",

Semua orang yang berada di meja ini tertawa, terkecuali aku. Karena aku tidak ada kaitannya dengan hal ini. Seperti di kacangin.

"Oh, iya. Hugo, kau mengapa tak mengenalkanku kepada gadis manis yang satu ini hah?", celetuk lelaki yang memakai rompi berwarna biru.

"Kau, jangan bermain main dengannya, aku tahu kau bukan lelaki baik baik. Kau ini kan bajingan. Jadi , kalau aku perkenalkan sahabatku yang satu ini. Aku yakin kau akan menargetkannya menjadi mangsa", jawab Hugo dengan menatap sinis lelaki tersebut.

Entah maksudnya apa Hugo berbicara kalau aku kenal dengan lelaki itu, aku bakalan dijadikan target mangsanya. Hmm... Aku tak peduli dan tak memikirkan itu.

"Uhh.. Benar sekali kau hug! ", jawab spontan perempuan yang berada di samping kiri ku.

"Oh,iya aku sangat lupa lupa lupa sekali ingin memperkenalkan gadis ini kepada kalian", ujar Hugo dengan memasang wajah yang tak bisa di ekspresikan.

"Bee, itu Cheryl, sampingnya Dimas, samping kirimu Reslyn, dan lelaki bajingan ini bernama, Kemal.", jelas Hugo dengan sedikit tertawa kecil saat memperkenalkan lelaki yang terakhir itu.

Hmm.. Kemal, bagus juga namanya. Tapi, entah bagaimana Hugo bisa menyebutnya sebagai lelaki bajingan. Tak penting sama sekali untuk diketahui karena aku sama sekali tidak tertarik padanya.

Saat aku diperkenalkan kehadapan teman-temannya aku hanya mengangguk dan tersenyum simpul kepada mereka.

"Bee, kita bisa menjadi teman yang baik. ", celetuk Reslyn, perempuan berambut coklat kemerahan yang terurai sepinggang itu.

"Hmm.. Mungkin bisa menjadi sahabat", sambung Cheryl dengan senyum lebarnya.

"Ya, aku harap begitu", jawabku dengan singkat dan tak bernada.

"Dan aku akan mendapatkannya",

Sontak saja, semua orang yang terdapat dimeja makan ini termasuk aku melirik kearah... Hm... Devaro. Yang duduk nya tepat didepanku. Kulihat, saat dia berkata seperti itu ia langsung menundukan kepalanya seolah olah tidak terjadi apa-apa.

"Apa yang kau bilang barusan?", tanya Hugo dengan nada memaksa.

"Aku akan mendapatkannya", jawab Devaro dengan lantang. "Apa kau kurang jelas? Tentu aku akan mendapatkannya. ", sambungnya.

"Hm... Kau ini var. ", desih Reslyn. "Sudah Bee... Tak usah didengar apa yang dibicarakan makhluk yang satu ini. Tak ada gunanya", sambung Reslyn menoleh kearahku dengan senyuman cekungnya.

"Maklumi saja Bee. Varo masih tahap move on. Itu juga belum sepenuhnya berhasil. Mantannya meninggalkan dia seorang diri saat dia lagi dilanda keterpurukan", sambung Cheryl dengan tertawa.

Devaro menyenggol sikut Cheryl dengan kerasnya. "Kau ini!", desihnya.

"Hei, sudahlah sudah. Oh iya. Aku pamit dulu ya. Maaf tak bisa berlama lama dengan kalian. Karena aku harus mengantar 'gadisku' yang satu ini kembali kerumahnya", ujar Hugo menengahkan pembicaraan dan sedikit menekannya saat ia berkata 'gadisku' . matanya tertuju kepada Devaro.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang