Hari-hari yang kulewati sama saja. Sama saja kegundahannya. Tak ada yang spesial menurutku. Hanya kegelisahan dan kekecewaan yang selalu mengikuti ku kemanapun aku pergi. Rasanya, ingin aku habiskan hidupku diujung puncak gunung yang tertinggi agar aku bisa terjatuh ke jurang yang dalam. Mengapa? Karena aku tak sanggup lagi untuk hidup. Bukan karena Aldi saja. Tetapi, masalah yang selalu menghantamku kapan saja di keluarga ku ini.
*Skip. Bagian gadanta ini. Atau mungkin semacam curahan hati seorang vanes :v *
Disekolah aku menunggu Derta datang. Seperti biasa, aku menunggunya didepan kelas sambil mendengar musik dan membaca wattpadku. Kupandangi gerbang sekolah yang jaraknya tidak jauh denganku. Berharap Derta muncul dari sana.
5 menitan berlalu. Aku sangat amat amat muak sebenarnya untuk melihat kearah gerbang saat ini. Karena terdapat orang yang pernah menjadi kekasihku tetapi sekarang? Entah mengapa orang yang benar benar aku benci dan aku kecewakan, Aldi. Oh no! Dia tidak datang sendiri. Ada gadis yang mengekor dibelakangnya. Siapa lagi kalau bukan Amanda.
Langsung saja aku membuang muka dan belaga tidak menyadarkan kehadiran mereka yang aku rasa lewat didepanku dengan bergandengan tangan berupaya membuatku semakin panas. Tapi itu tak berhasil karena perasaan envy ku disiram dengan musik yang begitu lumayan untuk membuatku semangat.
"Hooyy!!", teriak seseorang dari belakang ku dengan menepuk pundakku.
Oh!! Kali ini aku benar benar terkejut.
"Derta!", ucapku berbalik badan dan kembali menepuknya.
"Nungguin aku ya?! Cieciee kangen nih sama aku.", jawab Derta dengan ekspresi wajah konyolnya. "Emang Hugo kemana? Biasanya selalu ada sama kamu", sambungnya sembari menuju kekelas.
****
Waktunya untuk istirahat. Aku berniat untuk tidak keluar kelas sama sekali karena menurutku tak ada yang penting jika aku keluar. So, jika ada yang mencariku. Langsung saja kekelas. Wow! Seperti artis :v.
Sembari menunggu bel masuk kelas , aku mengeluarkan sketch book ku dari saku tas. Ya, walaupun aku tak mahir menggambar. Setidaknya aku punya pemikiran kreatif untuk menghiasi buku sketsa itu.
Baru saja aku mulai melukis garis. Aku dikejutkan oleh gebrakan minuman di meja ku oleh sahabatku yang satu ini, siapa lagi kalau bukan Hugo. Uhh nih anak .
"Nih untuk kau", ucapnya menyodorkan sebotol minuman freshtea dan beberapa makanan ringan.
Aku menerimanya dan melempar senyum. Ia langsug duduk disampingku(tempatduduk derta), karena Derta sedang ke kantin.
"Gambar apa tuh?", tanya nya merebut Buku sketsa ku dengan cepat.
Huft untung saja tidak robek.
"Mau gambar Vignette. Tapi gara gara kau jadi seperti ini. ", jawabku datar dengan tatapan mata memelas.
"Hehe... Maaf. Lagian aku liat kamu tadi dari kejauhan sedang melamun terus. Yaudah aku kagetin aja",
"Iyaiya.", jawabku membuka minuman yang tadi diberi oleh Hugo.
"Bee... Pulang sekolah ikut aku ya", ucapnya berhadapan dengan ku.
"Jangan bilang kau ingin mengajakku untuk makan malam bersama keluarga Devaro untuk kesekian kalinya", jawabku menaikan alisku sebelah.
"Helehh... Kau ini. Tidaklah. Aku ingin mengajakmu makan diluar",
Aku hanya mengangguk. Setelah itu pas sekali dengan usai pembicaraan ku dengan Hugo bel masuk pun berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine
RomanceBee akhirnya memutuskan untuk menangis karena air mata yang dibendungnya sudah tak kuasa ditahan olehnya. Sakit. Memang sakit rasanya ditinggal oleh orang yang pernah singgah di hati kita selama berbulan-bulan. Belum lagi, di hubungan itu terlalu ba...